Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, DAN REVIEW (SQ3R)

 

Illustrasi.



Oleh : Yolenta Elsa Ambon, S.Pd.

(Guru di SMP Negeri 8 Borong, Manggarai Timur)



CAKRAWALANTT.COM - Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting selain tiga keterampilan bahasa lainnya, yakni membaca (Somadayo, 2011:1). Membaca merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu dan bermanfaat bagi kehidupan seseorang. Membaca menjadi salah satu sarana mempelajari dunia, memperluas pengetahuan, dan menggali pesan-pesan dalam bentuk tulisan.

 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar membaca. Hal ini dimaksudkan dengan bertambahnya wawasan dan pengetahuan dapat membantu masyarakat dalam menjawab tantangan hidup pada masa mendatang (Rahim, 2005:1). Dengan demikian, membaca merupakan hal yang penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.

 

Dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah, keberhasilan peserta didik banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca. Sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut peserta didik harus melakukan aktivitas membaca guna memperoleh pengetahuan. Oleh  karena itu,  pembelajaran  membaca  mempunyai  kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Kemampuan membaca ini tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Untuk itu, guru dituntut untuk dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan membacanya.

 

Banyak  sekali  informasi  yang  dapat  diperoleh dari  kegiatan  membaca. Peserta didik yang banyak membaca akan mendapatkan suatu pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan peserta didik yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Melalui pengetahuan yang dimiliki itu, peserta didik dapat mengomunikasikan kembali informasi yang dimiliki dalam bentuk lisan atau tulisan.

 

Dengan kata lain, membaca dapat membantu seseorang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam bentuk lain. Apalagi dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, seseorang (peserta didik) haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti perkembangan   dan kemajuan teknologi. Hal ini menegaskan bahwa kesulitan dalam membaca merupakan cacat yang serius dalam kehidupan (Rubin dalam Slamet, 2003:74). Di sini, kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu peserta didik mempelajari berbagai hal.

 

Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar, peserta didik mampu mengambil intisari bacaan yang dibacanya. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya, maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh. Banyaknya pengetahuan ini tentu akan sangat membantu peserta didik dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Selain itu, kemampuan nalar (reasoning) peserta didik juga akan berkembang dengan pesat ketika peserta didik berhasil mendapatkan informasi melalui bahan bacaannya.   

 

Pada tingkatan yang lebih luas, tantangan abad 21 mensyaratkan peserta didik untuk mampu memilih dan mengritisi informasi. Peserta didik yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar tentunya akan berakibat buruk pada kualitas SDM, sehingga bangsa ini akan kesulitan berkompetisi dengan generasi muda dari negara-negara lain. Dengan demikian, kemampuan membaca peserta didik sangat penting peranannya bagi keberhasilan dirinya  sendiri, bahkan bisa mempengaruhi kemajuan negaranya.

 

Peserta didik kelas VII dan VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) seharusnya telah memiliki kemampuan membaca pada tahap merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Akan tetapi, penelitian menunjukan bahwa  masih ada sebagian peserta didik pada jenjang tersebut yang berkemampuan rendah dalam membaca pemahaman, terutama berkaitan dengan merekonstruksi pesan yang terdapat di dalam teks bacaan. Kesulitan ini disebabkan peserta didik lebih fokus pada cara menyelesaikan bacaan dengan cepat daripada menemukan informasi dan memahami makna dalam tulisan.

 

Rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada peserta didik tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya penggunaan metode pembelajaran membaca yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman merupakan  isu yang urgen atau mendesak untuk diselesaikan, sebab membaca adalah dasar utama dalam proses belajar mengajar.

 

Membaca pemahaman juga sangat diperlukan peserta didik untuk memahami materi dalam sebuah mata pelajaran. Selain itu, membaca memberikan wawasan luas bagi peserta didik. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada peserta didik dapat menimbulkan dampak buruk yang serius dan bila tidak segera ditangani akan berdampak semakin buruk. Maka dari itu, penggunaan metode membaca yang inovatif merupakan salah satu jawaban yang memungkinkan permasalahan membaca pemahaman pada peserta didik dapat teratasi.

