Kabid Pembinaan SMP pada Dinas PK Kabupaten Lembata, Silvester Silibala Nillan, S.Pd. |
Lembata, CAKRAWALANTT.COM - Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kabupaten Lembata, Silvester
Silibala Nillan, S.Pd menuturkan bahwa pada Bulan Maret 2022 akan diadakan
sebuah festival bertajuk kearifan lokal sare
dame/bela kame dalam perspektif
edukasi pada nilai sare dame taan tou.
Festival tersebut, imbuhnya, akan digabungkan dalam
sebuah pekan seminar nasional kearifan lokal Lamoholot-Kedang dan pentas seni
budaya. Hal itu disampaikannya ketika diwawancarai oleh media ini, Rabu
(12/1/2022) di tempat kediamannya.
Dalam diskusi tersebut, Silvester menjelaskan bahwa sare dame/bela kame sebenarnya memiliki arti untuk bersatu dalam memajukan
pendidikan karakter budaya di Kabupaten Lembata. Hal itu, imbuhnya, sesuai
dengan arti katanya, yakni sare yang
berarti baik dan dame yang berarti
damai atau aman. Dengan kata lain, sambungnya, edukasi sare dame/bela kame
ingin mendorong anak-anak untuk mempelajari nilai-nilai budaya dan
karakter.
Sementara itu, lanjutnya, bela kame memiliki arti sama pengertian. Artinya, kegiatan tersebut
bertujuan untuk menyatukan pandangan semua masyarakat Lembata ke dalam nilai
kebaikan, budi pekerti , serta satu pemikiran yang solid. Edukasi tersebut,
jelasnya, sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Dalam konteks
masyarakat Lamaholot, imbuhnya, edukasi sare
dame merujuk pada pendidikan non formal dewasa ini.
Silvester menegaskan bahwa edukasi sare dame/bela kame mampu mendorong anak-anak muda, terkhusus di Wilayah
Lembata untuk mampu berinovasi dalam proses kreatif. Edukasi tersebut, terangnya,
mampu menerobos sistem pendidikan dewasa ini yang hanya mengedepankan pola
pemikiran monoton tanpa adanya keterampilan yang langsung menyentuh kebutuhan
hidup sehari-hari. Maka dari itu, sambungnya, melalui edukasi sare dame/bela kame, generasi muda saat ini bisa memiliki wawasan dan cara
pandang yang baru.
Selain itu, Silvester juga menuturkan bahwa edukasi
tersebut sarat akan nilai-nilai budaya yang bisa ditanamkan sejak dini. Maka
dari itu, harapnya, keluarga dan lingkungan tempat tinggal sebagai lembaga pendidikan
non formal harus mampu mengajarkan pola edukasi tersebut kepada anak, sehingga
mampu berkembang secara seimbang, baik dalam pendidikan formal maupun non
formal.
Terkait rencana penyelenggaraan festival, Silvester
menerangkan bahwa pihaknya akan mengadakan seminar akbar dengan mengundang
beberapa narasumber sebagai pemakalah, yakni Antropolog dari Universitas
Brawijaya, Dr. Hipolitus Kewuel, Akademisi dari Universitas Sanata Dharma, Dr.
Pankrasius Kraeng, Penggiat Pariwisata Berbasis Budaya dari Institut Nusa Dua
Bali, Dr. Byomantara, serta Akademisi dari STP Nusa Dua bali, Dr. I. Wayan
Merta.
Di akhir kata, Silvester sangat berharap agar hasil
dari seminar tersebut bisa menjadi rekomendasi untuk menambah wawasan kurikulum
pengetahuan lokal sekaligus merancang silabus mata pelajaran muatan lokal (Rofinus R. Roning/MDj/red).
0 Comments