Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

Menyatukan Tuntutan Pendidikan dan Kebutuhan Hidup Melalui OSIS

 


Oleh : Wilfridus Moy, S.Pd.,Gr.

(Guru SMP Negeri Satu Atap Bubun, Malaka)



CAKRAWALANTT.COM - Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan hidup selalu menjadi prioritas utama guna bertahan hidup. Orang tua bahkan anak-anak selalu berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan berbagai cara, misalnya bekerja. Kebutuhan hidup, seperti pangan, sandang, dan papan, harus diutamakan agar keberlangsungan hidup dapat terjaga. Untuk itu, setiap individu harus menjaga ketahanannya, baik secara individual maupun kelompok (keluarga), dengan terus bekerja dan menghasilkan sesuatu.  

 

Kondisi tersebut juga terlihat dalam kehidupan masyarakat Bubun, Desa Tunmat, Kabupaten Malaka. Mayoritas masyarakat Bubun bekerja sebagai petani guna menafkahi dan memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi lain, anak-anak Bubun juga mengenyam pendidikan di 2 sekolah yang terletak di tengah kampung, yakni SDI Bubun dan SMP Negeri Satu Atap Bubun. Meski masih terbatas secara fasilitas, seperti teknologi dan jaringan internet, anak-anak tetap dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang menunjang proses pembelajaran sehari-hari.

 

Namun, dalam kehidupan sehari-hari, pemenuhan tuntutan pendidikan dan kebutuhan hidup di kalangan anak-anak tidak berlangsung secara seimbang dan sesuai porsi. Anak-anak terkadang (harus) membantu orang tuanya di sawah untuk bertani. Bahkan, ketika musim panen, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya di sawah ketimbang sekolah. Akibatnya, proses pembelajaran menjadi terganggu. Hal itu tentu berpengaruh pada penguasaan dan pendalaman materi pelajaran, peningkatan kecakapan intelektual dan karakter, serta pencapaian hasil belajar.

 

Persoalan tersebut sering terjadi di SMP Negeri Satu Atap Bubun. Tingkat kehadiran peserta didik di tiap kelas (kadang) tidak mencapai 100%, sebab banyaknya permohonan izin untuk membantu proses panenan atau sekedar menjaga sawah dari serangan hama. Bukan hanya sehari, tetapi dua hingga tiga hari. Peserta didik pun tidak fokus mengenyam pendidikan, sebab harus membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup. Mereka tentu mengalami dilema antara memenuhi tuntutan pendidikan atau kebutuhan hidup.

 

Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka dibutuhkan strategi yang tepat. Strategi berasal dari kata Yunani, strategos, yang berarti jenderal atau secara harafiah berarti seni dan jenderal. Secara khusus, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengikat kekuatan eksternal dan internal, serta perumusan kebijakan dan strategi tertentu dalam mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi bisa tercapai.

 

Menurut Alfred Chandler, strategi merupakan penetapan sasaran dan arahan tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Siregar, 2018). Sedangkan, Kenneth Andrew mendefinisikan strategi sebagai pola sasaran, maksud dan tujuan kebijakan, serta rencana. Rencana dianggap penting untuk mencapai tujuan.

 

Dalam konteks pendidikan, salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menyatukan tuntutan pendidikan dan kebutuhan hidup peserta didik adalah dengan memaksimalkan kerja-kerja OSIS. OSIS atau Organisasi Siswa Intra Sekolah adalah sebuah organisasi resmi satu-satunya di sekolah yang diakui oleh Kementerian Pendidikan sejak 21 Maret 1970. OSIS memiliki peran sebagai penggerak peserta didik agar aktif berkontribusi dalam lingkungan sekolah. Melalui wadah OSIS, peserta didik juga dapat mengembangkan minat, bakat, serta potensinya secara baik.

 

Guna menekan angka tidak masuk sekolah akibat pemenuhan kebutuhan hidup, maka OSIS dapat melakukan kolaborasi dengan memberlakukan “Program Belajar Menanam dan Belajar Memanen”. Program tersebut bisa dilakukan melalui beberapa tahapan berikut.

 

Pertama, peserta didik wajib mempelajari cara menanam dan memanen dengan baik. Peserta didik harus belajar secara mandiri dan maksimal terkait proses penanaman, bagaimana membersihkan hama, sampai pada tahap memanen. 

 

Kedua, tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, peserta didik langsung terlibat bersama para petani di sawah. Mereka akan mempelajari lika-liku profesi sebagai petani hingga proses bertani yang benar. Dengan keterlibatan peserta didik, waktu menanam atau memanen akan lebih cepat dan biaya atau pengeluaran pun menjadi lebih murah. Hal itu pun berpengaruh pada hasil panen yang diperoleh. Pihak sekolah pun harus mengatur jadwal sesuai dengan pesanan para petani. 


Ketiga, tahap evaluasi. Setelah “Program Belajar Menanam dan Belajar Memanen” dijalankan selama satu semester, maka dilakukan evaluasi bersama. Dari kegiatan tersebut, diperoleh fakta bahwa para peserta didik tidak hanya memperoleh dana melalui OSIS, tetapi juga praktik baik selama belajar bertani di sawah. Selain itu, program tersebut juga mampu memberikan manfaat yang baik bagi para petani sehingga saling menguntungkan.               

 

Dengan menerapkan “Program Belajar Menanam dan Belajar Memanen”, maka peserta didik dapat membantu orang tuanya pada sore hari, yakni pukul 15.00-17.00 Wita. Bahkan, mulai pada bulan ketiga, dalam sehari, mereka bisa melayani lebih dari petani dalam waktu 2 jam.

 

Hal ini menandakan bahwa program ini berhasil membawa peserta didik dari sekolah menuju kehidupan nyata, sehingga porsi penyerapan teori dan penerapan praktik dapat berjalan secara seimbang. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa dengan melibatkan peserta didik ke dalam aksi nyata, maka segala persoalan dapat teratasi dengan baik. (red)


Post a Comment

0 Comments