Oleh : Kamsudin Ridwan, S.Pd.I., M.Pd., Gr
CAKRAWALANTT.COM - Saat ini
yang gencar dilakukan oleh Guru Penggerak bekerja sama dengan para Pengawas
Sekolah adalah melakukan sosialisasi terkait pembelajaran berdiferensiasi.
Hampir seluruh sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten
Flores Timur sudah terjamah oleh Guru Penggerak dan para Pengawas Sekolah.
Lantas, apa yang menarik dengan istilah “Pembelajaran Berdiferensiasi”? Apa
yang baru dari istilah tersebut? Pentingkah pembelajaran berdiferensiasi
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran?
Istilah
pembelajaran berdiferensiasi berasal dari kata different yang artinya berbeda. Sesuai dengan judul tulisan di
atas, maka muncul sebuah pertanyaan “Apa yang Berbeda?”. Apa yang menjadi
perbedaan mendasar antara pembelajaran yang digelar sebelumnya dengan pembelajaran
berdiferensiasi yang saat ini populer dan muncul ke permukaan? Hal ini yang
menarik perhatian penulis untuk membahas topik terkait pembelajaran
berdiferensiasi.
Pembelajaran
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik agar
mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Hal penting yang
menjadi perhatian guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik. Karena, disadari bahwa setiap
peserta didik memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya.
Dalam
pembelajaran, ada satu prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh setiap
guru, yakni prinsip perbedaan individu. Dengan memahami perbedaan individu
berdasarkan perbedaan karakter dan keunikannya masing-masing, maka akan
memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Terdapat
lima hal yang menarik perhatian penulis untuk membahasnya dalam tulisan ini,
khususnya yang terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, dalam
pembelajaran berdiferensiasi, pada setiap aktivitas pembelajaran, mulai dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, sampai pada kegiatan penutup, penekanannya
lebih pada penanaman budaya positif. Hal ini penting, karena aktivitas belajar
bukan sekedar transfer of knowledge
(transfer pengetahuan) semata, tetapi lebih dari itu, yang terpenting adalah transfer of value (pewarisan nilai-nilai
atau karakter positif) kepada generasi berikutnya.
Kedua, dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat
istilah IPK Pengantar atau IPK Pendukung, IPK Kunci, dan IPK Pengayaan.
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Pengantar atau IPK Pendukung berarti
bahwa peserta didik mesti dibekali dengan pengetahuan dasar atau pengetahuan
awal sebelum memasuki pengetahuan inti atau pengetahuan kunci yang akan
dipelajarinya. Hal ini dapat dilakukan oleh guru saat kegiatan awal atau dalam
hal ini adalah kegiatan appersepsi, yakni menghubungkan pengetahuan sebelumnya
dengan pengetahuan yang akan dibelajarkan.
Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK) Inti merupakan indikator pencapaian kompetensi yang
menjadi konsentrasi atau pusat pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Tanpa dibekali pengetahuan dasar atau IPK Pengantar, maka dipastikan peserta
didik akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Dalam
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Pengayaan, bila peserta didik telah
mencapai standar ketuntasan dalam pembelajaran, maka perlu diberikan muatan
materi dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi, sehingga dapat memacu
peserta didik untuk memperkaya pengetahuan dan wawasannya.
Ketiga,
dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat perbedaan dari sisi konten atau
materi yang disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik. Maka, dalam
merencanakan pembelajaran, seorang guru perlu memperhatikan perbedaan karakter
belajar peserta didik antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh,
bila peserta didik lebih suka menonton video, maka konten atau materi
pembelajaran yang perlu disiapkan adalah berupa video pembelajaran. Jika
peserta didik lebih menyukai aktivitas membaca, maka konten pembelajaran yang
perlu disiapkan adalah berupa modul. Serta, jika peserta didik memiliki
kegemaran dalam menggambar, maka konten atau materi pembelajaran yang perlu
disiapkan adalah berupa gambar atau komik.
Keempat,
dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat perbedaan dari sisi proses.
Setelah guru menyiapkan konten atau materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
gaya belajar peserta didik, maka selanjutnya dalam proses pembelajaran juga
peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar sesuai dengan karakter
belajarnya masing-masing. Peserta didik yang hobinya adalah suka menonton video
akan dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam proses pembelajaran, begitu juga
peserta didik yang suka membaca dan menggambar akan dikelompokkan menjadi dalam
kelompok masing-masing. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berjalan
sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
Kelima,
dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat pula perbedaan dari sisi penilaian
atau tagihan yang dikenal dengan istilah produk. Dilihat dari sisi konten atau
materi pembelajaran serta proses yang berbeda, maka tentunya tagihan berupa
produk yang dihasilkan oleh peserta didik pun akan berbeda. Hal demikian
terjadi karena gaya belajar masing-masing peserta didik yang berbeda-beda.
Peserta
didik yang memiliki hobi menonton video akan diberikan tagihan berupa pembuatan
video, begitu pula peserta didik yang suka membaca, maka bentuk tagihannya bisa
berupa pembuatan ringkasan materi atau resume,
serta peserta didik yang memiliki hobi suka menggambar akan diberikan tagihan
untuk membuat bagan atau sejenis perta konsep. (MDj/red)
0 Comments