Pose bersama. |
TTS, CAKRAWALANTT.COM - Peserta didik Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1
Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), mengikuti kegiatan pembinaan iman
bersama Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten TTS, Sabtu (8/6/2024), di
aula sekolah setempat. Kegiatan bertajuk moderasi beragama serta pencegahan
paham radikalisme dan penyebaran hoaks tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman iman peserta didik.
Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik
Kantor Kemenag Kabupaten TTS, James Umbu Tobu, S.Ag., mengatakan, moderasi
beragama sangat penting untuk disosialisasikan bagi para peserta didik sebagai
generasi muda. Hal itu, sambungnya, berguna sebagai modal sosial dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat.
“Moderasi beragama dapat menciptakan kerukunan
antarumat beragama di lingkungan sekolah. Keberagaman agama dan kepercayaan yang
terjadi di lingkungan sekolah harus dirawat, salah satunya melalui pembinaan
iman. Ini bertujuan untuk membangun hubungan persahabatan dan persaudaraan yang
tidak memandang golongan tertentu,” tambah James.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Soe, Rovis Selan,
menyampaikan terima kasih kepada pihak Kantor Kemenag Kabupaten TTS yang telah
berbagi dan memberikan pencerahan kepada para peserta didik terkait moderasi
beragama. Menurutnya, moderasi beragama adalah hal penting yang wajib
ditekankan di setiap satuan pendidikan.
“Moderasi beragama berguna untuk menumbuhkan dan
mempertahankan toleransi dalam kebersamaan di lingkungan sekolah. Dengan
begitu, kita bisa saling menjaga dan bersama-sama mencegah paham radikalisme,
kekerasan, dan sebagainya,” ujarnya.
Pantauan media, kegiatan pembinaan iman tersebut
berlangsung dengan lancar dan interaktif, di mana terjadi diskusi-diskusi yang
hangat terkait tema yang diusung.
RD. Blasius Udjan, selaku salah satu Narasumber, membeberkan
bagaimana radikalisme dan hoaks (berita bohong) dapat merusak tatanan hidup
yang sejatinya beragam. Kondisi itu, sambungnya, sangat rentan apabila masuk
dan merebak ke dalam dunia pendidikan, terkhususnya sekolah sebagai lembaga
pendidikan itu sendiri.
“Radikalisme dan hoaks itu bisa masuk ke dalam dunia
pendidikan, sehingga kita semua diharapkan dapat saling menghormati dan
menghargai satu sama lain tanpa membeda-bedakan,” pungkasnya.
Adapun materi pembinaan yang disampaikan pada
kesempatan tersebut, yakni “Moderasi Beragama” oleh James Umbu Tobu dan “Upaya
Pencegahan Radikalisme dan Penyebaran Hoaks” oleh RD. Blasius Udjan. Kegiatan
tersebut diikuti oleh 56 orang peserta didik dan guru pendamping. (Albert Baunsele/MDj/red)
0 Comments