(Moment Deklarasi Kota Kupang Menuju Kota Literasi)
Oleh : Gusty Rikarno, S.Fil*
CAKRAWALANTT.COM - Gerbang cakrawala terbuka dan langit
menurunkan hujan maka November-pun bersemi. Alam raya bersorak gembira dan segala
jenis tumbuhan dengan anggun dan penuh rasa syukur bertumbuh, berbunga dan
berbuah. Sang waktu telah membuatnya menjadi sempurna. November telah datang, hadir
dan membawa kabar bahwa Natal dan Tahun Baru akan segera tiba.
Di musim begini adakah yang percaya
kalau semuanya berawal dari satu kata? Perhatikan ayat Kitab Suci ini. “Pada mulanya adalah Firman., Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. …. Dalam Dia ada hidup
dan hidup itu adalah terang manusia. ….”, (Yoh. 1:1-18). Sungguh, Firman
itulah kata yang telah mendaging. Sebuah konsep Ilahi yang terkrtistal dalam
satu aksi nyata keselamatan.
Pada bilik November ini, kita
memperingati Hari Pahlawan. Dia dan atau mereka yang telah mempertaruhkan
segalanya untuk untuk satu nafas kemerdekaan di bawah panji Pancasila dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keringat, air mata bahkan darah para
pahlawan telah menetes agar benih kemerdekaan itu bersemi, dinikmati dan
dirayakan oleh seluruh anak bangsa. November selalu bersemi. Menghadirkan
narasi perjuangan, pengorbanan dan aneka bentuk kreativitas-inovasi yang tak
pernah selesai. Alam dan manusia berjibaku memberi warna baru. Para pahlawan
se-iya dan se-kata bersumpah untuk NKRI tetap utuh, Merah Putih terus berkibar
dan rasa bangga serta optimisme anak bangsa bertumbuh. Di titik ini masih adakah
ragu kalau semuanya berawal dari kata?
Baiklah. Pada November ini Hari Guru
diperingati. Sekali lagi, November memberi makna dan tanda. Guru adalah bagian
dari pahlawan itu. Pahlawan tanpa tanda jasa. Dia yang selalu berjuang
menerobos sunyinya malam untuk aksara itu tetap ada. Ketahuilah, kemampuan
seseorang untuk ber-Literasi, ber-Numerasi ada pada lidah, hati dan pikiran
seorang guru. Ia (guru) menaburkan kata hingga anak bangsa mampu berkata-kata
dalam karya yang membanggakan. November adalah kesempatan untuk memuliakan Sang
Sabda yang telah menjadi manusia, mengekalkan keringat, air mata dan darah
perjuangan para pahlawan serta menjunjung tinggi pengabdian seorang guru,
(pendidikan) yang terus berkarya hingga generasi terus bertumbuh dengan karya
dan karakter yang membanggakan.
Akhirnya, satu hal yang disadari bahwa waktu dan perubahan
itu, hanya bisa diketahui bahkan dipengaruhi oleh sebuah kekuatan kata. Di
setiap detik, kita memakai kata, entah untuk merasa, untuk berpikir, atau untuk
berjumpa. Hidup manusia adalah kumpulan kata. Namun kata tak sekadar ucapan
hampa. Kata adalah simbol dari makna. Makna dihasilkan oleh pikiran yang bekerja.
Pikiran, makna, dan kata adalah trio pencipta peradaban manusia. Di dalam proses
berpikir dan membangun konsep yang jelas dan kritis, orang senantiasa
berpelukan dengan kata. Di dalam menulis dan menyebarkan pemikiran, orang
bergandengan tangan dengan kata. Aku berkata-kata maka aku ada.
Tidaklah berlebihan jika saya memulai bercerita tentang
perubahan yang terjadi dalam kurun waktu lima belas tahun ini di Kota Kupang
ini, berawal atau sebagai akibat dari kekuatan kata. “Mari Berubah dan Mari Terus Berubah”. Kata itu memiliki kekuatan
magis yang mempengaruhi perubahan pola pikir dan perasaan masyarakatnya
sehingga berujung pada perubahan tingkah laku. Di tiga tahun terakhir, kota ini
dinahkodai paket “FirmanMu”, Dr. Jefry Riwu Kore dan dr. Herman Man.
