Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI



Oleh : Maria Goreti Tunu, S.Ag.

(Guru SMK Negeri 1 Kota Tambolaka)

 


CAKRAWALANTT.COM - Setiap pribadi adalah unik adanya. Keunikan tersebut merupakan “harta” yang dimilikinya sebagai mahkluk yang berakal budi. Keunikan diri tidak hanya sebatas pada identitas personalnya semata, seperti nama, waktu kelahiran, gambaran keluarga, daerah domisilisi, dan sebagainya, tetapi lebih daripada itu semua, yakni menyangkut pertanyaan “Siapakah aku? (Who am I?)”. identitas dan pertanyaan “Siapakah aku?” merupakan panduan untuk mengenali, mendalami, dan menyelami dirinya sebagai satu pribadi yang utuh dan sempurna.

 

Sesungguhnya, setiap orang seharusnya mengetahui bahwa dirinya adalah pribadi yang unik. Hal itu sudah tertera dalam ajaran setiap agama dan kepercayaan, termasuk Katolik. Melalui pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di tingkat satuan pendidikan, Gereja Katolik ingin mengarahkan dan menuntun semua umatnya, terutama peserta didik, untuk mengenal dan menghargai dirinya sendiri melalui tema pembelajaran “Aku Pribadi yang Unik”. Tema tersebut menjadi dasar pijakan bagi para peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menuju gerbang kesuksesan. Dasar pijakan tersebut juga dapat mengarahkan peserta didik untuk mampu merencanakan rutinitas dan tujuan hidupnya, sembari membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan pegangan hidup (iman).

 

Sebagai Guru Pengampu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik, penulis menyadari bahwa tema terkait pengenalan diri sebagai ciptaan yang unik harus didalami secara matang dan seimbang oleh para peserta didik. Peserta didik harus memiliki kesadaran total akan keberadaannya sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang berakal budi, bisa berperilaku dengan baik, dan mampu bertanggung jawab. Dalam hal ini, penulis berfokus pada peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Kota Tambolaka.

 

Menurut penulis, peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Kota Tambolaka merupakan individu-individu yang sedang berada dalam masa remaja. Pada masa tersebut, mereka akan lebih sering mengekspresikan diri secara bebas dengan berbagai cara. Kebebasan tersebut tentunya berdampak pada dua arah, yakni sikap atau perilaku yang positif dan negatif. Dalam perkembangannya, para remaja tersebut kurang menyadari kelebihan dan kekurangannya. Mereka lebih memprioritaskan penyesuaian diri dengan perkembangan trend atau gaya hidup terbaru, tanpa menyaring dan memilah hal-hal baru yang diterima.

 

Di sisi lain, peserta didik yang sedang menjalani masa remaja tersebut juga cenderung membentuk kelompok (circle) sesuai dengan keadaan masing-masing. Anak-anak yang memiliki penampilan fisik dan materi yang memadai akan bergabung bersama kelompok-kelompok yang setara dengan mereka, sedangkan anak-anak yang mengalami kekurangan dalam penampilan fisik dan materi akan cenderung mengurung dan berdiam diri sembari membentuk tembok pemisah. Padahal, sesuai konsep keunikan diri, masing-masing anak memiliki kelebihan dan potensi yang telah ada di dalam dirinya sejak lahir.

 

Melihat kenyataan tersebut, penulis pun memberikan dukungan kepada para peserta didik yang masih tergolong remaja bahwa semua ciptaan Tuhan adalah istimewa, lengkap, dan tidak memiliki perbedaan yang diskriminatif. Semua manusia adalah citra Allah, sehingga sebagai mahkluk ciptaan-Nya, para peserta didik harus bangkit dan berjuang untuk mewujudkan impiannya. Mereka harus mampu mengungkapkan hidupnya secara positif dan menjadi manusia yang berguna bagi sesama yang dijumpainya.

 

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sebagai individu dan khususnya sebagai pribadi yang unik, maka akan dilakukan observasi secara khusus di kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) A SMK Negeri 1 Kota Tambolaka. Observasi adalah cara mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan khususnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan tema : “Aku Pribadi Yang Unik”. Adapun langkah-langkah yang dibuat adalah dengan menyebarkan angket penelitian dengan menggunakan metode obsevasi.

