Sikka, CAKRAWALANTT.COM - Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos.,M.Si
dan Uskup Maumere, Mgr. Martinus Ewaldus Sedu menghadiri acara peletakan batu
pertama Menara Lonceng Sikka, Rabu (2/2/2022). Acara tersebut berlangsung di
Lapangan Gelora Samador Maumere dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan
(prokes).
Dalam sambutannya, Fransiskus mengungkapkan bahwa
rencana pembangunan menara lonceng tersebut merupakan kehendak semua masyarakat
Sikka. Proses pembangunannya, imbuh Fransiskus, akan selalu disesuaikan dengan
masukan dari seluruh elemen masyarakat. Hal itu, terangnya, bertujuan untuk
mencapai hasil pembangunan yang diharapkan.
Sementara itu, Uskup Maumere, Mgr. Ewal turut
menekankan makna sejarah dari pembangunan menara lonceng tersebut. Baginya, dengan
kehadiran menara lonceng, seluruh masyarakat Sikka bisa kembali merasakan
peristiwa iman dari kunjungan Sri Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989 di
Maumere.
Selain itu, sambung Mgr. Ewal, menara lonceng
tersebut juga harus dipandang sebagai simbol dari keyakinan, keberanian dan
optimisme yang melekat dalam diri masyarakat Sikka. Lebih lanjut, terangnya,
dengan kehadiran menara lonceng, masyarakat bisa memiliki lokus harapan dan
keyakinan akan sebuah kebenaran untuk dipertahankan hingga akhir.
“Di tanah ini, Gelora Samador menjadi saksi sejarah
atas kehadiran Paus Yohanes Paulus II yang telah menjadi Santo. Dalam Misa
Pontifikal tahun 1989, kehadiran Paus adalah sebuah kunjungan pertobatan dan
kasih pengampunan,” ujar Mgr. Ewal.
Mgr. Ewal menambahkan momentum peletakan batu
pertama tersebut telah melambangkan berkat dan cinta Tuhan yang tidak terbatas.
Untuk itu, pungkasnya, semua pihak harus mampu membantu dan menunjang proses
pembangunan menara lonceng tersebut dengan baik.
Di lain pihak, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten
Sikka, Adrianus F. Parera menuturkan bahwa jumlah biaya pembangunan menara
lonceng tersebut secara kumulatif adalah sebesar 12 miliyar. Biaya tersebut,
jelasnya, bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa
Tenggara Timur (NTT), Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sikka, program Corporate Social Responsibility (CSR),
para donatur dan dana swadaya dari masyarakat luas. Terkait jangka waktu
pembangunan, Adrianus menjelaskan bahwa pihaknya memberikan estimasi penyelesaian
selama dua tahun dan dibagi ke dalam tiga tahap. (Sebastianus kopong/MDJ/red)
0 Comments