Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Dalam
mewujudkan proses pendidikan yang berkualitas, Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sudirman Kupang menekankan pembentukan karakter peserta didik di setiap proses
pembelajaran. Hal itu disampaikan oleh perwakilan pendidik di SMA Sudirman
Kupang, Maria Goreti Elu, ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (08/10/2021).
Menurutnya, pembentukan karakter merupakan salah satu asas penilaian paling
penting di dalam proses pendidikan.
Ia menambahkan
sesuai instruksi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), salah satu asas penilaian pada
Asesmen Nasional (AN) adalah aspek sikap dan survei karakter, sehingga proses
pendidikan tidak semata
berfokus pada standar penilaian akademis. Hal tersebut, ungkapnya, menjadi
dasar pendampingan dan pembinaan bagi para peserta didik dalam melakukan
interaksi di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas.
Lebih lanjut,
terang Maria, para peserta didik SMA Sudirman Kupang belum pernah melakukan
hal-hal negatif, semisal tawuran dan perundungan selama proses
pendidikan di lembaga tersebut.
Hal itu, imbuhnya, dipengaruhi oleh pelaksanaan metode pembelajaran berbasis
karakter yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk itu, tuturnya, setiap
mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru tidak hanya memuat pengetahuan,
keterampilan, dan seni, melainkan juga penilaian sikap dan karakter.
Kepala SMA Sudirman Kupang bersama guru dan Tim Media Pendidikan Cakrawala NTT |
Menurut Maria,
lembaga pendidikan tersebut telah dirancang untuk memuat item penilaian
berdasarkan pembentukan karakter. Proses penilaian tersebut, tuturnya,
didasarkan pada pengamatan guru terhadap interaksi bersama para peserta didik.
Dengan kata lain, imbuhnya, para guru turut memainkan peran sebagai guru
Bimbingan Konseling (BK), sehingga bila terdapat persoalan di dalam kelas, maka
akan diselesaikan secara berjenjang.
“Dan di
sekolah ini, setiap guru terinsplisit
sebagai guru BK. Jadi bukan hanya mengajar untuk pengetahuan dan
keterampilan tetapi bagaimana perilaku anak-anak dibentuk. Misalnya ketika ada
permasalahan di dalam kelas, maka yang bertanggung jawab adalah guru yang
mengajar di dalam kelas itu. Dan biasanya bila ada persoalan, maka proses
penyelesaian dilakukan secara berjenjang,” jelasnya..
Di samping itu, Maria juga berharap agar proses pembelajaran bisa kembali normal. Menurutnya, proses pembelajaran secara online memiliki beragam hambatan, terutama dari sisi akademis dan teknis. Hal tersebut, imbuhnya, akan sangat berpengaruh pada proses penilaian karakter peserta didik. Maka dari itu, sambungnya, pihak sekolah selalu berupaya untuk mengutamakan pembentukan karakter saat proses pembelajaran berlangsung.
Berita dan Foto : Patrix Ginta
Editor : Mario Djegho (red)
0 Comments