Dan karena aku percaya,
Di suatu hari kelak yang bernama esok,
Kita akan bertemu,
Bersama melewati banyak masa,
Menghabiskan waktu denganmu.
Dan ketika saat itu tiba,
Akan ku tertawakan jarak karena tak
berdaya mengalahkan kita.
Kita telah memulai dengan kisah dan cerita yang baru.
Terlalu dini untuk memilih bersama di keadaan yang
tidak mudah di antara jarak yang terbenteng. Dan
tetap saja, aku tak memiliki jawabannya setiap kali kau tanya, “Bagaimana aku tetap memilih bertahan dengan semua
sikap dinginmu setelah kita terpisahkan oleh jarak”. Mungkin karena aku telah jatuh cinta pada desain awal
pertemuan yang tak biasa.
Hingga hari ke sekian tanpa harapan, kamu lupa
bagaimana kamu telah berjanji untuk menemuiku 2 tahun setelah pertemuan itu,
atau lebih tepatnya melupakan. Kita telah terbiasa dengan jarak. Lagi pula rindu bukan kata yang tepat untuk kita yang bertemu
dalam waktu yang singkat lalu kembali terpisahkan. Sampai akhirnya rindu
menjadi candu hingga kita lupa kita tidak dibingkai dalam banyak kenangan
selain jatuh cinta pada pertemuan pertama.
Hampir setahun berlalu setelah pertemuan itu, rasanya
sangat sulit membayangkan wajahmu lagi bahkan suaramu saja hampir tak pernah kudengar.
Entah sampai berapa lama aku bertahan dengan semua itu. Berulang kali
mencoba mengingat pertemuan pertama kita, hanya karena itu satu-satunya kenangan. Kupang dan Rote
seperti dua planet yang tak pernah bisa disinggahi, walau nyatanya dapat
ditempuh dalam 2 jam perjalanan laut. Sekalipun begitu aku selalu percaya suatu
hari nanti sesuatu akan menuntunmu kembali. Kembali untukku.
Hari-hari berlalu begitu istimewa. Terluka pun aku masih sanggup katakan aku bahagia. Semua terlewati dengan begitu indah. Rasanya aku bersyukur, Tuhan benar-benar mengirimkan aku, malaikatnya. Seseorang yang nyatanya hanya bisa kudekap dalam angan. Aku pernah ingin menyerah, pernah juga terluka dan kecewa karenamu, tapi aku suka caramu mencintaiku. Sederhana dan bahagia. Aku suka saat kamu menelponku dan merayuku untuk membuatku tersenyum, aku suka saat kamu berbicara dengan cepat walaupun kadang aku tak mengerti ucapanmu. Aku suka saat kamu katakan padaku, “Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan padaku...”. Walaupun kamu sudah mengatakannya lebih dari puluhan bahkan ratusan kali. Aku selalu suka mendengarnya.
Aku selalu percaya, suatu hari kelak saat waktu benar-benar lelah untuk menjadi alasan kita menyerah, kita akan segera bertemu. Akan kutunjukkan padamu berapa ratus halaman buku yang kutulis tentangmu. Seberapa besar harapan dan angan sederhana tentang memilikimu dan menghabiskan sedikit waktu untuk membuatmu memutuskan menetap selamanya.
Karya: Asty Tri
Guru SMNK 4 Kupang
0 Comments