 

Pertama, memulai dengan pendekatan pribadi dalam bentuk diaolog dari hati ke hati. Misalnya, mulai dengan pertanyaan, mengapa anda selalu merasa gugup ketika berdiri di depan kelas? Mengapa anda selalu menyendiri? Mengapa anda tidak suka bergaul dengan teman yang berlainan jenis kelamin? Mengapa anda selalu berbicara tidak focus dan Mengapa rasa kepercayaan diri selalu tidak ada?

 

Kedua, melakukan pendekatan keluarga atau kunjungan keluarga. Dalam kunjungan keluarga, penulis akan melakukan sebuah dialog dengan orang tua peserta didik guna mengetahui seberapa jauh orang tua telah memotivasi anak-anak mereka untuk mengenal segala kemampuan dan kekurangan yang mereka. Pemberian motivasi orang tua kepada anak ini dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam perencanaan keluarga  dan menghargai keberhasilan anak dengan sedikit memberikan pujian entah berupa hadiah atau sekedar kata-kata.

 

Ketiga, melakukan pendekatan lingkungan. Dalam kunjungan ke masyarakat ini penulis dapat menemukan mengapa remaja kurang memahami siapa dirinya. Masyarakat sekitar selalu mendiskreditkan remaja sebagai manusia yang belum tahu apa-apa. Dari penilaian-penilaian sejenis yang selalu menganggap remaja sebagai manusia yang belum ada apa-apanya inilah yang menghantar remaja pada rasa minder dan rendah diri.

 

Keempat, kerja sama dengan pihak Gereja. Pada umumnya, anak remaja selalu malas bahkan tidak tertarik untuk hal-hal yang bersifat rohani, seperti ke Gereja mengikuti perayaan ekaristi atau ibadat, bahkan doa-doa dan katekese sangat tidak tertarik untuk mereka. Dalam kerja sama dengan Gereja, penulis akan membantu para remaja untuk membangkitkan rasa percaya diri  melalui refleksi terpimpin untuk mengenal dirinya, dan dapat mengungkapkan dirinya dengan kepercayaan diri  yang tinggi

 

Dengan melihat hasil dari metode observasi, anak-anak remaja membutuhkan perhatian, pengakuan, kasih saying, dan doa-doa, baik dari orang tua, keluarga, masyarakat maupun sekolah, sebab membentuk, mendampingi dan membina manusia yang adalah Citra Allah merupakan tanggung jawab dan panggilan hidup sebagai orang kristiani.

 

Setiap orang adalah pribadi yang unik, tidak ada duanya. Ciri fisik, sifat, cara berpikir dan pengalaman keberhasilan serta kegagalan akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang unik, selain latar belakang keluarga yang mempengaruhi. Sumber sejati keunikan diri manusia adalah Allah sendiri Yang telah menciptakan manusia secara khusus dan ajaib.

 

Lingkungan sekolah pun ikut berperan penting dalam membina dan membentuk karakter anak-anak remaja yang sedang bertumbuh dan berkembang. Setiap pelajaran adalah ilmu pengetahuan yang turut membantu untuk keberlangsungan hidup manusia.

 

Seyogyanya, keluarga pun menjadi tempat belajar, pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya secara baik dan positif. Keluaraga adalah tempat paling pertama untuk bisa menanamkan nilai-nilai kehidupan dan cinta yang besar kepada anak-anak yang Tuhan percayakan kepada mereka, bahkan bisa dikatakan keluarga adalah Gereja pertama.

 

Anak remaja mesti menyadari dirinya sebagai manusia yang berbeda dengan ciptaan lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, anak remaja tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi, anak remaja harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian, anak remaja akan semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri, penerimaan, kepercayaan diri dan perasaan diri yang tinggi. Dengan dasar itu anak remaja dapat mengisi hidup, meraih cita-cita, dan melaksanakan panggilan Allah. (MDj/red)

 

 


Post a Comment

0 Comments