Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

KI HAJAR DEWANTARA DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI KABUPATEN LEMBATA

 


Oleh : Ignatius Dewantoro Liarian 

(Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lembata)



CAKRAWALANTT.COM - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun (2022) ini mengambil tema “Pimpin Pemulihan Bergerak untuk Merdeka Belajar”. Tujuan tema ini agar semua insan pendidikan bisa mengingat kembali filosofi dan nilai perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam menegakkan pendidikan di Indonesia. Merujuk pada maksud tersebut, maka  momen  Hardiknas  perlu diberi makna dengan menggali pemikiran dan gagasan brilian Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara tentang Konsep Merdeka Belajar. Tulisan ini sekedar sebuah catatan melawan lupa untuk memaknai relevansi dan implikasi pemikiran Ki Hajar Dewantara perihal Merdeka Belajar yang menjadi fondasi pengembangan Kurikulum Merdeka.

 

Menurut Ki Hajar Dewantara, Merdeka Belajar tidak hanya berarti terlepas dari perintah, tetapi  cakap dan kuat memerintah diri sendiri. Merdeka berarti seorang bisa menentukan arah tujuan hidupnya, mandiri, dan terampil mengatur hidupnya dengan tertib berdasarkan nilai dan norma masyarakat. Merdeka Belajar bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar  dapat mencapai kebahagiaan, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

 

Karena itu, peran seorang pendidik adalah menggali, menuntun, serta mengembangkan bakat dan minat anak, bukan merubah apa yang anak minati. Proses ini mendorong anak menemukan kemerdekaannya. Kemerdekaan dalam belajar bukan semata-mata kebebasan, tetapi juga kemampuan dan keberdayaan untuk mencapai kebahagiaan (Ali Muis, 2021).

 

Gagasan fundamental Merdeka Belajar Ki Hajar Dewantara kini diimplementasikan dalam Kurikulum Merdeka. Keunggulan Kurikulum Merdeka terletak pada penguatan kompetensi dan karakter peserta didik yang lebih sederhana dan mendalam, merdeka, relevan dan interaktif (Sandi Budi: 2022). Sistem pembelajaran tidak lagi mendengarkan penjelasan dari guru semata, tetapi peserta didik juga lebih berani berargumentasi, mandiri, beradab, cerdas dan aktif dalam memecahkan masalah. Peserta didik belajar dengan penuh pemahaman, kolaborasi, berorientasi proses dan berani berjuang. Peserta didik secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual lingkungan hidupnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

 

Pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat dan aspirasinya. Pembelajaran tidak lagi menuntut peringkat kelas karena kecerdasan setiap anak berbeda sesuai bidangnya. Pembelajaran mengarahkan setiap peserta didik untuk berkembang sesuai potensi diri. Sedangkan, guru akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran serta penentuan hasil belajar sesuai dengan karakteristik sekolah dan peserta didik.

 

Kurikulum Merdeka Belajar menjadi sebuah terobosan untuk memajukan dunia pendidikan. Berdasarkan data rekapan nasional yang dirilis per 2 Mei 2022, satuan pendidikan Kabupaten Lembata yang mendaftar implementasi Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut; jenjang TK 28 sekolah, jenjang SD 141 sekolah, jenjang SMP 38 sekolah, jenjang SMA 6 sekolah dan jenjang SMK 2 sekolah. Terdapat 65,95% satuan pendidikan formal yang mendaftar dan mengikuti penerapan Kurikulum Merdeka. Hal ini menunjukkan respon positif dan inovatif satuan pendidikan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka sesuai dengan pilihan dalam penguatan karakter dan kompetensi anak Tanah Lembata sesuai dengan potensi diri. .

 

Tantangan implementasi Kurikulum Merdeka pada satuan pendidikan di Kabupaten Lembata tidak mudah. Guru sudah saatnya keluar dari zona nyaman dengan sistem pembelajaran gaya bank, di mana para murid adalah celengan dan guru adalah penabungnya (Freire, 1985 : 50). Guru menyampaikan materi-materi dan ‘mengisi tabungan’ yang diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid. Minimnya pengalaman personal para guru untuk mengajar dengan Program Merdeka Belajar turut mempengaruhi cara mengajar di kelas. Keterbatasan referensi sebagai rujukan untuk memfasilitasi pembelajaran dengan efektif serta minimnya infrastruktur teknologi informasi menyebabkan ketertinggalan dan ketimpangan dalam penerapan kurikulum merdeka.

 

Tantangan lain yang dihadapai adalah learning loss (hilangnya pembelajaran) karena pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas pembelajaran kurang kondusif dan mempengaruhi kemampuan literasi dan numerasi anak-anak kita. Kemampuan membaca, menulis, menghitung dan daya serap menurun. Hal ini diperparah lagi dengan karakter anak yang pasif, apatis, lemahnya daya tahan dan daya juang, serta kebiasaan malu dan takut untuk bertanya.

 

Selain itu, trend hidup cari gampang, tidak fokus pada studi, berkeliaran, tidak belajar dan tidak disiplin kerap mempengaruhi learning loss. Orang tua yang tidak peduli dan sibuk dengan urusannya serta lingkungan sosial yang tidak kondusif juga memperparah gairah dan semangat belajar anak. Kenyataan ini menjadi tantangan bersama semua pihak untuk menuntun, membimbing, dan mengarahkan anak-anak untuk menemukan kemerdekaan hidup dalam pendidikan.

 

Implementasi Kurikulum Merdeka mendesak semua pihak, baik pemerintah, satuan pendidikan, orang tua dan masyarakat untuk berkolaborasi dan bersinergi untuk menjamin keberlanjutan  Merdeka Belajar. Tidak ada kesuksesan tanpa sinergitas yang baik. Karena itu, diperlukan sosialisasi dan pendampingan yang berlanjut kepada para guru untuk mempelajari anatomi dan implementasi struktur Kurikulum Merdeka. Peningkatan kapasitas dan kualitas guru merupakan hal krusial untuk memiliki keterampilan mengajar dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka.

 

Penyediaan dan peningkatan fasilitas dan layanan teknologi informasi merupakan kebutuhan urgen untuk berinteraksi, membangun jaringan, dan mendapatkan akses informasi dan pembelajaran. Penguasaan teknologi informasi merupakan tuntutan profesional guru untuk mengakses berbagai referensi agar terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri.  Selain itu, juga dituntut perhatian utama orang tua menjadi teman dan pendamping belajar bagi anak. Masyarakat yang partisipatif dan lingkungan yang kondusif turut memberikan kontribusi bagi keberlanjutan penerapan Kurikulum Merdeka.

 

Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi anak dalam berkreasi dan mengembangkan diri. Anak dituntun untuk mengenal dan mengembangkan minat dan bakatnya agar tumbuh menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter. “Kita tidak berkehendak mengubah dasar kodrati sang anak, kita hanya dapat mengubah lakunya itu,” begitulah petuah  bijak  Ki Hajar Dewantara. (red) 


Post a Comment

0 Comments