Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

ANBK DAN CATATAN DI BALIKNYA

 

(Foto: Suasana pelaksanaan Ujian ANBK di SMK Negeri 1 Ile Ape, Lembata)


Oleh : Paulus Geradus Hurint, S.T.,Gr

(Wakasek Kurikulum SMK Negeri 1 Ile Ape, Lembata)

 


CAKRAWALANTT.COM - Kisah dan ceritra tentang dunia pendidikan selalu aktual untuk dicerna, dibedah dan dimaknai, sambil menemukan solusi alternatif untuk dijalankan pada setiap unit satuan pendidikan manapun. Hal itu sembari disandingkan dengan kurikulum yang berlaku, serta situasi dan kondisi dari satuan pendidikan setempat. Semuanya bertujuan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa dalam balutan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yakni; “Wajar Dua Belas (12) Tahun”.

 

Kisah dan cerita tentang dunia pendidikan ini juga selalu ramai dibicarakan dari tahun ke tahun. Ada cerita yang menggembirakan dan menyenangkan, akan tetapi, ada juga ceritra yang menyedihkan dan menyakitkan, bahkan ada pula cerita miris yang sudah terasa hambar untuk diramu kembali.

 

Betapa pun demikian, pemerintah telah berusaha sejauh kemampuan untuk mengembangkan segala cerita yang miris tentang pendidikan itu dengan sederetan program-program unggulan untuk meminimalisirnya. Tak ketinggalan, pemerintah juga menggeloncorkan begitu banyak dana untuk mendukung segala program unggulan pemerintah tersebut dalam dunia pendidikan.

 

Atas segala program dan kucuran dana demi memoles persoalan pendidikan dimaksud, tetapi tetap saja, masih selalu ditemukan berbagai kisah dan cerita baru. Ini pertanda bahwa pendidikan selalu aktual dari masa ke masa dengan segudang kisah dan ceritanya. Selain itu, pelaku pendidikan adalah manusia yang berakal budi yang selalu berubah dari tahun ke tahun seirama dengan perkembangan zaman. Pada tataran ini, saya boleh mengatakan, “Pendidikan bukanlah sederetan masalah yang harus diselesaikan, melainkan kenyataan yang harus dihadapi.

 

Mencermati berbagai program unggulan yang digelindingkan oleh pemerintah, kali ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan terobosan baru mulai Tahun Pembelajaran 2021-2022 lalu guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu terobosan berani yang dimenangkan oleh Mendikbudristek adalah Meniadakan Ujian Nasional (UN) yang selama ini dijalankan dan menggantikannya dengan Asessmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

 

Asessmen Nasional ini bertujuan untuk membuat pemetaan terhadap mutu pendidikan, demi mendapatkan informasi yang akurat untuk memperbaiki kualitas tenaga pendidik dan peserta didik demi mencapai mutu pendidikan yang berkualitas. Asesmen Nasional (AN) tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individual, melainkan lebih pada mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan output. Dengan demikian, menjadi nyata bahwa Asessmen Nasional (AN) merupakan penanda adanya perubahan.

 

Paradigma tentang Evaluasi Pendidikan telah membuka ruang dan memberikan tempat untuk menunjukkan kemerdekaan belajar. Pelaksanaan kegiatan Asessmen Nasional (AN) meliputi tiga (3) bagian, yaitu Asessmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar dengan sasaran mendaratnya pada Literasi dan Numerasi.

 

Asessmen Nasional (AN) tidak dilakukan pada Akhir Semester seperti Ujian Nasional (UN) melainkan dilakukan pada Tengah Semester dan berlaku untuk kelas XI pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) tidak saja berlaku utuk peserta didik, tapi juga untuk tenaga pendidik dengan tujuan agar tenaga pendidik dapat memperbaiki metode-metode pembelajaran yang digunakan selama ini demi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

 

Asessmen Nasional (AN) dilakukan dengan metode survei, dimana diambil sampel dari beberapa peserta didik secara acak dan bukannya melibatkan seluruh peserta didik di setiap sekolah. Hal ini berbeda dengan Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang menggunakan metode sensus, dimana seluruh peserta didik di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.

 

Program unggulan pemerintah yang dikemas dalam Asessmen Nasional (AN) ini pada prinsipnya memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan juga meningkatkan kualitas masa depan anak. Selain itu, pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) ini dapat membiasakan peserta didik untuk mengenal dan menggunakan pembelajaran berbasis IT. Dengan demikian, peserta didik tidak lagi dibilang “Buta” atau “Gatek” dalam membidani IT demi menunjang proses pembelajaran.



Berkenaan dengan pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) ini, tak dapat dipungkiri bahwa masih ditemukan begitu banyak ucapan miris yang dilontarkan. Hal ini bisa dimaklumi karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penggunaan IT, situasi dan kondisi tempat yang berbeda, serta minimnya sarana prasarana pendukung pelaksanaan Asessmen Nasional (AN). Untuk menjawabi ucapan miring ini, diharapkan kepada kita sekalian, baik itu sebagai pemegang kebijakan (pemerintah) maupun kepada pelaksanaan Asessmen Nasional (AN) pada tingkat sekolah, hendaknya memperhatikan berapa hal berikut ini.

 

Pertama, perlu adanya Bimbingan Teknis (Bimtek) yang harus diberikan kepada pihak operator dan teknisi, karena merekalah yang menjadi garda terdepan dalam memenangkan program unggulan pemerintah ini. Demikian pula dibuatkan pelatihan dengan bebrbasis IT baik kepada tenaga pendidik dan peserta didik.

 

Kedua, menghadirkan berbagai sarana prasarana pendukung, seperti jaringan internet yang memadai, sebab sesungguhnya perlu pemberlakuan pemerataan untuk sekolah di kota dan di desa dalam melaksanakan Asessmen Nasional. Lembaga pendidikan yang berada di daerah kadang kala (bahkan) sering mengalami kendala pada jaringan internet. Hal ini hendaknya dipikirkan secara bijaksana.

 

Ketiga, jaringan PLN sebagai pendukung utama. Pengadaan jaringan listrik untuk masuk ke sekolah-sekolah yang berada di daerah yang belum terjangkau dengan penerangan (Listrik). Kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah di daerah gagal mengeksekusikan Asessmen Nasional (AN) ini, karena kendala pada server pusat dan jaringan internet serta jaringan PLN.

 

Keempat, komputer merupakan sarana vital dalam memenangkan pelaksanaan Asessmen Nasional (AN). Diharapkan adanya bantuan berupa komputer atau tablet ke sekolah-sekolah sebagai pelaksanaan Asessmen Nasional (AN).

 

Inilah beberapa kendala yang dialami selama pelaksanaan Asessmen Nasional sekaligus menjadi catatan kritis bagi kita sekalian dalam memenangkan program pemerintah ini demi menunjang layanan mutu pendidikan. Pendidikan pada prinsipnya harus menghantar keluar peserta didik, sehingga mereka bisa menemukan kebebasan atas dirinya sendiri sesuai dengan tuntutan merdeka belajar. Hal ini menuntut para tenaga pendidik harus bisa membantu peserta didik menuju pada perubahan, di mana baik peserta didik maupun tenaga pendidik dapat mengolah ilmu yang dimilikinya dan tidak terpaku pada buku.

 

Kita semua belajar pada ilmu yang sama, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengolah ilmu yang dimilki, sembari menggunakan pendekatan potensi dan bukannya pendekatan masalah. Jika pendekatan masalah yang dipakai, maka pendidikan akan tetap melahirkan segudang masalah berikutnya. Namun, bila pendekatan potensi yang digunakan, maka apapun masalah pendidikan yang dialami tidak dilihat sebagai masalah yang krusial, melainkan lebih pada kenyataan yang harus dihadapi dan dimenangkan demi menciptakan pendidikan yang berkualitas di masa yang akan datang. “Visi tanpa Aksi adalah mimpi belaka. Aksi tanpa Visi merupakan pemborosan waktu. Visi dikawinkan dengan aksi maka melahirkan perubahan dalam dunia pendidikan”. (MDj/red).


Post a Comment

0 Comments