Oleh : Febriani I. Nahak, S.Pd
(SMA Negeri 1 Wewewa Timur)
Sejak
tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan
Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan
Literasi Nasional merupakan upaya untuk memperkuat sinergi antar unit utama pelaku
gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan
publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.
Gerakan
ini akan dilaksanakan secara menyeluruh dan serentak, mulai dari ranah keluarga
sampai ke sekolah dan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Meningkatkan
literasi bangsa perlu dibingkai dalam sebuah gerakan nasional yang
terintegrasi, tidak parsial, sendiri-sendiri, atau ditentukan oleh kelompok
tertentu. Gerakan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
tetapi juga tanggung jawab semua pemangku kepentingan termasuk dunia usaha,
perguruan tinggi, organisasi sosial, pegiat literasi, orang tua, dan
masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan publik dalam setiap kegiatan literasi
menjadi sangat penting untuk memastikan dampak positif dari gerakan peningkatan
daya saing bangsa.
Bertolak dari
GLN, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan daya baca peserta didik
dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggerakkan literasi bangsa dengan
menerbitkan buku-buku pendukung bagi peserta didik yang berbasis pada kearifan
lokal. Program
GLS bertujuan untuk memperkuat
gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Salah
satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “Kegiatan 15 Menit Membaca Buku
Nonpelajaran Sebelum Waktu Belajar Dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca
agar pengetahuan dapat dikuasai secara baik. Materi baca tersebut berisi nilai-nilai budi
pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai
tahap perkembangan peserta didik.
Tahun 2017, Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menggagas Gerakan Satu Guru Satu Buku (SAGUSABU) untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam pembelajaran baca dan tulis. SAGUSABU merupakan
sebuah gerakan yang digagas dengan tujuan mendorong setiap guru untuk mampu menghasilkan
karya tulis dalam bentuk buku.
Gerakan
SAGUSABU ini dilaksanakan
secara menyeluruh di seluruh
wilayah Indonesia, termasuk Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Gerakan
SAGUSABU dilaksananakan karena keprihatinan terhadap minimnya jumlah
buku yang ditulis oleh guru. Pada umumnya, tingkat keinginan menulis guru masih
tergolong rendah. Tulisan yang dihasilkan oleh guru hakikatnya disusun
berdasarkan tuntutan. Misalnya, seorang guru akan menulis beberapa Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), Jurnal atau Best Practice pada saat pengusulan kenaikan
pangkat/golongan. Beranjak dari kondisi ini, beberapa PPPPTK yang bernaung di bawah
Direktorat GTK juga mengadakan Bimtek Literasi Penulisan Buku di berbagai kabupaten/kota.
Pemerintah Provinsi
NTT, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Media
Pendidikan Cakrawala NTT bersinergi untuk menyukseskan gerakan SAGUSABU
tersebut melalui Kegiatan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Populer di beberapa kabupaten
yang tersebar di seluruh wilayah NTT. Salah satunya adalah Kabupaten Sumba
Barat Daya. Sasaran utama kegiatan ini adalah
peserta didik dan pendidik pada Jenjang SMA/SMK/PLB.
SMA Negeri 1
Wewewa Timur merupakan satu dari sekian banyak sekolah yang mendapatkan
kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah
Populer. Kegiatan lokakarya ini dilaksanakan selama tiga hari, yakni 14-16
Oktober 2021. Peserta kegiatan ini terdiri dari 76 guru dan 30 peserta didik.
Dalam hal ini, penulis merupakan salah satu peserta dari kategori pendidik.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan gairah pendidik dan peserta didik
dalam hal berliterasi. Hasil akhir yang dicapai adalah baik pendidik maupun
peserta didik dapat menghasilkan sebuah karya yang murni dari hasil pikiran
sendiri.
Menurut
pandangan penulis, kegiatan lokakarya penulisan karya ilmiah ini menjadi
landasan pijak untuk menghasilkan sebuah tulisan yang benar-benar bermakna. Realita
yang terjadi dalam ruang lingkup SMAN 1 Wewewa Timur adalah adanya asumsi bahwa
menulis merupakan pekerjaan yang menguras waktu dan pikiran. Selama ini guru
terlalu disibukkan dengan tuntutan untuk menyusun perangkat pembelajaran yang
sempurna, sehingga fokus guru hanya berpusat pada penyusunan perangkat
pembelajaran. Hal ini menyebabkan sebagaian besar waktu guru dipenuhi dengan
menyusun perangkat pembelajaran. Akibatnya tak ada ruang untuk menulis. Padahal
jika dikaji lebih mendalam, kegiatan menulis sangat penting untuk mengembangkan
potensi diri.
Dalam kurun
waktu tiga hari, banyak materi atau hal baru yang diperoleh oleh guru sebagai
peserta kegiatan,termasuk penulis. Salah satunya adalah materi lokakarya berupa
sistematika penulisan karya ilmiah populer hingga penggunaan Bahasa Indonesia
yang tepat, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menghasilkan sebuah
karya ilmiah populer. Selama kegiatan ini berlangsung, penulis merasa ditantang
untuk menghasilkan suatu tulisan berupa artikel ilmiah populer.
Penulis dengan
latar belakang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan mengusung empat keterampilan dasar
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dimana keterampilan menulis menjadi salah
satu keterampilan dasar, sudah sepantasnya berani menjemput bola dengan
melebarkan sayap untuk menguraikan kalimat demi kalimat menjadi sebuah tulisan
yang bermakna.
Dalam proses pendampingan
selama kegiatan lokakarya ini berlangsung, penulis selalu diberikan arahan
terkait poin-poin penting dalam tulisan oleh pemateri dari Media Pendidikan
Cakrawala dan Kantor Bahasa Provinsi NTT. Sepanjang proses pendampingan
penulisan karya ilmiah populer ini, rasa lelah terkadang menjadi dalang dari
kelumpuhan berpikir, sehingga berimbas pada pena yang tergeletak dengan indah
di atas putihnya kertas. Namun, kendala tersebut bukanlah penghalang bagi
penulis untuk berhenti menulis.
Hasil akhir dari kegiatan ini ternyata cukup signifikan. Selama tiga hari, penulis telah menghasilkan tiga karya tulis ilmiah populer diantaranya: (1) Pohon Pengetahuan, Media cerdas Belajar Frasa. (2) Menulis Makalah, Mimpi Burukkah Peserta didik Kelas XI PB 1? (3) Pendekatan Kontekstual Menjadikan Pembelajaran Menulis Puisi pada Peserta didik Kelas X PB 1 SMA Negeri 1 Wewewa Timur Lebih Bermakna. Karya-karya tulis di atas masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis meyakini bahwa kegiatan menulis yang semula dimaknai sebagai kegiatan yang cukup sulit berubah menjadi lebih mudah apabila kita tekun dan sungguh-sungguh merealisasikan dalam tindakan.
Pembelajaran yang dapat penulis petik dari kegiatan
ini adalah (1) dengan literasi, kegiatan menulis menjadi lebih menggairahkan,
sebab untuk memulai sebuah tulisan dibutuhkan
segudang kosakata yang hanya diperoleh melalui kegiatan literasi; (2) mulailah
dengan bermimpi untuk menghasilkan SAGUSABU, tetapi janganlah terbuai dalam
mimpi sehingga kita terjerumus dalam ruang mimpi imajinatif tanpa solusi dan
tindakan; (3) sekiranya Media Pendidikan Cakrawala dan Kantor Bahasa Provinsi
NTT dapat terus memfasilitasi kegiatan lokakarya sejenis ini, serta terus
dikembangkan sehingga dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments