Foto : Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur. |
Ende, CAKRAWALANTT.COM - Santri
Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) jenjang Ulya
mulai unjuk gigi dalam akses pendidikan tinggi. Sebaran perkuliahan mereka
semakin luas, tidak hanya di Ma’had ‘Aly (Pendidikan Tinggi di pesantren), tapi
juga di banyak perguruan tinggi.
“Bahkan,
pilihan program studi
dan jurusannya juga tidak hanya keagamaan, tapi juga teknik dan bidang umum
lainnya,” terang Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul
Ghofur di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Menurutnya,
sejak hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diumumkan,
data lulusan PKPPS jenjang Ulya diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terus bertambah. Bahkan, sebelumnya juga banyak lulusan PKPPS yang
diterima kuliah melalui jalur prestasi dan beasiswa di berbagai PTN dan
PTS, dalam maupun luar
negeri.
“SBMPTN melalui Ujian Tulis
Berbasis Komputer merupakan media untuk mengukur kemampuan lulusan PKPPS dalam
bersaing di pintu masuk perguruan tinggi negeri, berdasarkan ujian tertulis,”
terangnya.
PKPPS,
kata Waryono, mempunyai misi mempersiapkan santri menjadi ulama atau mubaligh
(penyampai agama) yang intelek di masyarakat. Selain mempertahankan kitab
kuning dan metode pengkajiannya secara tradisional dalam wadah Pondok Pesantren
Salafiyah (PPS), PKPPS juga membekali santri dengan ilmu pengetahuan umum yang
memadai.
“Terobosan
yang dilakukan oleh PKPPS adalah menerapkan pembelajaran yang variatif,
inovatif, dan kontekstual, sehingga capaian pembelajaran dapat dicapai walaupun
diterapkan jadwal yang ketat untuk memenuhi standar ilmu keagamaan Islamnya,”
tuturnya.
“Kami
berharap, lulusan PKPPS juga dapat menjadi ahli hukum, ahli ekonomi, insinyur,
desainer, guru, dokter, perawat, teknisi, dan sebagainya. Mereka juga ahli
dakwah, sumber rujukan ilmu agama Islam yang dibutuhkan masyarakat sekitarnya,”
sambungnya.
Sementara itu, Kasubdit Pendidikan Kesetaraan, Rachmawati menambahkan bahwa
sesuai data yang sudah
terkumpul di Direktorat PD Pontren, para santri yang lulus kuliah di perguruan
tinggi berasal dari PKPPS Minhajushobirin dan Minhajurosyidin dari DKI Jakarta,
Sya’airullah (Jawa Barat), Mansyaul Ulum (Kalimantan Barat), Raudhatul Ilmi
(Sulewesi Tengah), Al Wafa (Kalimantan Tengah), Raudhatul Ulum (Sumatera
Utara), dan Al
Muflihun (Jawa Timur).
“Saat
ini kami masih melakukan pendataan untuk mengetahui berapa santri yang lulus
kuliah,” jelasnya.
Menurut
Rachmawati, sejumlah PTN yang menjadi tempat kuliah lulusan PKPPS Ulya, baik melalui SNMPTN,
SPAN-PTKIN, maupun SBMPTN, antara lain: Politeknik Negeri Jakarta (PNJ UI),
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Bandung), Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), UNESA Surabaya, Universitas Negeri Malang, Institut Teknologi Sumatera,
Poltekes Kementerian Kesehatan, UIN Syarif HIdayatullah, UIN Arraniry, UIN
Raden Intan, UIN Raden Mas Said, UIN Sultan Syarif Qasim, UIN Sultan Thoha, UIN
Raden Fatah, UIN Pontianak, UIN Datokarama, UIN Sultan Aji Muhammad, IAIN
Palangkaraya, IAIN Padangsidimpuan, dan UIN Sumatera Utara.
“Bahkan, sebagian santri
tersebut mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi sampai lulus,”
paparnya.
“Ada
juga lulusan PKPPS Ulya yang diterima di Telkom University, dan sejumlah
perguruan tinggi swasta unggulan lainnya,” sambungnya.
Prestasi
ini, kata Rachmawati, menunjukkan adanya peningkatan kualitas para santri
lulusan PKPPS Ulya. Dan, hal itu diraih dengan tetap mempertahkan nilai-nilai
tradisi PKPPS sebagai unsur dari Pondok Pesantren Salafiyah.
“Kami
terus berupaya meningkatan keterserapan lulusan PKPPS Ulya di perguruan tinggi
unggulan,” tandasnya. (Kemenag/MDj/red)
0 Comments