Oleh
: Dionesia Melita Funay, S.Pd.
(Guru
SMPN 21 Kota Kupang)
CAKRAWALANTT.COM - Sejatinya, manusia adalah mahkluk yang
unik dan istimewa. Menurut beberapa ajaran agama atau kepercayaan, termasuk
Katolik, manusia diciptakan oleh Tuhan dari debu dan akan kembali menjadi debu
ketika waktu hidupnya telah usai. Manusia dianugerahi akal dan budi untuk
mengatur kehidupan dan hal-hal lain di sekitarnya.
Keistimewaan itu harus digunakan sebijak
mungkin, sehingga segala sikap dan tindakan yang dilakukan bisa
dipertanggungjawabkan dengan baik. Selain keistimewaan tersebut, manusia juga
diberikan keunikan. Keunikan tersebut selalu berbeda antara satu dengan yang lain,
sehingga masing-masing insan wajib menerima dan menghargai setiap perbedaan
yang ada.
Dalam ajaran Katolik, keistimewaan dan
keunikan setiap orang wajib dihormati, sebab manusia diciptakan seturut rupa
dan citra Tuhan (Allah) itu sendiri. Kitab Kejadian (1 : 26) berbunyi ,
“Berfirmanlah Allah baiklah kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa kita”.
Hal itu menjadi tanda rahmat bahwa Tuhan
menjadikan setiap orang “unik” dengan kelebihan, kelemahan, dan potensi yang
berbeda-beda. Untuk itu, sebagai gambaran Tuhan (Allah) yang hidup, setiap
orang terpanggil untuk melaksanakan tugas dan karya-Nya sesuai potensi yang
dimiliki.
Keistimewaan dan keunikan manusia
tersebut juga dibahas secara spesifik dalam Pendidikan Agama Katolik.
Pendidikan Agama Katolik membahas tentang ajaran Gereja, norma, nilai-nilai
moral, etika, dan karakter kepada manusia untuk saling menghargai. Sikap saling
menghargai itu harus muncul dan dimulai dari dalam diri setiap orang.
Konsep dan pokok pembahasan tersebut
dijabarkan secara rinci dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik,
terkhususnya pada materi “Aku Citra Allah yang Unik”. Materi ini menekankan sikap saling
menghargai, menerima, serta bersyukur atas diri sendiri dan orang lain.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat memahami dan menghayati keistimewaan dan keunikan yang
dimilikinya serta menghargai dan menghormati keistimewaan dan keunikan orang
lain. Peserta didik harus aktif, berani, percaya diri, menghargai dan menerima
diri apa adanya, serta bersyukur.
Namun, pada kenyataannya, di lingkup
sekolah, terkhususnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 21 Kota Kupang,
masih terdapat peserta didik yang belum menghargai dan menerima dirinya sebagai
citra Allah yang unik. Mereka kerap merasa malu dan tidak percaya pada
kemampuan masing-masing, sehingga terhambat dalam proses pengembangan diri.
Untuk menumbuhkan rasa cinta pada diri
sendiri di kalangan peserta didik, maka Penulis, selaku guru pengampu mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik, menerapkan beberapa strategi berikut.
Pertama, meningkatkan keberanian dan
kepercayaan diri setiap peserta didik. Di sini, Penulis selalu memberikan ruang
dan kesempatan kepada para peserta didik untuk membuka diri di depan publik.
Hal itu secara tidak langsung dapat mengasah keberanian dan melatih kepercayaan
diri mereka saat berinteraksi dengan banyak orang.
Kedua, menerima diri seutuhnya. Di sini,
Penulis memberikan motivasi bahwa penerimaan diri adalah apresiasi dan rasa
syukur atas apa yang telah Tuhan ciptakan. Menerima diri seutuhnya dapat
dilakukan dengan cara memahami diri, tidak menyangkal diri, menggali kelebihan,
dan selalu berdamai dengan diri sendiri. Penerimaan diri tersebut akan semakin
sempurna ketika setiap peserta didik mulai menumbuhkan sikap saling menghargai
atas kondisi orang lain.
Ketiga, selalu melakukan refleksi atas
diri sendiri. Dengan refleksi diri, peserta didik akan mengetahui segala hal
tentang dirinya, mulai dari segi fisik, sifat atau karakter, dan bakat.
Refleksi diri dilakukan dengan cara merenung, hening, berdiam diri, melihat
diri, dan bertanya kepada diri sendiri.
Refleksi diri juga dapat dilakukan dengan mendengarkan masukan-masukan dari
orang lain. Masukan dari orang lain dapat menjadi motivasi untuk lebih berani
dan percaya diri dalam mengekspresikan segala keistimewaan dan keunikan.
Dengan menerapkan beberapa strategi tersebut, peserta didik dapat menumbuhkan keberanian, kepercayaan diri, sikap menghargai dan menerima, serta bersyukur atas keunikan-keunikan yang ada dalam diri masing-masing.
Selain itu, peserta didik juga bisa menemukan dan
mengembangkan kelebihan yang ada dalam diri, sekaligus belajar mengolah
kekurangan secara baik. Dengan begitu, setiap peserta didik dapat menerima dan
mengembangkan diri sebagai citra Allah, serta menjadi pewarta kabar sukacita
dan penerus karya-karya Tuhan di dalam hidup bermasyarakat. (MDj/red)
0 Comments