Fidelis Sawu (Foto: Dok. Pribadi) |
Persiapan
pun dilakukan oleh panitia, dengan melaksanakan pre-departure yang dilaksanakan
tanggal 27 Februari s.d 2 Maret 2019. Kegiatan tersebut dibuat untuk
mempersiapkan para peserta agar menjadi lebih percaya diri dan siap memahami
dan mengikuti pelatihan, mampu berkomunikasi secara aktif dalam mengikuti
kegiatan pelatihan dan mampu menyesuaikan diri dengan aturan, norma dan budaya
setempat. Mimpi itu menjadi kenyataan tatkala pesawat Royal Brunai mendarat
dengan mulus di bandara Melbourne pada hari minggu, 3 Maret 2019. Group LPPKS Australia
yang berjumlah 9 orang dihantar ke penginapan Apartemen Campus.
Cuaca
yang dingin tidak menyurutkan semangat kami untuk mengenal kampus Monash University.
Pukul 15.30 dengan berjalan kaki kami menuju ke kampus yang berjarak sekitar 2
km dari tempat penginapan. Angen dan Farah, mahasiswa yang sementara menempuh
pendidikan S2, setia dan sabar menghantar kami dan memberikan penjelasan
tentang berbagai hal seputar lingkungan kampus. Kampus begitu luas dan
lingkungannya tertata sangat baik. Ada patung pendiri kampus yang bernama
Monash menambah rasa kagum kami pada lingkungan Monash University. Malampun
tiba kami kembali berjalan kaki menuju ke apartemen.
Hari
pertama adalah hari yang penuh tanda tanya. Tepat pukul 9.00 am, kami sudah
berada di kampus dan pada pukul 10.00 am kegiatan pembukaan dimulai. Associate
Professor Graham Parr menyapa kami dengan ramah. Acara berlangsung singkat
namun berkesan. Semua peserta diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri
dengan gaya yang menarik. Setiap peserta diminta memilih tiga buah permen
berwarna. Setiap warna disiapkan satu pertanyaan seputar pekenalan diri, hoby,
makanan kesukaan, lagu kesukaan dan orang yang paling berjasa. Sesi kedua, Dr
Melanie Brooks dan Ms Nicola, memaparkan materi Introduction to Australian educational leadership context.
Pengelolaan kelas begitu bagus. Meja belajarpun didesain menjadi papan tulis.
Setiap kelompok diberikan spidol. Hasil diskusi kelopok ditulis di atas meja
kelompok dan dipresentasikan. Kedua narasumber secara kolaborasi mendapingi
para peserta dalam memahami materi. Angen dan Fara menjadi tralater yang baik,
semakin memudahkan kami untuk memahami materi dengan baik. Mimpiku telah
menjadi kenyataan. Aku selalu bermimpi untuk menjadikan sekolah yang kupimpin,
SMA Swasta setiawan Nangaroro menjadi sekolah yang berkualitas dalam
pembelajaran di kelas. Siswa berkualitas berasal dari guru yang berkualitas
serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Hari pertama diakhiri
dengan learning and teaching building and
campus tour.
Pada
hari kedua, Dr. Melanie Books dan Ms Nicola Sum kembali dengan penuh semangat
mendapingi kami dengan materi Introductional
to Captone project. Capstone Project merupakan tagihan yang akan
dipresentasikan pada hari terakhir kegiatan tanggal 15 Maret 2019. Capstone
Project dikerjakan secara berpasangan berdua dua. Presentasi dibuat dengan
mengikuti struktur: 1) Identification of
the problem or challenge 2) Possible approaches to address the problem or
challenge 3) Implementation plan 4) Potential limitations and how they will be
addressed 5) Timeline 6) Projected outcomes.
Hari
ketiga merupakan hari yang special yakni shadowing. Dalam Shadowing, setiap
peserta hendaknya mengamati beberapa hal yang akan menjadi bahan diskusi bersama
yakni: 1) Fasilitas seperti kebersihan, dekorasi, arsitek, penataan ruangan, 2)
Teaching and Learning seperti
kurikulum, tempat duduk siswa, manajemen kelas, berpikir kritis, 3) Teachers, 4) Technology: pemanfaatan oleh guru dan siswa, 5) Student Engagement: collaborative learning,
independent learning dan classroom noise, 6) Inclusion of indigenous and other
culture: flags, art, languages, displays. Peserta dibagi dalam kelompok.
Setiap kelompok terdiri atas 4 orang. Group LPPKS bergabung bersama Group GTK.
Saya bersama Ibu Yusnaini, Pak Agus dan
Pak Rudy mendapat tempat shadowing di
Caufield Grammar School. Kami diterima dengan sangat baik oleh pihak
lembaga yakni kepala kurikulum Bapak Shane Davey.
Pada
shadowing ini kami mengalami secara
langsung berbagai kegiatan antara lain pertemuan para guru yang membahas tetang
penilaian. Pertemuan menggunakan jam istirahat
yang berlangsung sekitar setengah jam. Suasana pertemuan sangat menarik.
Setiap guru diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dalam suasana yang
demokratis. Kami juga mengikuti kegiatan apresiasi seni siswa yang senantiasa
dilakukan seminggu sekali. Kegiatan tersebut dihadiri oleh semua siswa SMP/midle school serta kepsek dan staf guru. Bakat dan kemampuan siswa benar
benar mendapat perhatian.Hari ini aku mendapat pengalaman menarik yakni saling
menghargai pendapat dan memberikan perhatian dan ruang bagi siswa untuk
mengembangkan potensinya. Pada shadowing pertama, kami belum melihat kondisi
pembelajaran di kelas, dan hal itu dijanjikan nanti akan dilaksanakan pada
shadowing yang kedua.
Pada
tanggal 8 Maret 2019, kami mengikuti kegiatan school visit di Clayton North
Primary school. Kami mendapat sambutan yang hangat dari kepala kurikulum.
Pada hari ini, para guru sedang mengikuti kegiatan musyawarah guru yang biasa
dilakukan 4 kali dalam satu tahun. Kami mengamati semua ruang belajar siswa,
tempat berolahraga, ruang seni, osis, ruang orang tua, dapur,ruang bahasa
jepang. Pengalaman baru yang kuperoleh adalah siswa SD kelasnya bergabung yakni
1 dan 2, 3 dan 4, serta 5 dan 6. Ruangan kelas didesai dengan sangat menarik.
Ada perpustakaan di setiap kelas dan setiap kelas dipajangkan hasil karya
siswa. Ada ruang ketrampilan. Siswa secara bergilir mendapat tugas untuk
menjaga kantin sekolah dan memasak didampingi guru. Jiwa kewirausahaan sudah
mulai dikembangkan di sekolah.
Kegiatan
school visit kedua, pada tanggal 12 Maret 2019 di Point Cook College. Pengalaman baru kudapati di tempat ini. Sejak
awal masuk ruang tamu, kami antri untuk mengisi data tamu melalui layar
monitor. Sekolah yang sangat lengkap dengan ruangan yang tertata sangat indah
dan menarik seperti sebuah hotel berbintang. Terdapat laboratorium IPA yang
sangat lengkap, Bengkel sepeda, kebun , lapangan olahraga yang luas dengan
sarana olahraga yang lengkap. Aku hanya berdecak kagum. Dari segi fasilitas, tidak
jauh berbeda dengan Clayton North Primary
School dan Caufield Grammar School.
Di tempat ini kami dapat mengamati keseluruhan kegiatan pembelajaran dari TK,
SD, dan SMP. Pembelajaran begitu menarik dan para siswa sangat aktif mengikuti
pembelajaran. Semua siswa memiliki Ipet sebagai media belajar. Pemanfaatan
teknologi benar benar efektif dalam pembelajaran. Hal yang saya pelajari di
tempat ini adalah budaya antri, pemanfaatan media teknologi dalam pembelajaran,
guru yang profesional, manajemen sekolah yang baik, dan siswa yang kompeten.
Kenyataan
yang telah kualami rasanya bagai sebuah mimpi. Ada jarak yang sangat jauh
berbeda antara sekolahku nun jauh di sana, daerah terpencil NTT dengan yang ada
di Australia yang telah kami kunjungi. Dari segi fasilitas, sangat jauh
berbeda. SMA Swasta Setiawan Nangaroro belum
memiliki laboratorium Fisika, Kimia, Biologi. Pembelajaran IPA hanya teori saja.
Ruangan Kelas yang rusak berat dan banyak lagi fasilitas yang serba terbatas.
Dari segi tenaga pendidik, haruslah diakui bahwa pola pembelajaran yang terjadi
selama ini adalah teacher center. Hal
ini disebabkan oleh kemampuan guru masih perlu dikembangkan. Penguasaan
teknologi juga sangat terbatas karena alat teknologi belum mencukupi.
Kenyataan
tersebut diatas mendorong saya untuk berjuang menggapai mimpi. Ada banyak
potensi yang kami miliki yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan yang
ada. Potensi tersebut antara lain: 1) Minat anak untuk sekolah sangat tinggi,
2) Dukungan orang tua dan masyarakat terhadap pendidikan, 3) Dukungan
pemerintah melalui berbagai bantuan seperti dana BOS, beasiswa PIP, 4) Sumber
daya manusia (kepala sekolah, guru, pegawai, siswa), 5) Dukungan Yayasan.
Semua
potensi tersebut akan dikembangkan dengan maksimal dengan berbagai upaya antara
lain: 1) Membangun kemitraan dengan berbagai pihak, 2) Mengadakan berbagai
kegiatan IHT, Work Shop untuk meningkatkan SDM, 3) Menata lingkungan sekolah
secara baik, 4) Meningkatkan efektifitas kepemimpinan dan manajemen kepala
sekolah, 5) Mengubah mind set kepala sekolah, guru dan pegawai, 6) Mengubah
iklim kerja yang harmonis, 7) Meningkatkan prestasi belajar peserta didik baik
akademik maupun non akademik, 8) Meningkatkan budaya kerja untuk mencapai visi
sekolah, 9) Meningkatkan disiplin sekolah.
Dari banyak pengalaman menarik yang
kualami selama kegiatan di Monash University, kegiatan Shadowing dan School
Visit aku ingin mengembangkan sekolah yang berkualitas dengan mengembangan
pembelajaran yang berkualitas. Dari tiga sekolah sekolah yang dikunjungi ada
beberapa hal menarik khususnya tentang pembelajaran yakni seting kelas yang
menarik, kegiatan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
penggunaan teknologi dalam pembejaran. Untuk mewujudkan impian tersebut tentu terlebih
dahulu dikembangkan beberapa hal yaitu: pertama, Disiplin. Kedisiplinan merupakan faktor yang
sangat penting untuk meraih impian. tanpa disilin impian akan sia sia. Kedua,
Lingkungan yang bersih. Dengan lingkungan yang bersih, indah, rapih, membuat
kita sehat dan betah untuk belajar. Ketiga, pembelajaran yang berkualitas. Guru
yang berkualitas harus terus belajar mengembangkan ilmu pengatahuannya. Guru
harus juga menguasai teknologi sebagai pintu masuk untuk memperluas wawasan.
Sekolah akan menyelenggarakan berbagai In House Training untuk meningkatkan
kompetensi guru. Keempat, kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen yang
efektif. Supervisi akademis untuk mengembangkan kompetensi guru.
Itulah kiatku sebagai pemimpin yang
terus bermimpi untuk mewujudkan impian, menjadikan SMA Swasta Setiawan
Nangaroro sebagai sekolah yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas
berasal dari guru yang berkualitas. Oleh karena itu, kompetensi guru perlu
dikembangkan secara maksimal. Mengikuti program
pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan ke Australia bagaikan sebuah
mimpi, tapi mimpi itu telah menjadi kenyataan. Kiranya mimpikupun untuk
menjadikan sekolah berkualitas dengan meningkatkan kompetensi guru dalam
pembelajaran juga menjadi sebuah kenyataan.
Fidelis Sawu – Kepala SMA Swasta Setiawan Nangaroro, Kab. Nagekeo
0 Comments