Oleh : Ignatius Dewantoro Liarian
(Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Lembata)
CAKRAWALANTT.COM - Hari
Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun (2022) ini mengambil tema “Pimpin
Pemulihan Bergerak untuk Merdeka Belajar”. Tujuan tema ini agar semua insan
pendidikan bisa mengingat kembali filosofi dan nilai perjuangan Ki Hajar
Dewantara dalam menegakkan pendidikan di Indonesia. Merujuk pada maksud
tersebut, maka momen Hardiknas
perlu diberi makna dengan menggali pemikiran dan gagasan brilian Bapak
Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara tentang Konsep Merdeka Belajar. Tulisan
ini sekedar sebuah catatan melawan lupa untuk memaknai relevansi dan implikasi
pemikiran Ki Hajar Dewantara perihal Merdeka Belajar yang menjadi fondasi
pengembangan Kurikulum Merdeka.
Menurut Ki
Hajar Dewantara, Merdeka Belajar tidak hanya berarti terlepas dari perintah,
tetapi cakap dan kuat memerintah diri
sendiri. Merdeka berarti seorang bisa menentukan arah tujuan hidupnya, mandiri,
dan terampil mengatur hidupnya dengan tertib berdasarkan nilai dan norma
masyarakat. Merdeka Belajar bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada
pada anak agar dapat mencapai
kebahagiaan, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Karena itu,
peran seorang pendidik adalah menggali, menuntun, serta mengembangkan bakat dan
minat anak, bukan merubah apa yang anak minati. Proses ini mendorong anak
menemukan kemerdekaannya. Kemerdekaan dalam belajar bukan
semata-mata kebebasan, tetapi juga kemampuan dan keberdayaan untuk mencapai
kebahagiaan (Ali Muis, 2021).
Gagasan
fundamental Merdeka Belajar Ki Hajar Dewantara kini diimplementasikan dalam
Kurikulum Merdeka. Keunggulan Kurikulum Merdeka terletak pada penguatan kompetensi
dan karakter peserta didik yang lebih sederhana dan mendalam, merdeka, relevan
dan interaktif (Sandi Budi: 2022). Sistem pembelajaran tidak lagi mendengarkan
penjelasan dari guru semata, tetapi peserta didik juga lebih berani
berargumentasi, mandiri, beradab, cerdas dan aktif dalam memecahkan masalah.
Peserta didik belajar dengan penuh pemahaman, kolaborasi, berorientasi proses
dan berani berjuang. Peserta didik secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual
lingkungan hidupnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil
Pelajar Pancasila.
Pendidik dan
peserta didik akan lebih merdeka karena peserta didik memilih mata pelajaran
sesuai minat, bakat dan aspirasinya. Pembelajaran tidak lagi menuntut peringkat
kelas karena kecerdasan setiap anak berbeda sesuai bidangnya. Pembelajaran mengarahkan
setiap peserta didik untuk berkembang sesuai potensi diri. Sedangkan, guru akan
mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah
memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran serta
penentuan hasil belajar sesuai dengan karakteristik sekolah dan peserta didik.
Kurikulum Merdeka
Belajar menjadi sebuah terobosan untuk memajukan dunia pendidikan. Berdasarkan
data rekapan nasional yang dirilis per 2 Mei 2022, satuan pendidikan Kabupaten
Lembata yang mendaftar implementasi Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut; jenjang
TK 28 sekolah, jenjang SD 141 sekolah, jenjang SMP 38 sekolah, jenjang SMA 6
sekolah dan jenjang SMK 2 sekolah. Terdapat 65,95% satuan pendidikan formal
yang mendaftar dan mengikuti penerapan Kurikulum Merdeka. Hal ini menunjukkan
respon positif dan inovatif satuan pendidikan untuk menerapkan Kurikulum
Merdeka sesuai dengan pilihan dalam penguatan karakter dan kompetensi anak Tanah
Lembata sesuai dengan potensi diri. .
Tantangan
implementasi Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan di Kabupaten Lembata
tidak mudah. Guru sudah saatnya keluar dari zona nyaman dengan sistem
pembelajaran gaya bank, di mana para murid adalah celengan dan guru adalah
penabungnya (Freire, 1985 : 50). Guru menyampaikan materi-materi dan ‘mengisi
tabungan’ yang diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid. Minimnya
pengalaman personal para guru untuk mengajar dengan Program Merdeka Belajar turut
mempengaruhi cara mengajar di kelas. Keterbatasan referensi sebagai rujukan untuk
memfasilitasi pembelajaran dengan efektif serta minimnya infrastruktur
teknologi informasi menyebabkan ketertinggalan dan ketimpangan dalam penerapan kurikulum
merdeka.
Tantangan lain
yang dihadapai adalah learning loss
(hilangnya pembelajaran) karena pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas
pembelajaran kurang kondusif dan mempengaruhi kemampuan literasi dan numerasi anak-anak
kita. Kemampuan membaca, menulis, menghitung dan daya serap menurun. Hal ini
diperparah lagi dengan karakter anak yang pasif, apatis, lemahnya daya tahan
dan daya juang, serta kebiasaan malu dan takut untuk bertanya.
Selain itu, trend hidup cari gampang, tidak fokus
pada studi, berkeliaran, tidak belajar dan tidak disiplin kerap mempengaruhi learning loss. Orang tua yang tidak
peduli dan sibuk dengan urusannya serta lingkungan sosial yang tidak kondusif juga
memperparah gairah dan semangat belajar anak. Kenyataan ini menjadi tantangan bersama
semua pihak untuk menuntun, membimbing, dan mengarahkan anak-anak untuk
menemukan kemerdekaan hidup dalam pendidikan.
Implementasi Kurikulum
Merdeka mendesak semua pihak, baik pemerintah, satuan pendidikan, orang tua dan
masyarakat untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk menjamin keberlanjutan Merdeka Belajar. Tidak ada kesuksesan tanpa sinergitas
yang baik. Karena itu, diperlukan sosialisasi dan pendampingan yang berlanjut
kepada para guru untuk mempelajari anatomi dan implementasi struktur Kurikulum
Merdeka. Peningkatan kapasitas dan kualitas guru merupakan hal krusial untuk
memiliki keterampilan mengajar dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka.
Penyediaan dan
peningkatan fasilitas dan layanan teknologi informasi merupakan kebutuhan urgen
untuk berinteraksi, membangun jaringan, dan mendapatkan akses informasi dan
pembelajaran. Penguasaan teknologi informasi merupakan tuntutan profesional
guru untuk mengakses berbagai referensi agar terus mengembangkan praktik
mengajar secara mandiri. Selain itu, juga
dituntut perhatian utama orang tua menjadi teman dan pendamping belajar bagi
anak. Masyarakat yang partisipatif dan lingkungan yang kondusif turut
memberikan kontribusi bagi keberlanjutan penerapan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi anak dalam berkreasi dan
mengembangkan diri. Anak dituntun untuk mengenal dan mengembangkan minat dan
bakatnya agar tumbuh menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter. “Kita tidak berkehendak mengubah dasar
kodrati sang anak, kita hanya dapat mengubah lakunya itu,” begitulah petuah
bijak
Ki Hajar Dewantara. (red)
0 Comments