 

Solusi

 

Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memahami sebuah buku atau bahan bacaan lainnya. Tidak jarang untuk memahami sebuah bacaan, peserta didik membaca lebih dari satu kali. Mengapa demikian? Banyak peserta didik yang membaca sebuah buku atau bacaan lain dengan cara membaca keseluruhan bacaan itu sekaligus. Dengan cara itu, peserta didik beranggapan akan dapat memahami bacaan tersebut dengan baik. Ternyata, anggapan tersebut tidak terlalu tepat. Untuk memahami suatu bacaan, tidaklah sekadar membaca, tetapi memerlukan strategi yang tepat dan memperoleh hasil yang baik.

 

Membaca sebuah buku atau bacaan lainnya dapat dimulai dengan membaca sekilas atau skimming, kemudian dilanjutkan dengan membaca secara intensif. Membaca sekilas bertujuan untuk memperoleh kesan umum dari sebuah buku atau teks. Akan tetapi, buku itu juga harus dipelajari secara intensif. Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, dan lebih utuh. Untuk kegiatan membaca seperti itu, kita dituntut untuk rational thinking.

 

Pemahaman bacaan merupakan kemampuan untuk mengerti ide-ide pokok, perincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh terhadap bacaan itu. Artinya, peserta didik perlu menguasai kosakata dan struktur tulisan dengan baik. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) merupakan salah satu strategi dalam membaca pemahaman sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Ini adalah salah satu upaya yang telah dikembangkan untuk keterampilan membaca pemahaman dalam kurun waktu lima puluh tahun terakhir ini.



SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Metode membaca ini dianjurkan oleh seorang Guru Besar Psikologi dari Ohio State University, Prof. Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode ini merupakan salah satu metode membaca yang makin lama makin dikenal orang dan banyak digunakan. Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah, yakni survey (penelaahan pendahuluan), question (bertanya), read (baca), recite (mengutarakan kembali), dan review (mengulang kembali).

 

Jika Anda membaca sebuah buku atau Anda mendampingi peserta didik Anda saat membaca, apa yang pertama kali Anda lakukan? Apakah Anda langsung membaca buku tersebut? Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) menawarkan kepada Anda untuk melakukan survei sebelum  membaca buku atau bahan bacaan lainnya. Dalam hal ini, peserta didik perlu melakukan survei untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permulaan dan akhir.

 

Misalnya, pada saat  akan membaca buku, peserta didik menyurvei terlebih dahulu anatomi buku yang meliputi (1) bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar, tabel, dan daftar gambar (jika ada daftar tabel, grafik, dan gambar), barang kali juga halaman yang berisi persetujuan yang  berwenang  menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2)  bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; serta (3) bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.

 

Buku yang bersifat ilmiah hendaknya mengandung  bagian-bagian buku tersebut. Semua   unsur dilihat secara sekilas untuk mengetahui gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatan buku. Dengan demikian, dalam membaca buku, peserta didik tidak langsung masuk ke dalam  batang tubuh bacaan tersebut. Apakah Anda juga melakukan hal yang sama sebelum membaca?

 

Setelah menyurvei buku atau bahan bacaan lainnya, pernahkan Anda mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahan bacaan? Pada tahap ini metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) menawarkan kepada Anda (pembaca dan peserta didik) untuk merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada dalam  buku/teks itu.

 

Pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun peserta didik untuk memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga peserta didik bersikap aktif. Peserta didik tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan pengarang, tetapi juga boleh mengritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya. Tahap ini disebut sebagai tahap question (bertanya).

 

Setelah peserta didik menyurvei dan merumuskan pertanyan-pertanyaan, peserta didik dapat memulai kegiatan membaca (reading). Peserta didik dapat membaca buku/teks dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Pertanyaan itu merupakan penentu yang dapat membantu peserta didik menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat. Peserta didik dianjurkan untuk perlambat cara  membaca pada bagian-bagian  yang penting atau yang dianggap sulit dan mempercepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah diketahui.

 

Setiap peserta didik selesai membaca satu bagian, berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, dan lakukan itu terus sampai selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan atau komentar. Jika masih mengalami kesulitan, maka ulangi sekali lagi membaca bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu peserta didik untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai kehilangan memori tentang substansi bacaan pasca membaca. Tahap ini dikenal dengan isrilah recite dalam metode SQ3R.

 

Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah peserta didik baca (review). Peserta didik tidak perlu membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagian yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca sebelumnya.

 

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review) akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberikan hasil yang maksimal. (MDj/red)


Post a Comment

0 Comments