Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Terampil Direksi dengan Metode Dalcroze

 


Oleh: Bernadett Yosepha Susanti, S.Pd.

(Guru Seni Budaya SMPN 21 Kota Kupang)



CAKRAWALANTT.COM - Kehidupan manusia selalu erat kaitannya dengan seni. Seni sendiri merupakan bagian dari kebudayaan yang menjadi kesanggupan akal manusia untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan indah. Keindahan tersebut bisa dinikmati dengan karya atau produk seni yang secara tidak langsung menggambarkan identitas budaya atau pola kehidupan tertentu.

 

Dalam bahasa Sansekerta, seni disebut cilpa (kata sifat) yang berarti berwarna. Menurut Jazuli (2014 : 29), kesenian, dalam banyak hal, merupakan kelengkapan manusia dan dianggap suatu kelebihan atau keterampilan, tetapi bukan untuk mata pencaharian. Di dalam seni, terdapat beberapa cabang yang meliputinya, yakni seni tari, seni kriya, seni rupa, dan juga seni musik.

 

Seni musik sendiri merupakan seni suara atau bunyi yang didasarkan pada indera pendengaran. Musik berasal dari kata muse, yaitu sebutan salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno yang menjadi dewa seni dan ilmu pengetahuan (Banoe, 2003 : 288). Musik menjadi salah satu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.

 

Eksistensi musik dalam kehidupan masyarakat sangatlah urgen. Masyarakat membutuhkan musik untuk mendukung aktivitas dan kegiatannya, baik sebagai hiburan, iringan upacara adat, media komunikasi, sarana berdoa, dan sebagainya. Musik pun dipandang penting dan wajib dipelajari guna memenuhi setiap kebutuhan masyarakat. Untuk itu, di setiap satuan pendidikan, musik menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di kalangan peserta didik.

 

Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), pembelajaran tentang musik masuk ke dalam pelajaran Seni Budaya. Pelajaran Seni Budaya mencakup banyak materi, seperti bernyanyo solo, bermain alat musik sederhana, bernyanyi bersama, dan permainan ansambel.

 

Dalam praktiknya, materi-materi Seni Budaya, selain bernyanyi solo, tersebut membutuhkan seorang dirigen yang bisa memimpin proses bernyanyi maupun bermain musik. Istilah dirigen berasal dari bahasa Belanda, dirigent, dan Inggris, conductor, yang berarti pemimpin dan pelatih. Hal itu merujuk pada sekelompok pemain musik atau paduan suara yang memainkan karya musik.   

 

Seorang dirigen harus memiliki pendengaran yang baik, berwibawa, mampu mempengaruhi orang lain, serta dapat berbicara dengan luwes di hadapan sekelompok orang (Prier 2011 : 1). Untuk menjadi seorang dirigen, dibutuhkan kemampuan atau keterampilan direksi yang baik. Direksi merupakan suatu keterampilan dalam seni musik yang berhubungan dengan teknik dalam memimpin suatu paduan suara atau musik.

 

Pada umumnya, keterampilan direksi harus dimiliki seorang dirigen, sehingga dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang baik. Schuller (1997) mengatakan bahwa orang yang membuat direksi (conductor) tidak hanya mengerti partitur secara teoritis, tetapi juga memahami cara membawakan pengetahuan tersebut ke dalam gestur agar bisa meneruskan informasi kepada paduan suara atau orkestra yang dipimpinnya.   

 

Dalam proses pembelajaran Seni Budaya, para peserta didik diharapkan mampu memahami konsep direksi dengan baik, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjadi dirigen ulung pada praktik bermain musik atau bernyanyi. Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik mampu melakukannya. Di kelas VII A SMP Negeri 21 Kota Kupang, tempat Penulis mengabdi, masih terdapat 25 peserta didik yang belum memahami direksi dengan baik.

 

Hal itu disebabkan oleh rendahnya rasa ingin tahu dan kemauan peserta didik untuk belajar. Selain itu, minimnya sarana dan fasilitas sekolah turut mempengaruhi keberlangsungan praktik pelajaran Seni Budaya saat kegiatan belajar dan mengajar. Dengan begitu, secara tidak langsung, motivasi belajar anak didik pun menjadi menurun.   

 

Berangkat dari kondisi dan persoalan tersebut, Penulis pun mencoba untuk membuat suatu inovasi dengan menggunakan metode eurhytmic dalcroze. Metode dalcroze menekankan pada konsep-konsep musik, terutama dalam apresiasi musik, latihan pendengaran, dan improvisasi dalam rangka meningkatkan mutu serta kemampuan musikalitas.

