Sekitar 135 orang guru honorer yang berasal dari 13 SD GMIT
yang ada di Kota Kupang ini ikut serta dalam forum tatap muka tersebut. Pada
kesempatan itu banyak keluhan dan pertanyaan yang disampaikan langsung kepada
Walikota Kupang oleh para guru honorer yang mengabdikan diri di sekolah-sekolah GMIT.
Walikota Kupang, Dr. Jefirston Riwu Kore, MM.,MH, dalam
sambutannya mengatakan bahwa ia ingin mendengar langsung persoalan-persoalan
yang dialami oleh guru honorer. Forum tatap muka ini sebenarnya diperuntukan
bagi semua guru honorer di Kota Kupang yang mengabdi di sekolah negeri maupun swasta.
“Pada kesempatan ini saya ingin melihat serta mendengar
langsung apa yang menjadi persoalan pada guru honor khususnya di Sekolah GMIT.
Kami juga punya perhatian khusus pada semua guru honor yang ada di Kota Kupang ini
baik yang honor di sekolah negeri maupun swasta namun hari ini saya punya hati
untuk berbicara langsung dengan saudara-saudara yang mengabdi di sekolah GMIT. Saya
punya harapan bahwa semua sekolah baik negeri maupun swasta harus bangkit dan bersatu untuk
membangun pendidikan di Kota Kupang ini. Pemerintah mempunyai tanggungjawab
besar terhadap pendidikan anak-anak. Oleh karena itu pemerintah harus ikut
menyaksikan, mencari,dan menggali apa permasalahannya, ko Sekolah GMIT ‘tidur’
selama ini. Ada apa selama ini? Puluhan tahun ada di mana? Apa yang dibuat
pemerintah? Apa yang dikerjakan oleh pemerintah? Apa tanggungjawab pemerintah
untuk membangun pendidikan ini?” jelas Jeriko, sapaan akrab Walikota Kupang.
“Saya bukan malaikat,
saya bukan tahu semuanya dan kita bukan segala-galanya tapi saya ingin tahu
harapan dan keluhan dari saudara-saudara yang selama ini diombang-ambingkan, supaya
para guru bisa bangkit kembali dari keterpurukan yang ada selama ini, ini
harapan besar makanya saya berharap setelah pertemuan ini jangan cukup di sini
saja, kita bertemu lagi kedepannya sehingga apa yang menjadi harapan dan keluhan
agar kita bisa bersama-sama mencari solusinya,” kata Jeriko.
Jeriko juga memohon maaf kepada para guru honorer yang
selama ini sudah berjuang dengan berbagai kekurangan yang ada namun masih
kurang perhatian dari pemerintah terkait dengan kesejahteraan mereka.
“Bapak Ibu guru saya mohon maaf, karena saya juga baru dilantik bulan Agustus yang lalu
dan saya sudah berjalan banyak ke sekolah-sekolah, saya sudah ingin sekali
bergerak cepat untuk mengangkat pendidikan kita. Saya berpikir kalau pendidikan
ini tidak kita perhatikan sekarang maka itu kita berdosa, Jika kita tidak punya
tanggungjawab terhadap anak-anak kita, mereka kalah bersaing dengan daerah lain.
SDM dan infrastruktur, ini persoalan yang harus kita perhatikan,” ungkap
Jeriko.
Bagi Jeriko, yang pertama harus diperhatikan adalah SDM. Kesejahteraan
guru juga harus selalu diperhatikan.
“Pada pertemuan kali ini kita berbicara mengenai persoalan
guru honor. Bagaimana mereka mau kerja sungguh-sungguh sedangkan kesejahteraan
guru tidak di perhatikan, lalu apa yang mau kita harapkan dari mereka? Apakah
kita harus paksa mereka? Mohon maaf tapi orang Kupang bilang lu sonde bayar beta na lu mau paksa beta
bagaimana?” terang Jeriko.
Jeriko menegaskan bahwa pemerintah Kota Kupang ingin
mengangkat SDM dan kesejahteraan semua
guru di kota ini.
“Kadang kita hanya bicara honor, honor, dan honor tetapi
kita tidak pernah pikir juga bagaimana kualitas pendidikan kita, perlu kita
melatih para guru agar dalam menjalankan tugas KBMnya sesuai dengan apa yang
kita harapkan agar anak-anak menjadi pintar, berkarakter dan mampu bersaing,”
tegas Jeriko.
Terkait dengan persoalan pendidikan di NTT, khususnya Kota
Kupang dirinya dengan sungguh-sungguh ingin membantu dalam hal pembiayaan serta
peningkatan kualitas terhadap para tenaga pendidik yang ada di Kota Kupang.
Ia berharap dengan forum tatap muka ini para guru bersemangat kembali untuk
mendidik anak-anak. Ia berjanji akan selalu memperhatikan kesejahteraan guru, peningkatan
kualitas dan infrastruktur, serta kurikulum.
“Ingat saya punya niat baik dan ingin membantu dengan sungguh-sungguh,”
tegas Jeriko mengakhiri sambutannya.
Sekretaris Panitia, Diana Bire Tadjo, S.Pd., M.Pd. dalam
sambutannya, mengucapkan terima kasih atas kunjungan Walikota Kupang yang hadir
untuk mendengar langsung apa yang dikeluhkan para guru honorer tingkat SD Kota Kupang,
khususnya yang berasal dari SD GMIT. Ia menambahkan bahwa kerinduan yang selama
ini mereka pendamkan yakni bertemu langsung dengan Walikota Kupang pada
akhirnya menjadi nyata. Diana berharap agar forum ini membawa angin segar bagi pendidikan
Kota Kupang.
“Ini merupakan kali pertama bagi kami untuk dapat bertatapan
muka langsung dengan Bapak Walikota, semoga dengan bertatapan muka secara
langsung dengan kami dalam forum ini bisa memberikan angin segar demi perubahan
pendidikan di Kota Kupang, Kota Kasih,” kata Diana.
Sally Bulan, S.Th., dari Sinode GMIT, dalam sambutannya
mengakui bahwa yang menjadi persoalan di sekolah-sekolah GMIT selama ini adalah
kesejahteraan para guru. Hal ini menjadi tugas dan tanggungjawab besar dari yayasan dan juga Gereja agar dapat
meningkatkan eksistensi pendidikan di GMIT. Baginya, sekolah-sekolah GMIT
merupakan warisan yang mesti dijaga. Di usia yang ke-70 ini persoalan terbesar yang terjadi adalah bagaimana sekolah-sekolah GMIT
ini mau
ditutup atau dinegerikan. Karena itu maka ini menjadi komitmen dari GMIT
untuk menyadari tugas dan tanggungjawabnya. Menurutnya, hal yang menjadi fokus
yaitu membangun kesadaran dari Gereja bahwa pendidikan ini merupakan bagian
integral dari pelayanan. (Lenzho-RZ)
0 Comments