Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENULIS TEKS EDITORIAL


 


Oleh : Medelina Bees, S.Pd

(Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Tana Righu)



CAKRAWALANTT.COM - Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan bagian dari proses pembelajaran yang wajib dipahami dan didalami secara baik oleh para peserta didik. Sebagai materi wajib, Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki ruang lingkup yang mencakup empat aspek keterampilan kebahasaan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam praksisnya, tingkat penguasaan peserta didik terhadap setiap aspek keterampilan kebahasaan tersebut berbeda-beda.

 

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sering menjadi fokus utama pencapaian adalah menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan menuangkan pikiran ke dalam bentuk tulisan. Namun, proses penuangan atau pengungkapan tersebut kerap mengalami hambatan karena keterbatasan pemikiran dan pemahaman peserta didik tentang berbagai hal, sehingga membatasi seluruh inspirasi dalam menulis. Untuk itu, kegiatan menulis akan terasa sulit bila dilakukan tanpa adanya pesiapan atau muatan dasar pemikiran yang mumpuni.

 

Terkait kegiatan menulis, di dalam Pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII, terdapat sebuah materi menyangkut penulisan teks editorial. Secara khusus, pada Kompetensi Dasar (KD), diterangkan bahwa para peserta didik harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan merancang teks editorial. Selain itu, pada indikator fokus, para peserta didik juga harus mampu menulis teks editorial dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Teks editorial sendiri merupakan teks yang ditulis berdasarkan suatu isu atau permasalahan yang sedang (hangat) diperbincangkan sesuai dengan kaidah kebahasaan.

 

Kewajiban mempelajari teks editorial oleh peserta didik juga tercantum dalam Pedoman Kurikulum, yakni Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Kurtilitas Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun, pada kenyataan, sebagian peserta didik belum mampu atau mengalami kesulitan dalam membangun sebuah teks editorial. Hal itu terlihat dari hasil belajar peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 76. Para peserta didik juga mengalami kesulitan dalam menggunakan kaidah kebahasaan teks editorial bergaya jurnalistik.

 

Sebagai guru pengampu Pelajaran Bahasa Indonesia, penulis selalu menemukan persoalan-persoalan klasik yang menghambat perkembangan peserta didik dalam menguasai teks editorial, seperti yang terjadi di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tana Righu. Di dalam Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) terkait penulisan teks editorial, penulis kerap menemukan segelitir peserta didik yang (1) tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik; (2) belum mampu mengemukakan ide dan gagasan; (3) belum mampu menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD); (4) belum mampu membedakan kata kerja, kata penunjuk, dan kata benda; (5) belum mampu menggunakan diksi dan memilih kosa kata dengan tepat; serta (6) sulit membuat kalimat efektif yang memiliki unsur kepaduan dan kesatuan yang tepat.

 

Semua hal di atas sejalan dengan pendapat Smith (dalam Suparno & Yunus, 2008 : 64) bahwa permasalahan dalam menulis terdiri dari tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat dalam menulis, merasa tidak tahu bagaimana harus menulis, serta pengalaman pembelajaran dalam menulis atau mengarang yang kurang memotivasi dan merangsang. Untuk itu, dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut, penulis mencoba menjabarkan beberapa solusi untuk menunjang perkembangan peserta didik dalam memahami dan menguasai penulisan teks editorial.

 

Untuk mengatasi persoalan di atas, penulis pun melakukan beberapa langkah penanganan. Pertama, penulis mengarahkan peserta didik untuk saling bekerja sama dalam sebuah kelompok guna menentukan ide atau gagasan yang ingin dijadikan teks editorial. Setelah menemukan ide, penulis akan memberikan kesempatan bagi peserta didik.

 

Kedua, penulis menjelaskan materi terkait EYD dan kalimat efektif kepada para peserta didik sebelum memberikan kesempatan untuk menulis teks editorial. Penjelasan tersebut berperan penting dalam upaya pemilihan diksi dan penggunaan kalimat efektif pada teks editorial.

 

Ketiga, penulis memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk menemukan sendiri apa yang ingin dituliskan terkait teks editorial. Menurut penulis, kegiatan menulis juga merujuk pada analisis peserta didik dalam melihat peristiwa-peristiwa yang dialami setiap hari. Hal itu tentunya akan sangat mempengaruhi tingkat antusiasme peserta didik ketika menulis. Bagi mereka, mampu mengekspresikan kata demi kata dengan mudah, benar, dan akurat dalam sebuah tulisan adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

 

Keempat, setelah para peserta didik saling berdiskusi dengan teman kelompoknya, penulis selaku guru pengampu mata pelajaran akan mengarahkan mereka untuk mempresentasekan hasil penulisan teks editorial kepada sesama peserta didik lainnya. Saat melakukan presentase, anggota kelompok lain akan menemukan berbagai pilihan kata yang digunakan oleh kelompok presenter. Pada kesempatan tersebut, tugas penulis adalah memberikan kesimpulan terhadap pilihan kata yang ditemukan oleh para peserta didik sesuai EYD agar selanjutnya dapat diuraikan kembali oleh peserta didik menjadi beberapa kalimat efektif. Hal tersebut akan memudahkan mereka untuk menulis teks editorial dengan baik, sehingga bisa dipahami oleh para pembaca.

 

Kelima, setelah mendapatkan kesimpulan akhir tentag pemilihan kata sesuai EYD, peserta didik diberikan kebebasan untuk menentukan kata petunjuk, kata benda, dan kata kerja karena pemilahan setiap penggunaan jenis kata merupakan poin penting dalam penulisan teks editorial yang efektif. Bukan hal itu saja, peserta didik juga harus menyesuaikan setiap pemilahan kata dengan berita faktual yang akan dijadikan teks editorial.

 

Pasca aktivitas kerja sama dan penilaian akhir terkait penulisan teks editorial di atas, penulis menemukan bahwa para peserta didik dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori, yakni aktif, cukup aktif, dan kurang aktif. Peserta didik yang aktif merupakan kelompok yang mengikuti diskusi secara bersungguh-sungguh dengan memperhatikan setiap hal yang dilakukan, kerap mengajukan pertanyaan, serta memberikan pendapat dan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain. Kemudian, peserta didik yang cukup aktif meliputi kelompok yang mengikuti jalannya diskusi dengan cukup baik sembari memperhatikan apa yang disampaikan oleh kelompok lainnya. Lalu, peserta didik yang tidak aktif adalah kelompok yang memperhatikan apa yang dilakukan oleh kelompok lain, tetapi tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh kelompoknya sendiri.  

 

Dari beberapa langkah solutif yang dipraktikkan di dalam kelas, penulis melihat adanya perubahan dalam kegiatan pembelajaran, seperti adanya semangat peserta didik untuk memilih diksi dan kalimat efektif sesuai dengan EYD guna menulis sebuah teks editorial. Selain itu, peserta didik juga terlihat lebih kompak dan koopertif ketika melakukan diskusi kelompok. Dengan kata lain, penulis memandang kemampuan para peserta didik dalam menulis sebuah teks editorial mulai berkembang dengan baik.

 

Di akhir kata, penulis ingin menekankan bahwa penggunaan EYD, diksi, dan kalimat efektif sangat penting dalam setiap kegiatan menulis. Untuk itu, penulis sangat berharap agar setiap guru pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dapat membimbing peserta didik untuk menerapkan EYD mulai dari aspek pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca dalam sebuah aktivitas menulis. Selain itu, guru juga harus melatih peserta didik untuk menerapkan diksi yang tepat ketika menulis teks pelajaran dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berani menanggapi setiap hal dengan apa yang diketahuinya. Selanjutnya, guru harus membiasakan peserta didik untuk menggunakan kalimat efektif dalam menulis teks editorial. (MDj/red)   


Post a Comment

0 Comments