Foto : Dokumentasi Redaksi. |
Rote Ndao, CAKRAWALANTT.COM - Memimpin
sebuah lembaga pendidikan berbeda dengan memimpin sebuah perusahan swasta yang
lebih banyak berurusan dengan properti semata. Lembaga pendidikan lebih banyak
mengurus manusia-manusia yang datang dari berbagai latar belakang kehidupan dan
pastinya memiliki karakter yang beragam.
Tugas
seorang kepala sekolah adalah harus selalu menciptakan situasi yang kondusif
dengan membangun komunikasi yang hidup, baik di antara warga sekolah maupun
pihak lain di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, semua program sekolah
harus dirancang secara bersama-sama dan bila terdapat persoalan, maka harus diselesaikan
secara kekeluargaan sembari berbicara dari hati ke hati. Hal itu disampaikan
oleh Adikasper Adu, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri Rote Barat Daya di ruang
kerjanya, Kamis (26/5/2022).
“Sudah
tujuh tahun saya memimpin sekolah ini. Saya sangat bersyukur karena semua warga
sekolah, baik dewan guru, pegawai, komite sekolah dan seluruh peserta didik
ikut mengambil peran dengan caranya masing-masing untuk memajukan lembaga
pendidikan ini. Para orang tua murid misalnya, mendukung kegiatan di lembaga
pendidikan ini dengan membangun pagar sekolah permanen, kantin sekolah, tempat
parkir dan sebagainya. Semua itu terjadi karena kita membangun komunikasi yang
baik,” tandas Adikasper.
Ditanyai
terkait persoalan apa saja yang lazim dialami di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya, Adikasper mengaku bahwa persoalan perkelahian di antara peserta
didik kerap terjadi. Bahkan, ujarnya, pernah terjadi persoalan perkelahian
antara peserta didik dengan guru. Hal tersebut, ungkap Adikasper, disebabkan
karena maraknya kebiasaan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan
fisik.
“Awalnya
saya kesulitan mengatasi berbagai persoalan yang ada di lembaga ini. Kasus
perkelahian kerap terjadi karena ketika ada persoalan tidak dibicarakan dari
hati ke hati. Akhirnya, saya memanggil para guru dan orang tua murid untuk
mencarikan jalan keluar terbaik. Salah satunya adalah sama-sama membuat
perjanjian dalam bentuk aturan yang mengikat. Kalau ada yang melanggar, maka
resiko ditanggung sendiri, semisal dikeluarkan dari sekolah,” imbuhnya
Ketika
ditanya mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri Rote Barat Daya,
Adikasper mengaku bahwa walaupun gerakan literasi sudah digaungkan secara
nasional selama ini, tetapi belum
terlalu nampak secara nyata. Semua itu, sambungnya, masih sebatas membaca 15
menit dan penyelenggaraan perlombaan menulis tingkat sekolah. Ia pun bersyukur
dan bangga dengan giat literasi bersama Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT yang
berlangsung dari tanggal 26-28 Mei 2022 tersebut dan berkomitmen untuk menerbitkan
buku karya guru dan peserta didik.
“Kegiatan
GLS selama ini di sekolah memang sudah berjalan. Selain membaca 15 menit, tetapi
juga ada kegiatan lomba menulis tingkat sekolah. Maka ketika Media Pendidikan
Cakrawala NTT datang menawarkan untuk bersinergi dan berkolaborasi untuk
mengakarkan GLS, kami sangat bersyukur dan berbangga. Cakrawala NTT hadir
memberi semangat baru terkait giat GLS di sekolah ini. Saya dan para guru serta
komite sekolah berkomitmen untuk melanjutkan kegiatan ini ke depannya bahkan
siap menerbitkan buku karya guru dan eserta didik sebagai hasil GLS bersama
Cakrawala NTT,” imbuh Adikasper.
Untuk
diketahui, SMA Negeri Rote Barat Daya berdiri pada tahun 2002. Saat ini, terdapat
1094 orang peserta didik. Akibat keterbatasan ruang kelas, maka Kegiatan
Belajar dan Mengajar (KBM) dilakukan dengan metode double shift, yaitu KBM tahap pertama dari pukul 07.00-12.00 Wita
dan dilanjutkan KBM tahap kedua dari pukul 01.30-05.00 Wita. Sementara itu,
para peserta yang mengikuti Workshop Literasi bersama MPC NTT dibagi ke dalam 2
ruang kelas, yakni kelas guru (49 peserta) dan kelas peserta didik (50 peserta).
(Gusty/MDj/red)
0 Comments