Foto: Maksimus Masan Kian (kedua dari kiri) bersama rekan-rekannya saat peluncuran Lembaga SINKRON. |
Flores Timur, CAKRAWALANTT.COM - Maksimus Masan Kian, didampingi Zaeni
Boli, Ketua Forum Taman Bacaan Kabupaten Flores Timur, Ferdinandus Boro Nama,
Sekretaris PGRI Kabupaten Flores Timur, Benediktus Bereng Lanan, Pengurus
Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Cabang Flores Timur, Yan Surachaman,
Guru IPA SMPN 1 Lewolema, Agnetis Da Noa, Guru Bahasa Inggris SMPS Katolik
Baipito Watowoti, meluncurkan Lembaga Simpul Inspirasi Kreasi Nusantara (SINKRON).
Acara peluncuran berlangsung pada Senin (9/1/2023) di kediaman Maksimus Masan
Kian, di RT 17/RW 004, Kelurahan Sarotari Timur, Kecamatan Larantuka, Kabupaten
Flores Timur.
Dalam sapaan pembukaannya, Maksi
mengatakan bahwa dirinya menyukai tantangan, senang mempelajari hal baru, dan
hobi berorganisasi. “Saya suka tantangan. Senang belajar hal yang baru dan hobi
berorganisasi, melahirkan inspirasi, mendorong kreativitas dan menciptakan
inovasi untuk perubahan perubahan kecil. Mimpi saya sudah lama bisa menghadirkan
sebuah lembaga yang saya ritis sendiri dari pengetahuan, pengalaman dan
jejaring pertemanan yang terbentuk selama ini. Saya ingin ada lagi tantangan
yang baru dengan melahirkan lembaga yang diberi nama SINKRON ini,” ujar Ketua
PGRI Kabupaten Flores Timur tersebut.
Menurut Maksi, Lembaga SINKRON akan
bergerak pada dunia pendidikan, literasi, seni, budaya, kepemudaan, pariwisata,
dan digitalisasi. “Tidak ada struktur kepengurusan yang kaku. Dalam tubuh
SINKRON hanya ada simpul simpul Sumber Daya Manusia (SDM) yang saling memberi
inspirasi dan berkreasi sebagai persembahan untuk Nusantara. Kami akan
menjaring orang- orang dengan mimpi yang besar, dan imajinasi yang kuat untuk
saling berbagi dan belajar bersama. Kelak lembaga ini diharapkan sedikitnya
akan menyerap tenaga kerja bagi generasi muda,” katanya.
Pada kesempatan itu, Maksi membeberkan
pengalamannya berkecimpung di dalam organisasi saat menjadi Guru di Kabupaten
Flores Timur sejak 2010. “Tahun 2012 saya mendirikan Forum Peduli Pendidikan
Flores Timur yang memberikan banyak catatan kritis terhadap sejumlah pelayanan
publik di Kabupaten Flores Timur. Tahun 2013, saya terpilih sebagai Sekretaris
PGRI Cabang Demon Pagong. Tahun 2016, terpilih Sekretaris Umum PGRI Kabupaten
Flores Timur. Tahun 2015, tepatnya di tanggal 1 Maret 2015, secara aklamasi
pada sebuah Musyawarah Guru dan Dosen di Aula SMA Negeri 1 Larantuka, saya
terpilih menjadi Ketua Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA) Cabang Kabupaten
Flores Timur,” jelasnya.
“Dua periode dalam suka dan duka dengan beragam kegiatan
kami bergerak hidupkan di Kabupaten Flores Timur. Tentu dengan segala catatan
kurang lebihnya. Tongkat estafet kepemimpinan Agupena Cabang Flores Timur
ditahun 2020 beralih ke Muhammad Soleh
Kadir atau lebih dikenal dengan nama pena, Pion Ratuloli yang saat itu menjabat
sebagai Wakil Ketua. Pion memimpin sejak 2020 dan akan berakhir tahun ini. Pada
tahun yang sama setelah meletakkan kepercayaan di Agupena Flores Timur yang
digelar pada Musyawarah Cabang di SMPN Satu Atap Riangpuho yang dipimpin oleh
Thomas Akaraya Sogen, Ketua Agupena Wilayah NTT, tepat ditanggal 16 Desember
2020 saya dipercayakan memimpin Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
Kabupaten Flores Timur untuk masa bakti 2020-2025,” kata Maksi.
Lebih lanjut, Maksi menuturkan bahwa ada satu mimpinya
yang telah disiapkan usai memimpin Agupena Flores Timur Timur. “Saya sudah
punya mimpi untuk melakukan apa setelah memimpin Agupena Flores Timur yakni
menghadirkan sebuah lembaga di Kabupaten Flores Timur yang bergerak menjangkau
se Nusantara. Jika Agupena ada struktur ke tingkat provinsi hingga pusat dan
PGRI ada struktur secara hirarki ke provinsi hingga pusat, lembaga yang saya
maksudkan adalah pendiri, pengelola, penggerak dan penangungjawab umum adalah
kita sendiri secara mandiri. Mimpi itu terus ditimang,” terangnya.
“Sejumlah sahabat baik saya diskusikan,
dan puncaknya hari ini, didampingi sahabat baik Amber Kabelen, Zaeni Boli,
Ferdi Tokan, Yan Suracham dan Agnetis Da Noa, di kediaman kami Jalan Jenderal
Ahmad Yani, Lorong TKK Amfrida, RT 17 RW 004, Kelurahan Sarotari, Kecamatan
Larantuka, lembaga yang kami impikan dan imajinasikan itu lahir,” ungkap Maksi.
Menurut Maksi, nama lembaga yang
didirikannya bersama rekan-rekannya tersebut memiliki filosofi. Sinkron berarti
simpul ikatan yang tidak kaku, bisa divariasikan, dan memiliki beragam manfaat.
Inspirasi bisa menjadi energi dan daya positif yang menggerakan untuk terus
beraksi. Kreasi bisa melahirkan karya-karya yang menghidupkan. Inspirasi
menjadi energi dan daya positif yang menggerakan untuk beraksi. Dan, nusantara berarti
gagasan dan kreativitas yang digerakkan menjangkau se-Indonesia dari pulau ke
pulau, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. SINKRON sediri menurut Kamus
Besar Indonesia (KBBI) adalah sesuatu yang terjadi pada waktu yang sama atau
secara serentak. Sinkron bisa berarti sejalan, sejajar, sesuai, atau selaras.
Maksi membeberkan diksi simpul,
inspirasi, kreasi, dan nusantara muncul pada suatu kesempatan jalan pagi. Sementara
akronim SINKRON adalah nama yang diberikan oleh Ferdinandus Boro Nama, tepat di
teras rumahnya di Lingkungan Lebao, Kota Larantuka. “Pada jalan pagi yang sehat
terdapat inspirasi yang kuat. Simpul, Inspirasi, Kreasi, Nusantara terilhami
pada saat saya jalan pagi di Kota Larantuka. Sementara akronim SINKRON
disematkan oleh Ferdiandus Boro Nama di teras rumahnya pada suatu kesempatan
ngopi sore di lingkungan Lebao,” kata Maksi.
Sementara itu, Zaeni Boli, Ketua Forum
Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Flores Timur, mengaku bangga dengan gagasan
melahirkan simpul inspirasi dan kreasi. “Saya bangga terlibat dalam diskusi
sebelum lembaga ini resmi diluncurkan. Maksi yang saya kenal adalah sosok yang
tidak pernah diam. Ia selalu bergerak dan menggerakan. Mimpi selalu setinggi
langit, karena baginya, jika jatuh sekalipun, mimpinya tetap berada di antara
bintang-bintang. Saya dan teman teman di sekitarnya akan selalu dan siap
memberikan dukungan,” kata Zaeni. (MDj/red)
0 Comments