Oleh : Dionesia Rosalia Ladika, S.Pd.
(Guru SMP Swasta Katolik St. Ursula Ende)
CAKRAWALANTT.COM - Integrated Learning (IL) berkaitan erat dengan Proyek Penguatan
Profil Pancasila (P5). P5 sendiri merupakan ikon dari Kurikulum Merdeka Belajar
yang sedang gencar digelorakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, disebutkan bahwa Pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu terwujud dengan enam ciri utama, yakni beriman,
bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Untuk itu, dapat ditarik hubungan
sederhana bahwa integrated learning serupa
dengan P5.
Integrated learning atau pembelajaran terintegrasi sebenarnya
merupakan bentuk atau model pembelajaran berbasis proyek yang sudah
dikembangkan oleh Yayasan Ursulin Indonesia jauh sebelum munculnya Kurikulum
Merdeka Belajar. Proses pembelajaran tersebut juga mendukung perubahan dunia
masa kini yang sedang berjalan menuju revolusi industri 5.0 yang lebih
menekankan peran manusia sebagai pusat peradaban.
Manusia menjadi subyek yang memanfaatkan teknologi
digital dalam berbagai bidang kehidupan. Revolusi industri 5.0 tidak hanya
berfokus pada relasi mesin ke mesin dan efektivitas robotik, tetapi juga
interaksi manusia ke mesin atau sebaliknya. Untuk itu, masyarakat dituntut agar
terus berinovasi dan berkolaborasi guna menciptakan karya-karya baru. Hal itu
pun terlihat melalui pola pembelajaran terintegrasi.
Hadirnya proses pembelajaran terintegrasi dan konsep P5
sebenarnya tidak terlepas dari realitas generasi muda Indonesia yang kian
tergerus arus globalisasi saat ini. Banyak sekali nilai-nilai luhur yang mulai
dilupakan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti nilai
kebhinekaan, kemandirian, kreativitas, dan gotong royong. Semuanya terdepak
jauh di tengah kompetisi dan trend kekinian
yang mengutamakan individualisme dan eksistensi. Untuk itu, pada medio Januari
2022, Yayasan Pendidikan Ursulin melakukan visitasi dan sosialisasi terkait
model pembelajaran terintegrasi di SMP Swasta Katolik St. Ursula Ende.
Sebagai model pembelajaran yang tergolong baru,
pembelajaran terintegrasi harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada peserta
didik tentang proses, bentuk, apa, dan bagaiamana penilaian dari pembelajaran
tersebut. Sebelum pelaksanaannya, para peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok
besar dengan guru pembimbingnya masing-masing. Pembagian tersebut tidak terpaku
pada kelas dan guru pembimbing wajin berunding bersama para peserta didik untuk
menentukan tema pembelajaran. Saat ini, dalam praktiknya, penulis dipercayakan
untuk membimbing kelas VIII dalam mendalami model pembelajaran terintegrasi.
Sebagai guru pembimbing, penulis selalu mengutamakan
aspek kolaborasi dari beberapa mata pelajaran dengan menggabungkan Kompetensi
Dasar (KD) dari berbagai mata pelajaran menjadi satu tema yang bisa
menghasilkan suatu karya. Pada semester ganjil Tahun Ajaran (TA) 2022/2023,
kelas VIII SMPSK Santa Ursula Ende mengangkat tema “Teknologi Tepat Guna Dengan
Menerapkan Prinsip Kerja Pesawat Sederhana”. Tema ini melibatkan 7 mata
pelajaran, yakni Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Agama,
dan Informatika.
Dari setiap mata pelajaran tersebut, penulis akan
menentukan satu KD yang berkaitan dengan tema tersebut sekaligus menjadi acuan
dalam penilaian nanti. Layaknya model pembelajaran lainnya, integrated
learning juga memiliki sintak dalam proses pembelajarannya. Secara umum
langkah-langkah dalam penerapan integrated
learning adalah sebagai berikut.
Pertama, tahap literasi. Pada tahap ini, peserta didik
mencari tahu, membaca, dan menonton video, film, atau apa saja yang berkaitan dengan
tema atau produk yang diinginkan. Tahap literasi ini bisa berlangsung selama
1-2 minggu. Guru pembimbing akan menuntun peserta didik untuk mencari literatur
yang tepat dan terpercaya yang berkaitan dengan tema yang disepakati. Selain
itu, pendamping juga membantu mengarahkan peserta didik untuk menentukan bentuk
karya/produk yang ingin dihasilkan. Di sini, pendamping bersama kelompok
akhirnya menemukan produk yang disepakati bersama, misalnya kipas angin
sederhana.
Kedua, tahap planning. Pada tahap ini, peserta
didik mulai merencanakan/merancang apa yang akan dibuat, kapan akan membuat,
dimana tempat pembuatan, serta berapa dana yang dibutuhkan untuk sebuah karya
yang diinginkan tersebut. Tahap planning ini berlangsung antara 2-3
minggu. Pendamping berperan untuk memberi masukan, seperti menggunakan barang
bekas agar mengurangi penggunaan biaya dan juga bisa menjadi bagian dari daur
ulang sampah.
Ketiga,tahap doing. Inilah tahap inti dari semua
proses pembelajaran. Pada tahap ini, perserta didik secara berkolaborasi
membuat kipas angin sederhana yang sudah mereka tentukan di awal. Guru
pembimbing pun semakin menemukan karakter-karakter para peserta didiknya,
dimana mereka belajar untuk memimpin, saling menegur, saling bersabar, saling
mendengarkan, saling mendukung, dan sebagainya. Tahap ini memakan waktu
terbanyak, yakni 1 bulan bahkan bisa lebih. Di sini, peran pendamping
mengarahkan peserta didik untuk bisa menemukan apa kaitan produk yang
dihasilkan dengan ketujuh mata pelajaran. Pada tahap ini, peserta didik mulai
terlihat mampu menganalisis hubungan tersebut.
Keempat, tahap presentation. Inilah tahap akhir
dari integrated learning. Setelah
karya/produk selesai, peserta didik mempresentasikannya di depan para penguji
atau dalam hal ini adalah guru mata pelajaran. Ada 3 bentuk presentasi, yakni power
point, pamer produk, dan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Pada tahap ini, para
penguji banyak mendapat kejutan dari peserta didik karena produk yang
dihasilkan dan public speaking yang luar biasa. Hebatnya, pada saat
presentasi, para peserta didik dapat menganalisis hubungan produk yang
dihasilkan dengan ketujuh mata pelajaran dengan tepat. Misalnya, penjelasan
tentang kipas angin sederhana yang menerapkan prinsip kerja pesawat sederhana
roda gigi dan seterusnya.
Integrated learning, pada prosesnya, sangat mempengaruhi karakter
peserta didik yang sempat hilang dimakan perkembangan
zaman. Selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik didorong
untuk bekreasi, berinovasi, bekerja sama, dan saling menghargai. Jika diperhatikan
kembali, integrated learning
sebenarnya serupa dengan program pemerintah saat ini, yakni P5.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran terintegrasi dapat mendukung/mendorong karakter peserta didik yang
siap bermasyarakat di masa depan. Penerapan model pembelajaran integrated learning dapat mendorong
peserta didik untuk bisa berkolaborasi sehingga dapat mengaitkan satu ilmu
dengan ilmu lainnya ke dalam satu kesatuan yang utuh. Selain itu, dibutuhkan
juga beberapa tambahan modifikasi di dalamnya, seperti tahap refleksi sebagai
bentuk umpan balik dari peserta didik. (red)
0 Comments