Oleh : Maria
Rosa Ketane Lasar, S.Pd
(Guru Biologi di SMA Negeri 1 Talibura)
CAKRAWALANTT.COM - Gerakan
Literasi Nasional (GLN) yang menjadi program prioritas Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya tingkat literasi
dan ketidakmerataan pendidikan di Indonesia (Susanti, 2019). Salah satu rujukan
yang digunakan oleh pemerintah untuk mengukur kemampuan literasi di Indonesia
adalah hasil riset Programme for
International Student Assessment (PISA).
Berdasarkan
hasil PISA tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 70 dari 78 negara dengan
skor 396 dimana jauh di bawah skor rata-rata literasi sains dari 489 negara
OECD. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki literasi sains yang sangat
rendah (OECD, 2019). Senada dengan hasil ini, beberapa peneliti juga melaporkan
rendahnya capaian literasi sains di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah
di Indonesia (Nofiana & Julianto, 2018; Wulandari & Sholihin,
2016; Yudiyanto et al, 2019).
Berdasarkan
data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), ditemukan bahwa peringkat rata-rata pendidikan di NTT
merupakan terendah keempat di Indonesia. Rendahnya kualitas dan akses
pendidikan disebabkan karena rendahnya kualitas pendidikan, terbatasnya sarana
dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas tenaga pendidik, serta rendahnya
kualitas pengelolaan sistem pendidikan (Kennedy, 2019).
Selain itu,
berdasarkan hasil observasi penulis sebagai Guru Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri
1 Talibura, ditemukan bahwa kemampuan dan kreativitas guru dalam meningkatan
literasi sains masih tergolong minim. Sementara itu, data kemampuan literasi
sains peserta didik pada aspek konten dan konteks juga termasuk dalam kategori sangat rendah dengan persentase aspek konten sebesar
13.87%, konteks 23.67%, dan penguasaan proses 65.8%.
Salah satu
pembelajaran sains di dalam kelas adalah Mata Pelajaran Biologi. Dalam aplikasinya,
Mata Pelajaran Biologi kerap menemui berbagai persoalan, seperti kurang relevan
atau populernya Biologi sebagai pembelajaran sains di kalangan peserta didik;
ketidakmampuan peserta didik dalam mengatasi masalah sehari-hari dengan
penerapan sains, serta minimnya kesadaran peserta didik dalam memanfaatkan
sains sebagai salah satu penentu karir. Semuanya itu secara tidak langsung
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan pembelajaran sains antara materi dan praktik.
Namun, di balik itu, rendahnya literasi sains juga menjadi penyebab kurang
tanggapnya peserta didik terhadap perkembangan dan permasalahan di sekitarnya,
terutama menyangkut fenomena alam, keunggulan lokal daerah, dan sebagainya.
Uraian di
atas menunjukkan bahwa pembelajaran Biologi membutuhkan terobosan baru untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains peserta didik dengan memberikan
pengalaman belajar yang bermakna. Salah satu strategi untuk menjawabi masalah
tersebut adalah dengan menggunakan pembelajaran STEM berbasis keunggulan lokal
melalui pemanfaatan limbah pertanian batok kelapa menjadi arang briket. Hal itu tentunya
berhubungan erat dengan keunggulan lokal (limbah pertanian
batok kelapa ) yang
dimiliki oleh daerah dimana SMA Negeri 1 Talibura berada.
Penerapan pembelajaran
berbasis STEM bertujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang melibatkan 4 literasi disiplin ilmu, yaitu Science, Technology, Engineering, dan Mathematic (Musdinar, 2018). Pengembangan pembelajaran berbasis
STEM berguna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan penyelesaian
masalah melalui penerapan konsep-konsep sains yang dimiliki oleh lingkungan
sekitar. Hal itu akan termuat dalam pengenalan materi pembelajaran dengan
mengolaborasikan persoalan sehari-hari dengan aspek lainnya selain matematika,
yakni sains, tekhnologi, dan teknik (Utaminingsih et al., 2015).
Lebih lanjut,
pembelajaran STEM berbasis keunggulan lokal adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran
yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, teknologi
informasi, Sumber Daya Manusia (SDM), potensi geografi, potensi budaya, potensi
historis, komunikasi, bahasa, serta ekologi yang bermanfaat bagi potensi peserta
didik (Asmani, 2012). Dalam hal ini, penulis menggunakan metode deskriptif dalam menerapkan
model pembelajaran berbasis STEM dengan subyek kegiatan adalah peserta didik kelas X IPA 1 berjumlah 35 orang
dan X IPA 2 sejumlah 34 orang. Prosedur kegiatan dilakukan melalui empat
tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, pengolahan data, dan pelaporan.