 

Pendekatan tersebut menjadi penghubung antara musik, gerakan, pikiran, dan bahasa tubuh. Dalam hal ini, dalcroze mencakup tiga aspek (dalam pendidikan musik) yang meliputi eurhytmic, solfege (solfeggio), dan improvisasi.

 

Eurhytmik dalcroze mengajarkan konsep ritme, struktur, dan ekspresi musik dengan menggunakan gerakan. Kemudian, solfegio diartikan sebagai suatu kegiatan mengidentifikasi kepekaan musikal, baik berupa kemampuan untuk mengidentifikasi ritmik maupun melodi. Sedangkan, improvisasi merupakan kemampuan untuk mengembangkan skill dalam bentuk spontanitas, kreativitas, daya cipta, dan daya khayal.

 

Penulis pun memilih metode tersebut sebab dalcroze berfokus pada pemahaman tentang ritme lagu yang mana pada direksi, ritme lagu sangat berpengaruh terhadap pola direksi. Penulis menggunakannya dalam bentuk demontrasi. Demonstrasi, menurut Penulis, sangat berguna untuk mengaplikasikan metode dalcroze secara praktis dan bukan sekadar teori.

 

Dalam penerapannya, Penulis memberikan arahan dan contoh kepada peserta didik dalam mendireksi. Penulis juga menyiapkan alat dan bahan, seperti video animasi, handphone, dan gitar, sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Semua itu dilakukan pada awal kegiatan belajar dan mengajar. Setelah itu, Penulis mulai menerapkan metode dalcroze melalui demonstrasi dengan tahapan sebagai berikut.

 

Pertama, menonton video animasi. Pada awal kegiatan, Penulis menyuguhkan video animasi Burung Kakak Tua dan meminta peserta didik untuk mendengarkannya dengan seksama guna merasakan ketukan dari lagu tersebut. Secara bersamaan, Penulis memberikan contoh gerakan yang sesuai dengan hitungan lagu, yaitu gerak 1, 2, 3. Proses mendengarkan tersebut merupakan salah satu aspek yang terdapat di dalam metode eurhytmic dalcroze.  

 

Penulis membuat gerakan untuk membiasakan peserta didik bergerak sesuai dengan tempo lagu, sebab saat membuat direksi harus disesuaikan dengan tempo dan ritme lagu yang benar. Setelah menonton video animasi tersebut, peserta didik diajak untuk memperagakan gerakan dengan lagu yang sama.

 

Kedua, mendemonstrasikan pola ketukan 2/4, 3/4, dan 4/4. Di sini, Penulis berfokus pada ketukan-ketukan tersebut karena sering digunakan dalam berbagai lagu di jenjang SMP. Setelah itu, Penulis mengarahkan setiap peserta didik untuk memperagakan hal yang telah didemonstrasikan tersebut. Penulis juga akan membantu dan mengoreksi setiap gerakan yang dilakukan oleh peserta didik. Hal itu merupakan pengaplikasian aspek improvisasi dalam metode eurhytmic dalcroze


Ketiga, membuat direksi sesuai ketukan. Untuk lebih membuat peserta didik mengalami rasanya menjadi seorang dirigen, Penulis pun mengarahkan mereka untuk kembali membuat direksi sesuai ketukan yang diajarkan. Penulis akan menggunakan metronome sebagai patokan tempo agar peserta didik terbiasa mengikuti tempo sebuah lagu. Namun, sebelum itu, Penulis memberikan contoh terlebih dahulu guna menambah pemahaman peserta didik.

 

Keempat, membuat direksi dengan bantuan media musik. Di sini, Penulis akan mengiringi peserta didik dalam membuat direksi, dari ketukan 2/4, 3/4, dan 4/4/, dengan menggunakan gitar. Musik yang dimainkan menggunakan gitar tersebut bermula dengan tempo pelan menuju sedang dan dari tempo sedang menuju cepat. Setelah itu, Penulis akan memainkan 3 buah lagu dengan masing-masing lagu menggunakan ketukan 2/4, 3/4, dan 4/4. Pada bagian ini, Penulis akan memberikan arahan agar peserta didik dapat membuat direksi secara baik dan benar.

 

Setelah menggunakan metode dalcroze, Penulis mengalami adanya peningkatan keterampilan membuat direksi di kalangan peserta didik. Selain itu, pembelajaran pun menjadi lebih menyenangkan di dalam kelas. Konsentrasi dan kreativitas peserta didik pun lebih terbentuk.

 

Penggunaan metode dalcroze sangat membantu pendidik untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi direksi di dalam pembelajaran Seni Budaya. Peserta didik dapat melihat contoh dan mengaplikasikannya secara langsung. Hal itu dapat meningkatkan solfeggio dan improvisasi dalam diri peserta didik. Dengan demikian, metode dalcroze mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan kreatif. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments