Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

PESERTA DIDIK SMPN 13 KOTA KUPANG IKUTI UJIAN PRAKTIK TARIAN TRADISIONAL

 

(Para peserta didik kelas IX, Kepala Sekolah, dan Guru melakukan foto bersama usai Ujian Praktik)


Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Peserta didik kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 13 Kota Kupang mengikuti Ujian Praktik Mata Pelajaran Seni Budaya berupa Tarian Tradisional di halaman sekolah tersebut, Rabu (26/4/2023). Kegiatan Ujian Praktik tersebut dibuka secara langsung oleh Kepala SMPN 13 Kota Kupang, Yusak S. Olla, S.Pd., serta dihadiri oleh para guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik lainnya.

 

Dalam sambutannya, Yusak menekankan makna sebuah tarian tatkala diperagakan. Sebuah tarian tradisional, menurutnya, merupakan ekspresi jiwa yang memiliki sifat indah, apalagi bila diiringi dengan jenis musik yang sesuai, semisal lagu-lagu profan.

 

“Tarian tradisional memiliki makna tersirat di dalamnya. Ia memiliki nilai estetis yang kemudian menjadi pengalaman estetis bagi seseorang, selain filosofis. Nilai filosofis tentu bergantung pada jenis tarian. Ada pula nilai kebersamaan, gotong-royong, nilai patriotik, nilai persaudaraan, dan nilai kerja sama. Semuanya sangat terlihat dari sebuah tarian,” ujarnya.

 

Yusak menambahkan tarian sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, sehingga para penari, sambungnya, harus berkonsentrasi pada setiap gerakan yang dilakukan. Baginya, gerakan-gerakan yang diperagakan mesti berirama dan seragam dengan sesama penari. Untuk itu, terang Yusak, dalam pentas tarian tradisional yang gelar sebagai Ujian Praktik tersebut, para peserta didik harus memaksimalkan setiap gerakan guna menampilan pertunjukkan seni yang berkualitas.


(Kepala SMPN 13 Kota Kupang, Yusak S. Olla, S.Pd., saat memberikan sambutan)

Sementara itu, Guru Mata Pelajaran Seni Budaya, Alex Mony, S.Pd., menjelaskan para peserta ujian terhimpun dalam 10 rombongan belajar dimana setiap rombongan terdiri dari 2-3 kelompok. Para peserta, ujarnya, telah berlatih secara mandiri selama masa libur lebaran. Hal itu, sambung Alex, membuat para peserta mampu menampilkan performa terbaik selama Ujian Praktik berlangsung.

 

“Hujan lebat yang mengguyur Kota Kupang tak menyurutkan niat anak-anak untuk melakukan Ujian Praktik. Sejak pagi mereka telah menyiapkan segalanya, meski beberapa kelompok penari harus menampilkan tarian di dalam kelas akibat hujan yang deras,” terang Alex.

 

Lebih lanjut, jelas Alex, terdapat beberapa jenis tarian yang diperagakan oleh para peserta didik, diantaranya Tari Teotana, Tari Dadokado, Tari Ledohawu, Tari Likurai, Tari Mahekat, dan beberapa tari lainnya. Semua jenis tari tersebut, lanjutnya, telah dimodifikasi dengan beberapa musik atau lagu daerah. Hal itu, ujar Alex, merupakan bentuk kreativitas peserta didik yang harus diapresiasi, selain aspek kerja sama tim, persiapan, dan penampilan.

 

“Semua hal ini mesti diapresiasi karena bagaimanapun seni itu universal. Karya seni, semisal tarian, dapat dinikmati oleh siapa saja, tidak dibatasi negara, bahasa, budaya, juga ras. Mari kita memberikan pemahaman yang lebih soal tarian bagi anak-anak agar dapat memperkaya khazanah budaya dalam dirinya,” pungkas Alex.



Menyibak Filosofi dan Keberagaman Nilai

 

Penyelenggaraan Ujian Praktik Mata Pelajaran Seni Budaya berupa tarian tradisional tersebut tentunya memiliki filosofi dan keberagaman nilai yang melekat di dalamnya. Filosofi dan nilai-nilai terkandung dan terekam jelas dalam setiap gerakan tari hingga kostum yang dikenakan oleh para penari. Terdapat beberapa simbol yang melekat dari motif-motif tenun ikat yang digunakan, seperti keberanian dan kehidupan.

 

Selain itu, banyak nilai filosofis yang tergambar dari corak dan warna pada tenun-tenun tersebut. Beberapa kostum didominasi warna hitam, merah, dan kuning. Semua nilai dan filosofi tersebut dipelajari secara komprehensif dan dihayati secara baik melalui kegiatan praktik menari. Tentunya, melalui kegiatan Ujian Praktik, banyak pesan budaya warisan leluhur yang terus diingat dan digaungkan. Hal itu dapat mendorong para peserta didik untuk mengembangkan diri secara potensial sekaligus merawat warisan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. (Jony Liwu/MDj/red)


Post a Comment

0 Comments