(Suasana Lomba Debat Bahasa Indonesia pada PISMA VII Unwira di Ballroom St. Hendrikus, Gedung Rektorat Unwira, Kampus Penfui) |
Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Guna
meningkatkan daya kritis mahasiswa, Kegiatan Pekan Ilmiah dan Seni Mahasiswa
(PISMA) VII yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang diwarnai oleh rangkaian acara
akademik, salah satunya adalah Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI). LDBI
tersebut digelar di Ballroom St.
Hendrikus, Gedung Rektorat, Kampus Penfui, Jumat (5/5/2023).
Saat
diwawancarai, Ketua Panitia PISMA VII Unwira, Dominikus Temdy Tukan,
menjelaskan LDBI tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya kritis para
mahasiswa.
“Kami
rasa perlu adanya pemikiran-pemikiran kritis dari mahasiswa/i tentang budaya,
polemik kehidupan yang ada di sekitar masyarakat, dan kehidupan sosial,” ungkap
Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Musik Unwira tersebut.
Ia
menambahkan terdapat sembilan mosi yang diperdebatkan dalam LDBI tersebut.
Selain itu, tambahnya, perlombaan dibagi ke dalam tiga babak, yakni penentuan
empat besar pada babak pertama, penentuan dua terbaik pada babak kedua, dan
penentuan pemenang (Juara Pertama) pada babak terakhir.
Di
sisi lain, salah satu Peserta LDBI dari Unwira, Agustinus Verginus Kea,
menuturkan partisipasi dalam perlombaan tersebut merupakan aksi nyata dari
konsep dan pemahaman filsafat yang sudah dipelajari. Menurutnya, tema yang
diangkat pada kesempatan tersebut sangat relevan dengan mahasiswa.
Baca juga: PISMA VII Resmi Dibuka, Ketua Pengurus Yapenkar dan Rektor UNWIRA Persembahkan Fasilitas Baru
“Pengetahuan
yang kita miliki tanpa hasil yang kita lakukan dalam bentuk berbicara tidak
akan membuat orang mengenal kita,” sambung Agustinus.
“Kehadiran
kami sebagai mahasiswa/i memberikan kontribusi aktif dalam kebudayaan dengan
memberikan teladan dan kritik, saran, serta usul berkaitan dengan kebudayaan
yang saat ini sedang merosot. Kami juga memberikan solusi terbaik untuk
mengatasi persoalan-persoalan yang menghilangkan nilai-nilai dalam kebudayaan
itu sendiri,” ungkap Mahasiswa Semester VIII Prodi Filsafat Unwira tersebut.
Di
sisi senada, Videlis Rinto Bari Kaleka, salah satu Peserta LDBI dari Undana,
mengatakan motivasinya untuk mengikuti perlombaan tersebut adalah
ketertarikannya terhadap tema PISMA VII Unwira. Baginya, tema yang diangkat pada
momentum tersebut dapat menjadi tempat untuk menyalurkan pikiran, terutama
mengenai diskusi budaya.
“Tema
yang diusung sangat menarik karena relevan dengan situasi saat ini dimana
lonjakan arus informasi serta pengaruh globalisasi dalam beberapa hal membuat
tema budaya menarik untuk didiskusikan, terutama bagi anak muda,” jelas
Mahasiswa Semester VI Prodi Psikologi Undana tersebut.
Selepas
LDBI tersebut, salah seorang Juri, yakni Pater Peter Tan, SVD.,M.Fil., mengungkapkan
perhelatan LDBI cukup kompetitif, meskipun terdapat beberapa hal yang perlu
dievaluasi, termasuk cara menyampaikan argumen, penguatan argumen dengan data,
serta logika bahasa.
“Secara
keseluruhan, LDBI itu berjalan baik dan mosi-mosi yang disampaikan sangat baik
dan mampu mengundang perdebatan karena membahas masalah-masalah konkret yang
menjadi kontroversi di masyarakat. LDBI semacam ini penting untuk menghidupkan
kembali semangat akademik mahasiswa/i agar dapat menggunakan penalaran dan
logika ketika berbicara atau mencari solusi terhadap suatu persoalan,
mengeksplorasi ide, serta menanggapi lawan bicara dan mengisi kekosongan
argumen,” ungkap Penulis Buku Paradoks
Politik dan Agama Minus Nalar tersebut.
Baca juga: Unwira Kupang Resmi Buka Prodi PPG
Ia
menekankan perlombaan semacam itu membutuhkan kemampuan untuk mempertahankan
argumentasi, logika, serta bahasa yang jelas, teratur, dan sistematis. Untuk itu,
harap Pater Peter, para peserta harus banyak membaca dan berlatih untuk
menulis. Hal tersebut, pungkasnya, bisa mengasah kemampuan berbicara (public speaking) dan menambah
kepercayaan diri.
Untuk
diketahui, LDBI tersebut mengangkat 9 mosi, diantaranya 1) Pengaturan Kuota 30%
Keterwakilan Perempuan Dalam Partai Politik: Sebuah Diskriminasi Gender?; 2)
Apakah UU ITE Baik atau Buruk Bagi Demokrasi?; 3) Budaya Belis, Apakah Perlu?;
4) Budaya Modern Terhadap Budaya Tradisional: Ancaman atau Peluang?; 5)
Mahasiswa Berpolitik, Apakah Perlu?; 6) Relasi di Era Teknologi Menyebabkan
Degradasi Nilai Gotong Royong; 7) Kaum Muda dan Literasi Multi-Dimensional; 8)
Perkembangan Teknologi Modern Menjadikan Manusia Kehilangan Tanggung Jawab Altruisc; dan 9) Koruptor Dihukum Mati?
Dalam
LDBI tersebut terdapat 10 tim yang terlibat, diantaranya 6 dari Unwira dan 4
lainnya dari Undana. Tim-tim tersebut adalah Finalis dari 18 tim yang terlibat
dalam proses seleksi melalui penulisan esai. Sedangkan, para Juri yang terlibat
dalam LDBI tersebut diantaranya Drs. Marianus Kleden, M.Si. (Dosen Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unwira), Pater Peter Tan, SVD.,M.Fil. (Dosen
Fakultas Filsafat Unwira), serta Romo Sintus Runesi, Pr.,S.Fil.,M.Hum. (Pembina
dan Pengajar Seminari Menengah St. Rafael Oepoi Kupang). (Ocha Saru/MDj/red)
0 Comments