Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Strategi Menguatkan Rasa Cinta pada Diri Sendiri (Menerima dan Mengembangkan Diri sebagai Citra Allah)


Oleh : Dionesia Melita Funay, S.Pd.

(Guru SMPN 21 Kota Kupang)



CAKRAWALANTT.COM - Sejatinya, manusia adalah mahkluk yang unik dan istimewa. Menurut beberapa ajaran agama atau kepercayaan, termasuk Katolik, manusia diciptakan oleh Tuhan dari debu dan akan kembali menjadi debu ketika waktu hidupnya telah usai. Manusia dianugerahi akal dan budi untuk mengatur kehidupan dan hal-hal lain di sekitarnya.

 

Keistimewaan itu harus digunakan sebijak mungkin, sehingga segala sikap dan tindakan yang dilakukan bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Selain keistimewaan tersebut, manusia juga diberikan keunikan. Keunikan tersebut selalu berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga masing-masing insan wajib menerima dan menghargai setiap perbedaan yang ada.

 

Dalam ajaran Katolik, keistimewaan dan keunikan setiap orang wajib dihormati, sebab manusia diciptakan seturut rupa dan citra Tuhan (Allah) itu sendiri. Kitab Kejadian (1 : 26) berbunyi , “Berfirmanlah Allah baiklah kita menjadikan  manusia menurut gambar dan rupa kita”.

 

Hal itu menjadi tanda rahmat bahwa Tuhan menjadikan setiap orang “unik” dengan kelebihan, kelemahan, dan potensi yang berbeda-beda. Untuk itu, sebagai gambaran Tuhan (Allah) yang hidup, setiap orang terpanggil untuk melaksanakan tugas dan karya-Nya sesuai potensi yang dimiliki.

 

Keistimewaan dan keunikan manusia tersebut juga dibahas secara spesifik dalam Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan Agama Katolik membahas tentang ajaran Gereja, norma, nilai-nilai moral, etika, dan karakter kepada manusia untuk saling menghargai. Sikap saling menghargai itu harus muncul dan dimulai dari dalam diri setiap orang.

 

Konsep dan pokok pembahasan tersebut dijabarkan secara rinci dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, terkhususnya pada materi “Aku Citra Allah yang Unik”.  Materi ini menekankan sikap saling menghargai, menerima, serta bersyukur atas diri sendiri dan orang lain.

 

Dalam proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat memahami dan menghayati keistimewaan dan keunikan yang dimilikinya serta menghargai dan menghormati keistimewaan dan keunikan orang lain. Peserta didik harus aktif, berani, percaya diri, menghargai dan menerima diri apa adanya, serta bersyukur.

 

Namun, pada kenyataannya, di lingkup sekolah, terkhususnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 21 Kota Kupang, masih terdapat peserta didik yang belum menghargai dan menerima dirinya sebagai citra Allah yang unik. Mereka kerap merasa malu dan tidak percaya pada kemampuan masing-masing, sehingga terhambat dalam proses pengembangan diri.

 

Untuk menumbuhkan rasa cinta pada diri sendiri di kalangan peserta didik, maka Penulis, selaku guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, menerapkan beberapa strategi berikut.

 

Pertama, meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri setiap peserta didik. Di sini, Penulis selalu memberikan ruang dan kesempatan kepada para peserta didik untuk membuka diri di depan publik. Hal itu secara tidak langsung dapat mengasah keberanian dan melatih kepercayaan diri mereka saat berinteraksi dengan banyak orang.

 

Kedua, menerima diri seutuhnya. Di sini, Penulis memberikan motivasi bahwa penerimaan diri adalah apresiasi dan rasa syukur atas apa yang telah Tuhan ciptakan. Menerima diri seutuhnya dapat dilakukan dengan cara memahami diri, tidak menyangkal diri, menggali kelebihan, dan selalu berdamai dengan diri sendiri. Penerimaan diri tersebut akan semakin sempurna ketika setiap peserta didik mulai menumbuhkan sikap saling menghargai atas kondisi orang lain.

 

Ketiga, selalu melakukan refleksi atas diri sendiri. Dengan refleksi diri, peserta didik akan mengetahui segala hal tentang dirinya, mulai dari segi fisik, sifat atau karakter, dan bakat. Refleksi diri dilakukan dengan cara merenung, hening, berdiam diri, melihat diri, dan bertanya kepada  diri sendiri. Refleksi diri juga dapat dilakukan dengan mendengarkan masukan-masukan dari orang lain. Masukan dari orang lain dapat menjadi motivasi untuk lebih berani dan percaya diri dalam mengekspresikan segala keistimewaan dan keunikan.

 

Dengan menerapkan beberapa strategi tersebut, peserta didik dapat menumbuhkan keberanian, kepercayaan diri, sikap menghargai dan menerima, serta bersyukur atas keunikan-keunikan yang ada dalam diri masing-masing. 


Selain itu, peserta didik juga bisa menemukan dan mengembangkan kelebihan yang ada dalam diri, sekaligus belajar mengolah kekurangan secara baik. Dengan begitu, setiap peserta didik dapat menerima dan mengembangkan diri sebagai citra Allah, serta menjadi pewarta kabar sukacita dan penerus karya-karya Tuhan di dalam hidup bermasyarakat. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments