(Foto: Kemenko PMK) |
Jakarta, CAKRAWALANTT.COM - Dalam membangun
ekosistem riset di era baru, perguruan tinggi harus memperkuat kerja sama
dengan industri. Dengan riset, selain berpotensi menghasilkan inovasi yang
sesuai dengan kebutuhan pasar dan masyarakat, komersialisasi riset juga dapat
menumbuhkan kemandirian perguruan tinggi, serta dukungan pendanaan dari
industri untuk penelitian berkelanjutan.
Selain itu, hasil
penelitian perguruan tinggi juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai
bahan evaluasi atau sebagai dasar pengambilan kebijakan ke depan. Hal itu
disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Aris
Darmansyah Edisaputra, saat menjadi Keynote
Speech pada The 8th International
Conference on Technology and Vocational Teachers 2022 secara virtual, Kamis
(6/10/2022).
Ia mengatakan
dukungan pendanaan riset dari industri/swasta sangat diperlukan. Menurut data
Kementerian Keuangan, pada tahun 2019, alokasi dana riset Indonesia masih di
bawah 1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto, sedangkan negara lain sudah
mencapai 3-4 persen.
“Ke depan, penelitian
harus diarahkan untuk menghasilkan teknologi yang bersahabat dengan alam dan
mendorong umat manusia untuk lebih melindungi alam,” tambah Aris.
Sementara itu, dalam
menyongsong era baru pasca pandemi, redesain transformasi ekonomi Indonesia
juga perlu dilakukan seperti SDM berdaya saing, ekonomi hijau, integrasi
ekonomi domestik, produktivitas sektor ekonomi, dan transformasi digital. Untuk
mencapai hal tersebut diperlukan kerja sama konstruktif dari berbagai pihak.
“Pandemi menghambat
pencapaian target-target SDGs, namun sekaligus membuka peluang terjadinya
reformasi berbagai sistem, salah satunya agar kita lebih peduli pada
kelestarian alam sebagai tempat sekaligus sumber kehidupan manusia,” tuturnya.
Oleh karena itu,
perguruan tinggi harus mengembangkan dan memproduksi ilmu pengetahuan. Sebagai
bagian dari masyarakat, perguruan tinggi harus selalu mengikuti dinamika dan
persoalan yang terjadi di masyarakat yang semakin kompleks.
“Karena itu,
Tridharma Perguruan Tinggi mencakup 3 bakti, yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat,” jelasnya.
Adapun saat ini, pendidikan
vokasi dan pelatihan vokasi dari berorientasi suplai (supply oriented) telah berorientasi kepada kebutuhan (demand oriented) dan mengedepankan peran
DUDIKA. Hal ini sesuai dengan Perpres Nomor 68 tahun 2022.
Oleh sebab itu,
pembenahan pendidikan dan pelatihan vokasi harus dilakukan menyeluruh mulai
dari penyelarasan kurikulum, penyediaan sarana prasarana, penyediaan pendidik
dan instruktur, penyediaan akses magang/praktek di DUDIKA, sampai pada
akreditasi lembaga dan sertifikasi kompetensi lulusan sebagai penjaminan mutu.
“Saya menyampaikan
apresiasi atas diselenggarakannya konferensi ini. Semoga UNY dapat terus
meningkatkan kualitasnya sehingga menghasilkan inovasi dan teknologi yang
bersahabat dengan alam, dan mencetak SDM yang unggul terutama para calon
pendidik,” tutupnya.
Turut hadir dalam
acara tersebut, tuan rumah Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr.
Sumaryanto, Para Wakil Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. Hadir pula sebagai
Narasumber, yaitu Prof. Jenq-Shiou Leu, Prof. Dr.Ing. Oliver Michler, Prof. Dr.
Ing. Lee Seonha, Associate Prof. Ferry Jie, Serta Prof. Dr. Eng. Ir. Didik
Nurhadiyanto. (Kemenko PMK/Syarifah/MDj/red)
0 Comments