Para peserta
didik SD Inpres Danibao.
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Pagi itu, Selasa
(12/4/2022), suasana dingin dan sejuk menyelimuti Desa Danibao yang terletak
tepat di Wilayah Kecamatan Adonara Barat, Flores Timur. Hiruk pikuk masyarakat
mulai mewarnai rutinitas pedesaan yang nampak asri di tengah panorama alam yang
indah. Matahari mulai menyapa dari ufuk timur disertai hentakan kaki anak-anak
kecil berseragam Sekolah Dasar (SD) yang bergegas di antara aktivitas
masyarakat.
“Selamat pagi,
Pak!” ucap mereka kepada kami, Tim Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT yang
sedang duduk mengamati suasana pedesaan pagi itu.
“Selamat pagi
juga,” balas kami dengan senyuman.
Setelah
mengamati dan merasakan suasana pedesaan di pagi itu, kami pun mulai bersiap
dan bergegas menyusuri jalan pendidikan di Desa Danibao. Tanpa berpikir
panjang, tujuan pertama kami adalah SD Inpres Danibao yang juga merupakan
tujuan anak-anak kecil yang kami temui pagi tadi. Sesampainya di depan sekolah,
semua warga SD Inpres Danibao, baik peserta didik, guru, dan tenaga
kependidikan tampak sedang mengikuti apel pagi sebelum melaksanakan Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM).
Setelah apel
pagi selesai, kami mulai menyusuri bagian dalam dari SD Inpres Danibao. Dengan
penuh kehangatan, kami disambut oleh para guru. Seketika itu juga, seorang guru
menyapa kami dengan ramah dan sopan.
“Halo Pak. Untuk
pihak Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT, silahkan masuk ke dalam ruang guru
kami!” ujarnya.
“Baik, terima
kasih,” balas kami sembari masuk dan bertemu para guru di ruangan yang
dimaksud.
Tak berselang
lama, seorang guru menyapa sambil menyalami kami. Dengan ramah, beliau
menyilahkan kami untuk mengisi buku tamu sebagai bagian dari dokumentasi
kunjungan di sekolah tersebut. Sesaat kemudian, kami mulai membuka percakapan.
“Saya merupakan
alumni dari tempat ini. Untuk itu, sudah sepantasnya saya bertamu ke sini
ketika mengunjungi Desa Danibao. Saya juga merupakan perwakilan dari Media
Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT,” kataku mewakili Tim MPC NTT.
“Selamat datang
di tempat ini dan marilah bercerita tentang pendidikan bersama kami,” sambung
Kepala SD Inpres Danibao, Benediktus Bapa Belen, S.Pd yang turut hadir dalam
kesempatan tersebut.
Dalam arahannya,
Benediktus mengatakan bahwa lembaga pendidikan yang dipimpinnya selalu
menekankan pengembangan prestasi akademik, literasi, dan numerasi. Para peserta
didik, imbuhnya, memiliki semangat membaca dan menulis yang tinggi. Namun, kendati
demikian, sambung Benediktus, pihaknya masih mengalami keterbatasan sarana dan
prasarana penunjang, seperti akses bahan bacaan yang berkualitas, komputer, dan
laboratorium penunjang kegiatan literasi.
“Segala
kekurangan di sekolah sudah saya sampaikan ke pemerintah, baik melalui proposal
maupun komunikasi langsung. Namun, sampai dengan saat ini belum ada jawaban dan
realisasi dari pemerintah yang berwenang.”
“Kekurangan-kekuranan
tersebut akan berdampak pada mutu kualitas pendidikan bagi peserta didik dan
menurunnya semangat membaca peserta didik. Untuk itu, sangat diharapkan uluran
tangan dan perhatian dari semua pihak yang peduli dengan pendidikan agar boleh
membantu lembaga pendidikan tersebut,” sambung Benediktus kepada kami.
.
Benediktus
menambahkan pihaknya selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin mendukung proses
pengembangan dan peningkatan budaya literasi di sekolah tersebut. Selain itu,
ia juga berharap agar pihak pemerintah bisa lebih memperhatikan keberlangsungan
nasib dari para guru yang mengabdi di daerah pedesaan, seperti di SD Inpres
Danibao.
“Guru desa
seharusnya diperhatikan dari pemerintah agar semangat dan dedikasi kepada peserta
didik lebih berkualitas. Program pemerintah tentang guru desa seharusnya
menyasar kepentingan dan kesejahteraan,” tegasnya sembari menaruh asa pada
pundak guru selaku pahlawan tanpa tanda jasa.
Sementara itu,
di sela-sela diskusi yang semakin hangat terjalin, beberapa orang guru turut
memberikan pandangannya terkait potret pendidikan di SD Inpres Danibao. Yoseph
Igo, S.Pd misalnya. Ia mengatakan bahwa literasi adalah sesuatu yang sangat
penting dan harus dibudayakan di setiap lembaga pendidikan.
“Saya tentunya
sangat mengapresiasi pergerakan MPC NTT selama ini. Literasi sangat penting dan
harus dibudayakan. Sebelum pandemi Covid-19, Kecamatan Adonara Barat pernah
menyelenggarakan ajang perlombaan literasi bagi tingkat Sekolah Dasar. Namun, hal
itu dinilai begitu konsisten dengan program ini, sehingga saya berharap ada
kelanjutan dengan kegiatan ajang tersebut di masa yang akan datang,” ujarnya
dengan penuh harap.
Para guru dan
tenaga kependidikan SD Inpres Danibao.
Lebih lanjut,
salah seorang guru, Maria Ina Boli, S.Ag menuturkan bahwa pengembangan literasi
juga sangat bermanfaat bagi para guru selaku tenaga pendidik. Salah satunya,
ujar Maria, adalah program pelatihan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI),
terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS).
Di sisi senada,
Petrus Saka Leyn, S.Pd yang juga seorang guru mengungkapkan bahwa peserta didik
SD Inpres Danibao memiliki potensi dan kemampuan literasi yang baik, tetapi
belum memiliki wadah yang mampu menunjang pengembangannya secara berkelanjutan.
Untuk itu, senada dengan Kepala SD Inpres Danibao, Petrus sangat mengharapkan
bantuan dari berbagai pihak, terutama pemerintah untuk memajukan kualitas
pendidikan di tempat tersebut.
“Pihak sekolah
sudah menginisiasi membangun taman baca namun belum ada ketersediaan buku-buku
dan sarana pendukung untuk keberlanjutan taman baca tersebut. Kami masih mengharapkan
uluran tangan dan perhatian dari pemerintah, pemerhati pendidikan, yayasan
peduli anak, komunitas bela rasa anak dan lembaga inovatif lainnya untuk
berkolaborasi demi meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah ini,” harap
Petrus.
Setelah
menyelesaikan diskusi di SD Inpres Danibao, kami pun melakukan sesi foto bersama
peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan. Untuk diketahui, SD Inpres
Danibao memiliki satu sekolah filial, yaitu SDI Filial Ubek serta memiliki 93 peserta
didik serta 13 tenaga pendidik dan kependidikan. (Bastian Kopong/MD/red)
0 Comments