Oleh : Wahyu Ade Saputra Koli, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1 Alok Timur)
CAKRAWALANTT.COM - Dewasa ini, pengembangan pola dan sistem
pendidikan selalu mendapatkan perhatian dan prioritas dari semua kalangan. Pola
dan sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan individu-individu yang unggul
dan mampu mengelola segala potensi yang tersedia, baik di masa kini maupun di
masa yang akan datang. Semua bisa terwujud melalui kondisi pendidikan yang baik
dan berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan harus dirumuskan secara praktis ke
dalam berbagai pola dan bentuk pembelajaran.
Dalam artikel yang berjudul Implementasi Model-model Pembelajaran,
Resty Gustiawati, dkk. menjelaskan proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
interaksi pedagogis antara guru, peserta didik, dan lingkungannya. Pembelajaran
menjadi ruang transfer pengetahuan yang memungkinkan guru dan peserta didik
saling berinteraksi dalam sudut-sudut akademis. Jika proses pembelajaran berjalan
dengan baik, maka proses pembentukan (formasi) Sumber Daya Manusia (SDM) bisa
berlangsung secara matang dan seimbang di dalam kelas.
Salah satu pembelajaran yang wajib
dipelajari dan dikuasai di setiap satuan pendidikan adalah Pendidikan Jasmani. Pendidikan
Jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan/atau cabang
olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan tersebut
bersifat menyeluruh dan mencakup aspek fisikal, intelektual, emosional, sosial,
dan moral. (Lutan, 1997. Kemampuan Literasi
Peserta Didik Jasmani di SMK).
Pada setiap kegiatan pembelajaran,
pendidik tentunya memiliki harapan yang ingin tercapai, seperti peserta didik
yang aktif, tingkat pemahaman materi pembelajaran yang baik, serta hasil
belajar yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Namun, pada kenyataannya,
harapan-harapan tersebut (kadang) tidak berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Hal itu pun turut dirasakan oleh Penulis selaku Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani di kelas VIII B SMP Negeri 1 Alok Timur. Dalam praktiknya,
Penulis menyadari bahwa salah satu persoalan yang kerap dihadapi adalah
rendahnya minat belajar peserta didik terhadap materi “Senam Lantai”. Hal itu,
menurut Penulis, disebabkan oleh rasa malas dan metode mengajar Penulis yang
terkesan datar dan konvensional.
Minat belajar sebenarnya memainkan peran
penting dalam proses pembelajaran. Minat memberikan pengaruh yang positif
terhadap pembelajaran akademik, domain pengetahuan, dan bidang studi tertentu
bagi individu (Hidi, Berndoff, dan Ainley, 2022. Minat Belajar Sebagai Hasil Determinasi Hasil Belajar Siswa). Untuk
meningkatkan minat belajar peserta didik menjadi lebih baik, maka diperlukan kiat-kiat
yang diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran, sehingga Kegiatan Belajar dan
Mengajar (KBM) menjadi lebih menyenangkan.
Untuk itu, Penulis mencoba untuk
mengubah atau mengintegrasikan TPACK ke dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani.
TPACK sendiri merupakan singkatan dari Technology
Pedagogic Content Knowledge) yang berarti suatu langkah penggabungan
teknologi dengan proses pembelajaran. Langkah ini diambil karena pesatnya arus
globalisasi yang mengharuskan dunia pendidikan berkembang bersama teknologi.
Integrasi TPACK ke dalam proses
pembelajaran tentunya senada dengan kondisi peserta didik yang merupakan
kelompok Generasi Z (Gen Z). Gen Z adalah generasi yang lahir setelah generasi
milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Hal itu menegaskan bahwa pemanfaatan
teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan minat belajar peserta
didik. Dengan kata lain, penggunaan TPACK menjadi salah satu solusi paling
efektif dalam meningkatkan minat belajar peserta didik sebab adanya inovasi
pada proses pembelajaran.
TPACK dapat terwujud dalam kolaborasi
antara media belajar terdahulu dengan pemanfaatan teknologi, seperti penggunaan
buku pelajaran dengan video pembelajaran, slide
bergambar, dan aplikasi-aplikasi yang seru. Selain untuk meningkatkan minat
belajar peserta didik, integrasi TPACK ke dalam proses pembelajaran bisa
mendorong peserta didik untuk mengakses referensi belajar tanpa adanya batas
antara ruang dan waktu.
Pengimplementasian TPACK dalam proses
pembelajaran, khususnya Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, bisa dilakukan
dengan langkah-langkah praktis berikut. Pertama,
Penulis harus menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran yang kemudian
dilaksanakan ke dalam proses pembelajaran. Saat di dalam kelas, sebelum peserta
didik diberikan materi “Senam Lantai”, mereka diberikan lembaran pre-test untuk kemudian dikerjakan.
Setelah itu, para peserta didik
diberikan materi awal dalam bentuk slide
power point dengan tampilan yang menarik. Hal ini bertujuan untuk
memusatkan konsentrasi belajar peserta didik pada obyek yang ditampilkan. Di dalam
slide tersebut, Penulis juga
memberikan vide-video pembelajaran yang aktual agar peserta didik tertarik
untuk melihat tayangan yang diberikan.
Kedua,
peserta didik diberikan rangsangan (stimulus) agar berani mengemukakan
pertanyaan atau pendapat dari apa yang telah dilihat pada proses pembelajaran. Pada
akhir kegiatan, peserta didik diberikan lembaran post-test untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap
materi yang telah didapatkan. Pengambilan kuisioner dapat dilakukan setelah
kegiatan pembelajaran selesai.
Dari hasil pengamatan dan kuisioner,
diperoleh hasil yang positif. Penulis menemukan perubahan yang baik, terutama
tingkat peminatan peserta didik, terhadap materi “Senam Lantai” yang diajarkan.
Jika dilihat secara umum dari 17 orang peserta didik kelas VIII B, maka 16
orang diantaranya memilih opsi senang,
14 orang memilih opsi mudah memahami
materi dengan baik dan mudah, serta terdapat peningkatan sebesar 36% dari
hasil pengamatan terhadap pre-test dan
post-test. Artinya, pemanfaatan atau
penerapan integrasi TPACK ke dalam proses pembelajaran sangat efektif dan bisa
meningkatkan minat belajar peserta didik.
Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan teknologi, terutama TPACK, dalam proses pembelajaran sangat
dibutuhkan dewasa ini, terutama bagi kalangan Gen Z. Dunia pendidikan,
terkhususnya lembaga pendidikan dan pendidik, harus menyesuaikan diri dengan
kemajuan teknologi agar tetap melek di setiap perubahan yang ada.
Guru sebagai pendidik harus terlihat
cakap dan menarik dari segi penguasaan teknologi maupun pemanfaatannya. Dengan demikian,
guru bisa tetap menjadi pemimpin pembelajaran yang membawa generasi muda menuju
kemajuan bangsa. (MDj/red)
0 Comments