Oleh : Shelly M. Padama, S.Pd.,Gr.
(Guru SMP Negeri Kletek, Malaka)
CAKRAWALANTT.COM - Dewasa ini, penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
semakin beragam. Keberagaman tersebut sesuai dengan era modernisasi yang
menuntut setiap anggota masyarakat untuk berkembang dan beradaptasi dengan
segala perubahan. Hal itu dipandang penting sebab manusia adalah mahkluk sosial
yang senantiasa berinteraksi menggunakan bahasa. Sebagai alat komunikasi,
bahasa menunjang aktivitas setiap anggota masyarakat dalam mewujudkan tujuan
atau kepentingannya. Untuk itu, bahasa
menjadi instrumen penting di setiap aspek kehidupan.
Salah satu bahasa yang paling sering digunakan adalah
Bahasa Inggris. Bahasa Inggris banyak digunakan oleh anggota masyakat di setiap
aspek kehidupan, sebab merupakan bahasa internasional. Dengan menguasai Bahasa
Inggris, seseorang dapat melakukan kontak dan komunikasi dengan kelompok
masyarakat dari belahan negara lain. Hal itu membuat Bahasa Inggris menjadi
mata pelajaran yang wajib diajarkan di semua satuan atau jenjang pendidikan.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, diharapkan terjadi
respon atau timbal balik (feedback)
yang baik antara guru sebagai pendidik/pengajar dan anak didik/siswa sebagai
peserta didik. Guna mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif, maka
diperlukan penguasaan kosakata (vocabulary)
yang baik, terkhususnya di kalangan peserta didik. Mempelajari kosakata juga
merupakan aspek penting dalam membantu kecakapan dan kesuksesan belajar di
sekolah.
Menurut Gorys Keraf (dalam Diksi dan Gaya Bahasa, 2009), kosakata adalah unsur bahasa yang
memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan bahasa, yakni berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan
dan pikiran yang dapat digunakan dalam penggunaannya. Untuk memperkaya kosakata
Bahasa Inggris, maka dapat diupayakan dengan intens membaca buku atau bacaan
dalam Bahasa Inggris, mendengarkan musik berbahasa Inggris, hingga belajar mandiri
melalui YouTube.
Namun, pada kenyataannya, pembelajaran Bahasa Inggris
terkadang tidak bisa berlangsung secara kondusif akibat rendahnya kemampuan
peserta didik dalam menguasai kosakata. Sebagian peserta didik kerap mengalami
kesulitan ketika menggunakan Bahasa Inggris, baik dalam aspek membaca,
menyimak, berbicara, maupun menulis. Hal itu sangat terlihat dari kemampuan
mereka ketika menyelesaikan tugas secara tertulis maupun respon lisan ketika
diberikan pertanyaan dalam Bahasa Inggris.
Jika ditelisik lebih jauh, maka dapat diketahui bahwa
hampir semua peserta didik merasa kurang percaya diri karena sulitnya menguasai
kosakata. Mereka selalu khawatir apabila sesuatu yang dilakukan bisa menjadi
keliru atau salah, baik dalam hal lisan maupun tulisan. Akibatnya, proses
pembelajaran menjadi tidak maksimal, kurang efektif, dan bahkan berdampak pada
pencapaian hasil belajar peserta didik.
Untuk itu, Penulis selaku Guru Pengampu Mata Pelajaran
Bahasa Inggris mencoba untuk menerapkan sebuah solusi praktis dan efisien,
yakni media belajar Wordwall, guna
mengatasi kesulitan anak didik dalam menguasai kosakata. Penggunaan media
belajar wordwall sebenarnya berawal
dari situasi dan kondisi yang serba terbatas di daerah perbatasan. Media belajar
tersebut terbilang sederhana dan mudah dibuat dalam konteks pembelajaran.
Media belajar wordwall
adalah salah satu media yang kerap digunakan dalam pembelajaran daring
maupun luring. Menurut Maghfiroh (2018), dalam penelitiannya, media wordwall mampu menciptakan interaksi
yang menguntungkan bagi peserta didik. Adapun langkah-langkah penerapan media
belajar wordwall secara praktis
adalah sebagai berikut.
Pertama, guru menganalisis level kebutuhan
kosakata anak didiknya. Kedua, guru
menyiapkan media wordwall berupa
karton manila putih (ukuran 63 x 86 cm). Kemudian, guru mengetik kelompok
kosakata Bahasa Inggris beserta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sesuai
dengan tema materi pelajaran yang akan diajarkan. Ketiga, guru mencetak hasil ketikan tersebut lalu ditempelkan di
media karton yang telah disiapkan sebelumnya dengan kreasi yang menarik. Keempat, guru menempelkan media wordwall di dinding kelas agar mudah
dibaca dan diingat oleh peserta didik. Keempat,
guru terus melakukan langkah-langkah tersebut secara berulang-ulang hingga
materi selama satu tahun pembelajaran berakhir. Jika pola pembelajaran ini
dilakukan secara terus menerus, maka hasil pembelajaran Bahasa Inggris akan
lebih maksimal.
Dalam praktiknya di kelas IX SMP Negeri Kletek,
Penulis menggunakan karton sebagai wadah untuk menuliskan kosakata sebagai
kelompok kata yang diinginkan. Satu karton bisa berisi satu kelompok kata,
misalnya kelompok kata benda (noun)
atau kata sifat (adjective), dan
kemudian dirancang semenarik mungkin. Hasil karton wordwall tersebut ditempelkan di dinding kelas dengan durasi 1 atau
2 minggu bahkan lebih sesuai dengan kebutuhan Penulis sebagai guru maupun
peserta didik.
Setelah menggunakan media belajar wordwall pada pembelajaran Bahasa Inggris, Penulis menemukan
perubahan yang cukup positif dimana para peserta didik dapat menguasai kosakata
Bahasa Inggris dengan baik. Mereka semakin mudah mencari kosakata Bahasa
Inggris melalui media wordwall selain
menggunakan kamus. Hal itu tentunya mampu mendukung terciptanya proses
pembelajaran yang kondusif, meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik,
serta mendorong tercapainya hasil belajar yang memuaskan.
Dengan memanfaatkan media belajar wordwall, diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi
peserta didik untuk bisa mendalami Bahasa Inggris sebagai salah satu alat
komunikasi. Hal itu bisa tercapai dengan bantuan media belajar. Media belajar
bisa dibuat secara mandiri dan kreatif tanpa harus bergantung pada teknologi. Untuk
itu, diperlukan kreativitas dan inovasi dari para guru selaku pengajar dan
pendidik dalam merancang atau menciptakan media belajar yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik. (MDj/red)
0 Comments