Oleh
: Maria Irmina Ina Lipat, S.Pd
(Guru
Fisika SMA
Negeri 1 Adonara Tengah)
CAKRAWALANTT.COM - Seni tertinggi guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam
ekspresi kreatif dan pengetahuan. Demikian kata seorang Ahli Fisika hebat asal Jerman,
Albert Einstein. Ini artinya bahwa guru berhasil adalah guru yang mempunyai seni
untuk mampu menciptakan suasana belajar kreatif dan menyenangkan. Jika dalam diri
sang guru sudah tercipta kondisi yang menggembirakan, maka peserta didik sebagai
sasaran utama dalam pembelajaran akan senantiasa terbantu untuk mempelajari ilmu
pengetahuan secara menyenangkan tanpa adanya beban apapun.
Kondisi di lapangan masih jauh dari harapan. Sebagian besar
peserta didik masih merasa bahwa Fisika adalah momok yang menakutkan. Fisika itu
sulit? Inilah pertanyaan yang paling sering menggerogoti nurani peserta didik
yang hendak menduduki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan menjatuhkan pilihan
pada Program Studi Matematika dan Ilmu Alam (MIA).
Hal ini pernah diungkapkan oleh salah satu peserta didik
SMA Negeri 1 Adonara Tengah kelas X Angkatan Tahun 2022. Awalnya, dirinya masih
ragu untuk menjatuhkan pilihan pada Program Studi MIA. “Saya takut memilih Program
MIA, karena takut dengan Mata Pelajaran Fisika,” tutur Maria Enjelina Perada saat
pertama kali mendaftarkan diri sebagai salah satu peserta didik di SMA Negeri 1
Adonara Tengah. “Fisika itu sulit dan banyak rumusnya, Fisika itu banyak teori,
tapi jarang praktiknya,” tambahnya setelah ditanyakan alasan mengapa Enjelina mengatakan
bahwa Fisika itu menakutkan baginya.
Berdasarkan hasil pencapaian dari sebagian besar peserta
didik baru di SMA Negeri 1 Adonara Tengah, pihak Panitia Pendaftaran Peserta
Didik Baru menemukan bahwa nilai paling rendah terdapat pada Mata Pelajaran
IPA. Tidak ada yang perlu dipersalahkan dan tidak semudah membalikan telapak tangan
untuk bangkit dari kondisi ini. Kita tidak bisa begitu saja menyalahkanunsur-unsur
pendidikan. Apakah salah peserta didik? Jika peserta didik mempunyai kemauan untuk
belajar, tetapi guru Fisika yang masuk dan mengajar di kelas adalah guru yang
tidak mampu menjelaskan materi Fisika secara baik, apakah layak kita mempersalahkan
peserta didik? Tentu saja tidak!.
Sebaliknya, jika guru yang masuk ke kelas adalah guru
yang mempunyai kemampuan hebat dalam menjelaskan materi Fisika, mampu menerapkan
metode pembelajaran yang menggembirakan serta dapat membuat peserta didik mengerti
dengan benar tentang pembelajaran Fisika, tentu Fisika bukan menjadi suatu pelajaran
yang membosankan.
Penulis sebagai guru Fisika terdorong untuk menghapus
stigma Fisika itu sulit. Upaya yang dilakukan adalah memilih metode pembelajaran
yang paling cocok untuk setiap materi yang dibahas. Pada materi tentang Hukum
Newton dan Gerak Parabola, bila dijelaskan dengan hanya menggunakan metode ceramah,
maka peserta didik akan merasa bosan dan mengantuk saat pelajaran, bahkan hasil
yang diperoleh belum memuaskan. Penulis menerapkan pembelajaran Fisika sambil bermain
di luar kelas.
Peserta didik dibagi dalam kelompok lalu bergegas keluar kelas.
Dua kelompok secara terpisah diberi kesempatan untuk melakukan tarik tambang.
Dengan penuh semangatnya mereka mulai menarik tambang sekuat mungkin hingga lawan
melewati garis. Pada saat tarik menarik terjadi, konsep Fisika Hukum Newton
tentang Gerak dan Gaya, yakni semakin kuat gaya yang diberikan maka akan semakin
besar pula reaksi yang diterima, semakin keras menarik tambang maka tangan akan
semakin sakit. Hal ini sesuai dengan penerapan Hukum III Newton tentang Aksi
dan Reaksi.
