Oleh : Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK.,M.Pd
(Kepala SMPK Frateran Ndao, Ende)
“Segala sesuatu di
bawah kolong langit senantiasa berubah, kecuali perubahan itu sendiri”~
Herakleitos.
“Pendidikan anak
sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnnya sesuai dengan alam dan
zamannya” ~ Ki Hajar Dewantara.
Ende, CAKRAWALANTT.COM - Ungkapan
Herakleitos dan Ki Hajar Dewantara di atas merupakan alasan dari pertanyaan
mengapa kurikulum perlu diganti atau diubah. Pergantian kurikulum tidak harus
berjalan seiring dengan pergantian Menteri Pendidikan, sebab semua perubahan di
dalam dunia pendidikan harus disesuikan dengan kebutuhan peserta didik, serta bukan
kepentingan tertentu. Hal tersebut tentunya membutuhkan sebuah proses evaluasi
yang berkesinambungan dalam melihat kebutuhan dan prediksi-prediksi di dalam
proses pendidikan.
Perkembangan
pendidikan bergerak begitu cepat, fleksibel, dan dinamis. Semua stakeholder di setiap satuan pendidikan
harus bersiap untuk menghadapi perkembangan tersebut beserta perubahannya. “Tempora mutantur et nos mutamur in illis”,
waktu berubah dan kita pun turut berubah di dalamnya. Hal tersebut merupakan
diktum yang benar untuk direnungkan, dan Ki Hajar Dewantara terus mengingatkan
semua pihak untuk selalu melakukan pembaharuan di dalam dunia pendidikan. Untuk
itu, segala kepentingan peserta didik, baik terkait kehidupan pribadi maupun
sosial (masyarakat) harus didasarkan pada kodrat alam dan zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana peserta didik itu berada,
sedangkan kodrat zaman merujuk pada isi dan irama.
Jika dieja
lebih jauh, maka Ki Hajar Dewantara juga selalu mengingatkan para guru selaku
pendidik untuk menuntun peserta didik dalam mencapai kekuatan-kekuatan
kodratnya. Hal itu bisa diwujudkan menggunakan azas Trikon yang terdiri dari kontinyu, konvergen, dan konsentris.
Pertama, azas kontinyu. Azas ini merupakan
pengembangan yang harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus
dengan perencanaan yang baik.
Kedua,
azas konvergen. Azas ini merupakan pengembangan yang dapat dilakukan dengan mengambil
dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Hal
itu juga dilakukan oleh Ki Hadjar ketika mempelajari berbagai praktik
pendidikan di dunia, seperti Maria Montessori, Froebel, dan Rabindranath
Tagore. Praktik-praktik tesebut dapat dipelajari untuk nantinya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing. Saat ini, teknologi informasi telah sedemikian
canggih sehingga guru atau kepala sekolah pun dapat mempelajari berbagai kemajuan
pendidikan dari mana saja dan kapan saja.
Ketiga, azas konsentris.
Azas ini adalah dasar pengembangan pendidikan yang harus tetap dilakukan berdasarkan
kepribadian masing-masing. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh-kembang
peserta didik secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri.
Oleh karena itu, meskipun Ki Hadjar Dewantara menganjurkan kita untuk
mempelajari kemajuan bangsa lain, tetapi semua itu ditempatkan secara
konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.
Kurikulum
Operasional Satuan Pendidikan (KOSP)
Salah satu
kurikulum yang juga digunakan oleh satuan pendidikan di Indonesia adalah
Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP). KOSP memuat seluruh rencana dan
proses belajar yang diselenggarakan di setiap satuan pendidikan sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. KOSP sangatlah penting sebagai
panduan pembelajaran sehingga setiap satuan pendidikan atau stakeholder harus mampu memahaminya
secara baik.
Berangkat dari uraian dan tujuan di atas, maka Sekolah
Menengah Pertama Katolik (SMPK) Frateran Ndao, Kabupaten Ende menyelenggarakan
Kegiatan Workshop Penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP)
selama 2 hari, yakni Kamis-Jumat (19-20/5/2022). Kegiatan yang berlangsung di
SMPK Frateran Ndao tersebut didukung oleh PT Penerbit Erlangga Cabang Ende. Turut
hadir dalam kegiatan tersebut, Dr. Sudayat, M.Pd selaku Narasumber; Kepala SMPK
Frateran Ndao, M. Yohanes Berchmans, BHK.,M.Pd; perwakilan guru dari Sekolah
Menengah Atas Katolik (SMAK) Frateran Ndao dan Sekolah Dasar Katolik (SDK) Ende
2.
