![]() |
Foto : SMAS Ile Ape.
Lembata, CAKRAWALANTT.COM - “Pendidikan harus mampu memanusiakan
manusia.” Begitulah ucapan Kepala SMAS Ile Ape, Isodorus Dori, S.Fil ketika ditemui
oleh Tim Media Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT di sela-sela kegiatan Ujian
Sekolah Berbasis Nasional, Selasa (19/4/2022). Kata-kata yang terucap tersebut
tentunya menjadi pijakan Isidorus dalam membimbing dan menempah generasi muda
melalui jalur pendidikan. Memang benar, salah satu upaya untuk membuat keberadaan
seseorang lebih berarti dan bermanfaat bagi dirinya dan sesama adalah dengan
memberikannya pendidikan yang layak.
Kami pun mulai hanyut dalam suasana diskusi.
Kepada kami, Isidorus mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan yang dipimpinnya
bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Papirus, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten
Lembata. Yayasan Pendidikan tersebut, imbuhnya, selalu tumbuh di antara tanah
pendidikan yang subur bersama visi dan misinya.
Dalam pergerakannya, sambung Isidorus,
SMAS Ile Ape juga menghayati pepatah Latin, “Non Schole, Sed Vitae Discimus”
yang berarti, “Kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk hidup.” Kalimat
itu berasal dari pemikiran seorang Filsuf dan Pujangga Romawi, Seneca. Menurut Isidorus,
dirinya selalu mengutamakan pendidikan peserta didiknya ketimbang kepentingan
lainnya. Bahkan, dirinya tidak mempersoalkan keterlambatan pembayaran SPP
peserta didiknya.
“Batas uang sekolah per siswa adalah Rp.
300.000, sehingga satu tahun siswa kelas XII berkewajiban membayar sekitar satu
juta lebih. Dan jika tidak memiliki uang, maka bisa diganti dengan kambing,
ayam, babi dan lain-lain. Tujuannya untuk kepentingan hidup bersama,” tuturnya.
“Saat ini jumlah anak-anak kelas X, XI
dan XII ada 55 orang. Puji Tuhan untuk tahun ini ada 22 peserta kelas XII memperoleh
ijazah yang formal dan sangat membantu untuk melangkah pada dunia masa depan. Anak-anak
di sini sangat unik dan berkarakter. Yang menjadi menarik ada pada pribadi anak-anak
yang dididik,” sambung Isidorus.
Lebih lanjut, Isidorus juga
mengungkapkan bahwa pihaknya turut mengadakan kebiasaan menanam pohon di
wilayah sekolah. Pohon-pohon tersebut, imbuhnya, akan menjadi simbol
pengembangan dan peningkatan budaya literasi di lingkungan sekolah dengan nama “Pohon
Literasi”. Selain itu, dirinya juga rutin mengembangkan tanaman holtikultura
dan sayuran guna mengembangkan aktivitas dan aspek finansial yayasan.
Di akhir diskusi, Isidorus sangat
berharap agar para peserta didik yang ditempah pada SMAS Ile Ape bisa
berkembang menjadi pribadi yang matang dan seimbang. Mereka, tegasnya, adalah
generasi masa depan Kabupaten Lembata dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk
itu, pungkasnya, tugas mulia untuk “memanusiakan manusia” harus menjelma
menjadi tugas kolektif dan tanggung jawab bersama, terutama para pelaku
pendidikan. (Rofinus R. Roning/MDj/red)
0 Comments