Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

UNWIRA DAN UNIVERSITAS UDAYANA SELENGGARAKAN KULIAH UMUM TENTANG BAHASA DAN KEBUDAYAAN

(Dokumentasi kegiatan. Foto: unwira.ac.id)


Kupang, CAKRAWALANTT.COM - Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang bekerja sama dengan Universitas Udayana Denpasar menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Bahasa dan Kebudayaan : Perspektif Linguistik”, Selasa (28/2/2023), di Ballroom St. Hendrikus Lantai IV Gedung Rektorat Unwira. Kegiatan tersebut juga didukung oleh 3 Program Studi (Prodi) di Unwira, yakni Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Prodi Ilmu Komunikasi, dan Prodi Ilmu Filsafat, serta Prodi Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

 

Dalam sambutan pembukanya, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unwira, Dr. Aleksius Madar, M.Ed., memberikan apresiasi kepada Narasumber, Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.Si., beserta rombongan dari Universitas Udayana Denpasar. Menurutnya, kegiatan kuliah umum tersebut merupakan forum akademik untuk menimba dan mendapatkan insight baru.

 

“Para dosen dan mahasiswa perlu mencari relevansi keilmuan dari kuliah umum ini agar dapat dikembangkan di prodi masing-masing. Bahasa adalah bagian dari kebudayaan. Namun, kebudayaan itu hanya bisa dipahami melalui bahasa, apa pun bentuk dari kebudayaan tersebut. Jadi, dalam bahasa dan melalui bahasa, kita memahami kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu,” ungkap Dr. Aleksius.

 


Sementara itu, Tim Sosialisasi dari Universitas Udayana memberikan sosialisasi Prodi S2-S3 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Udayana. Dalam sesi tersebut, Tim Sosialisasi Udayana memberikan wawasan umum terkait profil dan kurikulum atau Mata Kuliah Linguistik yang dijalankan oleh Universitas Udayana, baik pada jenjang program sarjana maupun pascasarjana.

 


“Prodi S2 dan S3 Linguistik memiliki empat konsentrasi, yaitu Linguistik Murni, Linguistik Terapan, Wacana Naratif, serta Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Untuk Prodi Pascasarjana, kami memiliki 44 dosen, diantaranya 20 orang Guru Besar dan 24 orang Doktor,” kata Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum., selaku Koordinator Studi Linguistik Program Magister Linguistik Udayana.

 


Melaksanakan Kuliah Umum

 


Pada sesi berikutnya, seluruh peserta mengikuti Kuliah Umum yang dibawakan langsung oleh Narasumber dari Universitas Udayana.

 


“Saya senang sekali berada di sini. Topik ini sangat relevan untuk dibicarakan, setidak-tidaknya terhubung dengan tiga konsentrasi kuliah dari tiga Prodi penyelenggara kegiatan ini. Juga terkait dengan Filsafat Ilmu,” ungkap Prof. Pastika sebelum memulai presentasi materi.

 




Dalam presentasi materinya, Prof. Pastika menguraikan sejumlah teori dan konsep terkait bahasa dan kebudayaan. Menurutnya, bahasa itu mencerminkan pola pikir manusia.

 


“Bahasa merekam peristiwa dan sekaligus mentransformasikan peristiwa. Di samping itu, bahasa juga merupakan ekspresi simbol verbal yang didasarkan pada citraan mental yang tidak hanya ada dalam pikiran, tetapi juga dalam citra indra. Konstruksi pikiran direpresentasikan oleh konstruksi klausa,” lanjut Prof. Pastika.

 


Untuk membantu peserta Kuliah Umum dalam memahami konsep tersebut, Prof. Pastika memberikan contoh tentang pemberitaan media. Prof. Prastika menggunakan rumusan (1) ‘Para mahasiswa/i yang berdemonstrasi ditembaki polisi’ dan rumusan (2) ‘Polisi menembaki mahasiswa/i yang berdemonstrasi’.

 

“Kedua rumusan yang berbeda tersebut merepresentasikan perhatian dan keberpihakan penulis berita. Pada rumusan pertama, fokusnya ialah mahasiswa/i. Sementara pada rumusan kedua, fokusnya ialah polisi yang menembaki mahasiswa/i. Rumusan kedua merepresentasikan perhatian penulis berita pada penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi,” kata Alumnus Doktoral Australian National University itu.

 

Prof. Pastika juga berbicara tentang bahasa dan identitas budaya. Bahasa yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang, jelasnya, menggambarkan budaya yang dimiliki orang atau masyarakat tersebut. Kosakata itu sendiri berasosiasi dengan praktik budaya. Sebagai contoh, dalam kebudayaan Bali, terang Prof. Pastika, perhitungan tentang ukuran ruang dan waktu menggunakan organ tubuh (tangan dan kaki). Hal itu berarti praktik kebudayaan yang ada di setiap daerah mengandung pengetahuan-pengetahuan tertentu yang perlu diungkapkan oleh para peneliti.

 

Selanjutnya, dalam sesi diskusi, Paskalia Irene Jaga Lejap, SS., selaku Tenaga Kependidikan Unwira, bertanya tentang topik penelitian Skripsi-nya, yaitu penelitian ‘kata-ulang’.

 


“Sewaktu mengerjakan skripsi untuk Sarjana Sastra di Universitas Katolik Sanata Dharma, saya membuat penelitian tentang ‘kata-ulang’ dalam bahasa Kedang, Lembata. Namun, masyarakat Kedang hanya familiar dengan budaya lisan, sehingga saya tidak menemukan dokumen tertulis yang mereka miliki tentang topik penelitian tersebut. Itu sebabnya, saya memilih mengganti topik penelitian skripsi. Jika saya melanjutkan penelitian itu, apa yang harus saya lakukan?” tanya Irene Lejap.

 


Menanggapi pertanyaan tersebut, Prof. Pastika menegaskan pentingnya penelitian lapangan. Di samping itu, dia juga mengajak dan mendorong Irene Lejap untuk melanjutkan penelitian tersebut.

 


“Ini merupakan pertanyaan yang bagus. Kesulitan semacam itu bisa diatasi dengan memperhatikan cara mengonversi hasil wawancara ke dalam bentuk tertulis. Jadi, saat peneliti mewawancarai narasumber atau ahli budaya setempat, peneliti diharapkan untuk menulis hasil wawancara dan mencantumkannya pada bagian catatan sumber (daftar pustaka),” jawab Prof. Pastika yang juga merupakan Magister Universitas Hasanuddin, Makassar.

 

Seusai kuliah umum, kegiatan dilanjutkan dengan Penandatanganan Kerja Sama antara Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira dan Prodi S2-S3 Linguistik Universitas Udayana. Penandatanganan dokumen kerja sama disaksikan oleh sejumlah dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira bersama dengan dosen Prodi Linguistik Udayana.

 

Kegiatan kuliah umum diakhiri dengan sesi foto bersama. Seusai kegiatan tersebut, Prof. I Wayan Pastika bertatap muka dengan Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD. Dihubungi secara terpisah, Rektor Unwira yang biasa disapa Pater Philipus menyampaikan bahwa Prof. Pastika adalah teman kuliahnya di Australian National University.

 

Pantaun media, kegiatan tersebut diikuti oleh para mahasiswa dan dosen Unwira dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Prodi Ilmu Komunikasi, dan Prodi Ilmu Filsafat. (MDj/red)


(Berita di atas juga dapat dibaca dan diakses di link https://unwira.ac.id/home/detail_berita/1584/unwira-dan-universitas-udayana--selenggarakan-kuliah-umum-tentang-bahasa-dan-kebudayaan)  


Post a Comment

0 Comments