Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Senin (25/11/2024), Program Studi Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Widya
Mandira (Unwira), bekerja sama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI)
menggelar diskusi publik dengan tema “Politik Energi Bersih di Kepulauan
Nusa Tenggara”.
Kegiatan yang berlangsung di Aula St. Hendrikus,
Gedung Rektorat UNWIRA, ini menghadirkan sejumlah pembicara lintas sektor untuk
membahas kebijakan energi di wilayah Nusa Tenggara.
Adapun pembicara yang hadir, yakni Marthen L.
Lussy (PLT Kepala Bidang Energi Baru Tebarukan Dinas ESDM NTT), Fanni Try
Jambore (Kadiv. Advokasi WALHI Nasional), Amri Nuryadin (Direktur WALHI NTB),
Umbu Wulang Tanaamah Paranggi (Direktur WALHI NTT), Pantoro Tri Kuswardono
(Yayasan PIKUL), dan Didimus Dedi Dhosa, S.Fil., MA.(Dosen FISIP Unwira).
Diskusi ini mengangkat berbagai isu, termasuk
kebijakan energi di NTT, dampak buruk energi kotor di kepulauan Nusa Tenggara,
penetapan pulau geotermal, tantangan gerakan perubahan iklim pasca COP 29,
tantangan pemerintah daerah dalam merespons kebijakan strategis nasional, dan
tantangan kepulauan nusa tenggara dalam merespons agenda energi pemerintah
Indonesia.
Sekretaris Program Studi Ilmu Pemerintahan,
Yohana Fransiska Medho S.IP., M.IP., dalam sambutannya, menjelaskan bahwa NTT
memilki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikelola.
“NTT memiliki potensi sumber daya alam, tetapi
sumber daya alam itu bisa dimanfaatkan dengan baik atau tidak? Apakah
tindakan-tindakan yang akan dibuat oleh pemerintah tetap akan berpihak pada
masyarakat akar rumput ataukah hanya menguntungkan elit politik yang membuat
keputusan itu?” jelasnya.
Ia menegaskan peran penting masyarakat untuk
ikut mengawal pengelolaan sumber daya tersebut agar pemanfataanya dapat
dimaksimalkan untuk seluruh masyarakat NTT. Yohana juga mengajak seluruh
mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini untuk kritis dalam menyikapi
situasi-situasi yang terjadi saat ini.
“Saya meminta mahasiswa-saya untuk kita
berdiskusi dengan alot untuk melihat dan merefliesikan situasi-situasi yang
terjadi di sekitar kita. Mungkin saja teman-teman pernah mengalami itu sebagai
korbannya, bisa juga bapak, kaka, saudara-saudari kalian di kampung yang
mengalami itu secara langsung,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur WALHI NTB, Amri
Nuryadin, menjelaskan alasan WALHI NTT dan NTB menggelar kegiatan ini.
“Kedua pulau ini memiliki kerentanan yang sangat
besar apabila energi kotor tetap dipertahankan sebagai sumber energi dari
pasokan bagi industrI maupun rumah tangga,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan harapan WALHI kepada pemerintahan
yang baru.
“Kami berharap ini menjadi PR besar untuk
melakukan gerak maju, yaitu memberikan satu jaminan bahwa transisi energi kotor
menjadi bersih bisa terlaksana di wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil, seperti NTT dan NTB karena kedua pulau ini memililiki beban yang luar
biasa. Proyek strategis nasional seperti Mandalika di NTB dan Pulau Gomori di
NTT menambah tekanan pada lingkungan, sehingga transisi energi menjadi solusi
yang tak terelakkan,” tegasnya.
Menariknya, kegiatan ini turut mengusung prinsip
ramah lingkungan. Panitia menyediakan air minum dalam galon dan gelas guna
mengurangi penggunaan plastik kemasan. Langkah ini sejalan dengan tema besar
diskusi yang mendorong keberlanjutan dan kesadaran lingkungan. (MDj/red)
0 Comments