Sementara untuk Materi Gerak Parabola, penulis mengajak
peserta didik bermain “patok lele”. Mereka terbagi dalam kelompok. Secara bergilir,
mereka memukul kayu kecil yang berada tepat di bawah cekungan tanah berlubang.
Kayu pendek terlempar dan melambung ke udara. Hal inilah yang berkaitan dengan
Gerak Parabola. Setelah itu, peserta didik mengukur jarak lempar kayu kecil dari
titik asal. Ini dilakukan secara berulang sambil penulis memberikan penjelasan tentang
Materi Parabola.
Dua jenis permainan yang telah penulis sebutkan di atas adalah
contoh permainan tradisional yang hampir tak pernah dilestarikan lagi. Pelajar
zaman modern lebih suka memainkan jari di atas tuts-tuts android, lalu
berhujung pada keluhan akan sulitnya Mata Pelajaran Fisika. Padahal, jika
dipikir, mengapa tidak kita manfaatkan saja permainan tradisional sebagai media
untuk mengenal, bahkan menanamkan dalam kalbu bahwa ilmu Fisika itu ternyata tidak
sulit. Guru dan peserta didik sebagai anak tanah Indonesia berkewajiban memanggil
pulang permainan-permainan zaman dahulu yang hampir punah.
Selain cara yang sudah diterapkan oleh penulis pada
pembelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Adonara Tengah, ada juga beberapa tips yang
dibagikan penulis untuk menegaskan bahwa Fisika itu bukan menjadi mata pelajaran
yang momok dan menakutkan. Pertama, kenalilah, senangilah pelajaran Fisika,
kemudian bertemanlah. Tak kenal maka taksayang, yang tak asing akan menjadi
yang utama. Perasaan senang akan menimbulkan motivasi kuat untuk belajar.
Apabila belajar Fisika tanpa dilandasi rasa senang, maka dalam diri peserta
didik akan timbul gaya tolak terhadap ilmu yang akan masuk, sehingga berapapun lamanya
peserta didik belajar, akan terasa percuma dan sia-sia.
Kedua, pahami terlebih dahulu pokok bahasan atau materi pokok
yang akan dipelajari. Apakah materi tersebut ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari?
Misalnya, besok adalah jadwal pembelajaran Mata Pelajaran Fisika, dan materi
yang akan dibahas adalah materi tentang Hukum Gravitasi Newton, maka peserta
didik harus mencari permasalahan apa dalam kehidupan sehari-hari yang ada hubungannya
dengan materi tersebut. Hal ini akan membantu dalam memahami tentang materi.
Ketiga, jangan menghafal rumus, tetapi pahamilah dari
mana rumus itu berasal. Peserta didik harus mengerti terlebih dahulu alur rumus
dari konsep awal sampai menjadi rumus akhir. Rumus yang dipahami dari mana ia
berasal akan selalu mudah diingat dan dipanggil dari memori kita saat hal itu terlupakan.
Perlu diketahui bahwa keindahan Fisika itu sebenarnya terlihat pada konsep yang
selama ini sering ditelantarkan. Dengan memahami konsep secara baik dan benar,
serta paham dengan penurunan dan aplikasi rumus itu sendiri, maka percayalah, Fisika
akan menjadi sesuatu yang selalu dirindukan dalam pembelajaran di sekolah.
Hasil tidak mungkin mengkhianati proses. Dan memang benar,
setelah cara yang sudah dijelaskan di atas diterapkan dalam proses
pembelajaran, hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terbukti
dari nilai ulangan materi Hukum Newton yang mengalami peningkatan drastis. Dan
hal ini mampu membuat sirna sebagian anggapan bahwa Fisika itu sulit.
Mari hilangkan anggapan bahwa Fisika itu sulit, karena memang
Fisika itu tidak sulit. Penciptaan iklim belajar yang menyenangkan di luar
kelas yang dikombinasikan dengan permainan tradisional ternyata mampu menciptakan
semangat belajar peserta didik dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Semoga cara yang sama ini bisa diterapkan di sekolah lain, khususnya dalam
pembelajaran Fisika. (red)
2 Comments
Luar Biasa ibu...
ReplyDeleteTerima kasih untuk dukungannya
Delete