Pertama,
tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Pola
pengintegrasian pembelajaran STEM berbasis keunggulan lokal pada tahap
persiapan dilakukan melalui tahapan berikut, yakni (1) melakukan analisis
terhadap produk keunggulan setempat di Wilayah Talibura, yakni potensi limbah
pertanian berupa batok kelapa; (2) melaksanakan identifikasi Kompetensi Dasar (KD)
Biologi pada materi tertentu yang dihubungkan dengan hasil analisis keunggulan
setempat, sehingga terpilih beberapa konsep pada mata pelajaran yang relevan,
yakni materi pencemaran lingkungan KD 4.6 (merumuskan gagasan pemecahan masalah
perubahan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar); (3) menyempurnakan
silabus dan Rancangan Perangkat Pembelajaran (RPP) di setiap mata pelajaran
pada KD yang terpilih dan pembuatan bahan ajar cetak (modul dan LKS) yang
mengintegrasikan pembelajaran STEM berbasis keunggulan local; (4) membuat bahan
atau perangkat ujian dari konsep yang telah terpilih pengintegrasian
pembelajaran STEM berbasis keunggulan setempat; serta (5) melakukan penilaian atas
pembelajaran berbasis keunggulan setempat yang terintegrasi dalam Mata
Pelajaran Biologi menyatu dengan KD materi yang terkait.
Kedua, tahap
pelaksanaan. Tahap pelaksanaan kegiatan berupa tahap pengambilan data yang
dilakukan dengan melakukan implementasi pembelajaran, yakni pengolahan batok
kelapa menjadi arang briket. Pada tahap ini, sintak dari pembelajaran STEM
digunakan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah (1) mengidentifikasi jenis-jenis
pencemaran lingkungan lokal yang dapat dimanfaatkan kembali; (2) melakukan diskusi
pemecahan masalah teknologi pengolahan limbah pertanian (batok kelapa); (3) merancang
tahapan dan teknologi pengolahan batok kelapa menjadi arang briket; (4) menentukan
alat dan bahan untuk pembuatan pengolahan batok kelapa menjadi arang briket; (5)
membuat produk pengolahan batok kelapa menjadi arang briket; (6) melakukan evaluasi
hasil produk dan perbaikan; (7) menguji produk arang briket; (8) melakukan
desain ulang pengolahan arang briket, menyusun laporan atau video kegiatan
serta mempresentasikan hasil rancangan dan produk pengolahan batok kelapa
menjadi arang briket; serta (9) mengukur literasi sains peserta didik pada
aspek konten, konteks, dan proses setelah tahap pelaksanaan pembelajaran STEM
berbasis keunggulan lokal.
Tahap ketiga
adalah tahap pengolahan data. Tahap pengolahan data dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Data hasil observasi tentang penerapan pembelajaran STEM
berbasis potensi lokal yang terintegrasi pada materi Biologi dideskripsikan
untuk mengetahui gambaran penerapan proses pembelajaran tersebut. Kemudian, data
hasil pengukuran literasi sains pada aspek konten, konteks, dan proses sains
diolah dan dideskripsikan untuk mengetahui peningkatan literasi sains yang
terjadi. Lalu, pelaporan hasil yang diperoleh adalah informasi tentang gambaran
implementasi proses pembelajaran STEM berbasis keunggulan setempat yang
terintegrasi pada materi Biologi dan peningkatan literasi sains peserta didik
melalui pembelajaran berbasis potensi lokal.
Gambar : Produk Arang Briket
Dari kegiatan
di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran STEM berbasis
keunggulan lokal dapat meningkatkan literasi sains. Setelah dilakukan
pembelajaran, aspek konten sains meningkat menjadi 71.78% kategori baik, konteks
sains meningkat menjadi 45.78% kategori rendah, serta aspek proses sains
meningkat menjadi 78.79% kategori baik. Dengan demikian, penulis menyarankan
agar perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penguasaan kemampuan literasi
sains menggunakan pembelajaran STEM berbasis potensi lokal yang lain. (red)
1 Comments
Keren ibu Linda
ReplyDelete