Penyelenggaraan Kegiatan
Workshop KOSP tersebut merupakan bagian penting dari terpilihnya SMPK Frateran
Ndao sebagai salah satu Sekolah Penggerak. Sekolah Penggerak merupakan sekolah
yang berfokus pada pengembangan hasil belajar peserta didik secara holistik,
mencakup kompetensi (literasi dan numerasi), karakter, serta diawali dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Dalam pembelajaran
paradigma baru, Pemerintah Pusat telah menetapkan kerangka dasar kurikulum
sebagai acuan, yakni Tujuan Pendidikan Nasional, Profil Pelajar Pancasila,
Struktur Kurikulum, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, dan Capaian Pembelajaran.
Berdasarkan kerangka tersebut, maka satuan pendidikan mempunyai kewenangan
untuk merumuskan Kurikulum Operasional yang dimulai dengan merumuskan visi dan
misi.
Sebagai Kepala SMPK Frateran Ndao, penulis ingin
menerangkan bahwa terdapat beberapa komponen di dalam KOSP, yakni 1) Karakteristik Satuan Pendidikan (keunikan sekolah dalam hal
peserta didik, sosial, budaya, guru, dan tenaga kependidikan; 2) Visi, Misi dan Tujuan; 3)
Perencanaan Pembelajaran yang mencakup ATP, assesmen, modul ajar, media ajar, serta
program prioritas pada satuan pendidikan; 4) Pengorganisasian Pembelajaran yang mencakup muatan kurikulum, beban
belajar, program intra, program ekstra, dan projek penguatan profil Pancasila; 5) Sistim Pendampingan, Evaluasi, dan
Pengembangan Profesional; serta 6) Lampiran.
Sementara
itu, Narasumber Workshop KOSP, Dr. Sudayat yang juga merupakan Trainer Kurikulum dan Konsultan
Pendidikan mengatakan bahwa KOSP adalah bagian penting (core) dari Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada tahun ajaran baru
2022/2023. Kurikulum Merdeka sendiri merupakan penyederhanaan dan penyempurnaan
dari Kurikulum 2013 (K-13) akibat adanya learning loss dan learning
gap di masa pandemi Covid-19. Hal itu menyebabkan adanya perubahan
pada sistem pengajaran saat pemberlakuan pembelajaran online dan penyesuaian terhadap
perkembangan situasi dan kebutuhan terkini. Pelaksanaan Kurikulum Merdeka dianggap
lebih fleksibel dan dinamis dengan menyempurnakan dan menyesuaikan dengan pembelajaran
dengan kondisi dan kebutuhan terkini. Kurikulum Merdeka juga terbukti efektif
dalam mendongkrak capaian pembelajaran peserta didik (Paparan Kemendibudristek,
2021).
Lebih
lanjut, Sudayat menjelaskan bahwa pengimplementasian Kurikulum Merdeka
memerlukan pedoman teknis karena masih banyaknya keterbatasan yang ada. Selain
itu, sambungnya, projek Profil Pelajar Pancasila juga masih terkendala dalam teknis
penilaian dan penyusunan rencana projek, sehingga satuan pendidikan perlu
menurunkannya dalam bentuk Lembar Kerja Projek termasuk membuat rubrik
penilaian sikap.
“Berdasarkan
hal tersebut, maka satuan pendidikan perlu membuat Kurikulum Operasional Satuan
Pendidikan (KOSP) sebagai pedoman teknis implementasi Kurikulum Merdeka di
sekolah. Dengan demikian, Workshop Pembuatan KOSP di SMPK Frateran Ndao Ende diharapkan
mampu memudahkan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, serta
membantu guru untuk memerdekakan dirinya dan menyiapkan guru sebagai pendidik
yang kreatif, inovatif, kritis serta terampil memecahkan masalah. Oleh karena
itu, mari kita songsong kehadiran Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum masa
depan yang disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman demi terwujudnya Profil
Pelajar Pancasila,” tegas Sudayat.
Sementara itu, ASM PT Penerbit Erlangga
Cabang Ende, Guntur Dian Harmiko, ST juga turut memberikan apresiasi bagi
penyelanggaraan Kegiatan Workshop KOSP tersebut. Dirinya berharap agar para
peserta yang terlibat di dalam kegiatan tersebut bisa memperoleh banyak hal
untuk diterapkan di satuan pendidikannya masing-masing. (Jamil/MDj/red)
0 Comments