Oleh : Getreda Yosmi Oematan
(Guru SMA Negeri 1 Soe)
CAKRAWALANTT.COM - Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)
yang melanda dunia sejak Maret 2020 telah merombak semua tatanan kehidupan. Semua
aspek yang dijalani oleh masyarakat mengalami perubahan yang signifikan, termasuk
dalam dunia pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan di semua negara mengalami
kendala dan keterhambatan. Menurut data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco), setidaknya terdapat 290.5 juta
peserta didik di seluruh dunia yang aktivitas belajarnya menjadi terganggu
akibat penutupan sekolah selama masa pandemi Covid-19 (Giovani Dio Prasasti, 2020). Pemberlakukan pembatasan terhadap aktivitas
masyarakat secara tatap muka juga menjadi faktor penyebab terhambatnya semua
perencanaan dan kegiatan sehari-hari.
Guna melancarkan aktivitas masyarakat yang tertunda dan terhambat tersebut,
pemerintah pun mengeluarkan alternatif atau jalan keluar dengan melaksanakan
aktivitas secara daring (online). Di dalam dunia pendidikan, alternatif
tersebut menyebabkan peserta didik harus melaksanakan Kegiatan Belajar dan
Mengajar (KBM) dari dalam rumah. Pada beberapa kondisi, pihak sekolah juga
memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas (luring) dengan tetap menerapkan
Protokol Kesehatan (Prokes) yang berlaku. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
kendala, seperti minimnya fasilitas yang memadai serta sulitnya akses jaringan
telekomunikasi.
Pembelajaran daring merupakan sebuah inovasi pendidikan yang melibatkan
teknologi informasi dalam pembelajaran (Ni Nyoman
Serma Adi, dkk, 2021). Metode pembelajaran daring kerap dilakukan melalui aplikasi pembelajaran
maupun jejaring sosial. Semua materi pembelajaran didistribusikan,
didiskusikan, dan dievaluasi melalui platform digital yang telah disediakan,
seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo, dan Zoom. Dalam praktiknya,
pembelajaran daring memiliki begitu banyak dampak, baik secara positif maupun
negatif.
Maraknya kendala
dalam proses pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 juga dirasakan oleh civitas akademika di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan
(TTS). Para guru dan peserta didik (terpaksa) harus menyesuaikan diri dengan
metode pembelajaran yang terbilang baru dan mendadak tanpa persiapan apapun. Akibatnya,
proses adaptasi tersebut harus disertai dengan ketersediaan infrastruktur yang
memadai, seperti jaringan internet, laptop atau komputer, dan android. Selain itu,
pemberlakuan metode Belajar Dari Rumah (BDR) pun dinilai kurang begitu efektif
karena minimnya pengawasan orang tua serta lingkungan keluarga yang tidak
kondusif. Hal itu pada akhirnya menyebabkan proses tranfer knowledge tidak berjalan begitu baik sesuai ekspektasi dan
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis pun mencoba menguraikan beberapa
dampak yang dihasilkan selama proses pembelajaran daring di SMA Negeri 1 Soe. Secara
positif, proses pembelajaran daring mampu mengembangkan pendidikan berbasis
teknologi, merangsang kreativitas di dalam dunia pendidikan, menimbulkan
hubungan baik dalam peningkatan pendidikan, serta membangun mental yang
positif.
Pertama, mengembangkan pendidikan berbasis teknologi.
Penggunaan dan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) selama masa
pandemi sebenarnya secara tidak langsung mendorong semua pihak untuk
beradaptasi dengan perkembangan TIK. Dengan kata lain, semua individu yang
terlibat di dalam dunia pendidikan harus melek teknologi. Untuk itu, peran
literasi teknologi dan digital sangat dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0
(Munandar, 2021).
Kedua, merangsang kreativitas di dunia pendidikan.
Bukan tidak mungkin, selama menjalankan pembelajaran secara daring, semua pihak
menjadi lebih kreatif dalam menjalankan proses transfer knowledge. Kreativitas tersebut secara perlahan melahirkan
begitu banyak inovasi di dalam dunia pendidikan. Misalnya, semakin menjamurnya
praktik dan kursus pelatihan TIK melalui webminar.
Ketiga, menimbulkan hubungan baik dalam peningkatan
pendidikan. Saat proses pembelajaran daring berlangsung, semua pihak akan
tergerak untuk membuka diri dan berpikir secara inklusif. Jika orientasi
pembelajaran sebelum pandemi Covid-19 hanya berfokus pada guru sebagai sumber
referensi, maka di saat masa pandemi Covid-19 semua sumber referensi menjadi
tolok ukur dalam belajar. Informasi seputar pengetahuan menjadi lebih
bervariatif. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan
karena semakin berkualitasnya proses transfer
knowlegde yang terjadi.
Keempat, membangun mental yang positif. Di sisi
lain, pembelajaran secara daring secara tidak langsung juga membentuk mental
para peserta didik dalam belajar. Peserta didik akan lebih mengeksplorasi diri
secara mandiri. Selain itu, kepekaan terhadap manajemen waktu juga mulai
terasah dengan sistem BDR meskipun terdapat begitu banyak kendala yang
menghadang. Dengan demikian, para peserta didik akan belajar tentang makna
tanggung jawab dan mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu,
secara negatif, pembelajaran secara daring juga memberikan dampak terhadap
prestasi para peserta didik. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya (1) kesulitan memahami materi karena banyaknya tugas; (2) menurunnya
akhlak peserta didik karena minimnya sentuhan langsung (nilai) dalam
pembelajaran; (3) belum terbiasanya menggunakan TIK; (4) terbatasnya sarana
pendukung dalam menjalankan pembelajaran daring; serta (5) minimnya hubungan
batin antara guru dan peserta didik.
Pembelajaran daring tentunya memberikan
dampak yang positif dan negatif bagi semua pihak yang terlibat di dalam dunia
pendidikan. Tulisan ini diharapan dapat menjadi bahan evaluasi bagi berbagai
pihak dalam menyelenggarakan pembelajaran secara daring. Semoga pandemi
Covid-19 bisa segera berakhir dan semua aktivitas pendidian bisa kembali
seperti keadaan normal sebelumnya. (MDj/red)
0 Comments