Sejak dilantik pada 22 Agustus 2017 silam, sudah banyak
terobosan baru yang telah dilakukan. Berbagai gebrakan pembangunan di setiap
sektor terus digenjot guna mewujudkan Kota Kupang yang maju dan mandiri. Yang
kasat mata terlihat yaitu pembangunan enam taman kota. Enam taman kota yang
telah, sedang dan akan dibangun itu, yakni taman Boulevard Koridor III di Jalan
Frans Seda, Kupang Square di kawasan
kota lama, pembangunan patung Lai Lai
Besi Kopan (LLBK), penataan lokasi usaha kuliner dan penataan pasar ikan pada ruas
jalan Timor Raya depan Hotel Aston.
Selain pembangunan infrastruktur lainnya, yang tidak kalah
penting adalah terobosan dalam hal pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Kurang
lebih, 50.000 lebih siswa/i dari jenjang TK, SD, dan SMP menerima seragam
sekolah, tas dan buku tulis serta ratusan handphone android yang dibagikan secara
gratis kepada anak-anak kurang mampu agar mereka mendapat
pelayanan dan akses kekinian dalam hal informasi serta materi pelajaran dari
sekolah.
Pada November yang
sedang bersemi untuk memperingati Hari Pahlawan dan Hari Guru Nasional, buku “Melukis Kata, Menulis Asa” diluncurkan
sekaligus merupakan moment yang tepat untuk mendeklarasikan kota kupang menuju
kota literasi. Buku ini adalah salah satu potret kekinian dari wajah Kota Kupang
yang terus berubah. Asyiknya, para guru yang menulis. Para pahlawan, pendidikan
generasi yang melihat perubahan itu secara “telanjang” dan apa adanya. Mereka
menilai bahwa perubahan itu memang nyata.
Sebagai pendidik, para
guru berusaha menyoroti berbagai aspek pembangun dalam wilayah Kota Kupang
secara apresiatif dan reflektif melalui produk tulisan kreatif yang ringan
tetapi tetap berisi. Para guru berusaha menguraikan potret pembangunan dari
segala aspek seperti pendidikan, lingkungan, infrastruktur, sejarah hingga
pembangunan karakter masyarakat. Di dalam buku inilah dinamika pembangunan kota
dari persepektif para pendidik generasi terjabarkan secara baik, berkualitas
dan objektif.
Di awal begini, jalan ini masih terlihat
berlubang dan berlumpur karena masih lemahnya budaya literasi (baca-tulis) di
tengah masyarakat. Meningkatnya kepercayaan terhadap berita hoaks, menjamurnya jasa pembuat skripsi
dan penulisan karya ilmiah untuk guru
memperoleh kenaikan pangkat adalah beberapa dari banyaknya contoh akibat
lemahnya budaya literasi di ini kota.
Menanggapi situasi ini, Dinas Pendidikan
Kota Kupang, Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Provinsi NTT, Media
Pendidikan Cakrawala (MPC) NTT dan didukung penuh oleh berbagai komponen stakehoders pendidikan lainnya, menilai
bahwa momentum peluncuran buku karya guru ini adalah jalan menuju satu telaga
harapan dan api optimisme. Jalan menuju kota literasi itu telah, sedang dan
akan terus ditata agar semakin banyak masyarakat berminat dan mendapat berkat
di dalamnya.
Berbagai event perlomabaan ilmiah seperti
pidato, debat dan pendampingan penulisan karya ilmiah telah dibuat, baik secara
mandiri oleh lembaga terkait maupun kerja kolaboratif. Semisal penerbitan buku
“Melukis Kata, Menulis Asa” adalah
salah satu contoh konkrit dari cara kerja kolaboratif itu. Jalan menuju kota
literasi itu masih panjang. Butuh dukungan semua pihak. Kita terus berubah
dalam satu cara yang rasional, elegan dan profesional.
Beberapa hal yang bisa dipikirkan dalam
aksi bersama semisal pembangunan beberapa pojok baca dalam kota. Pojok baca ini
dihadirkan untuk seluruh masyarakat kota kupang agar bisa berteduh, membaca
sambil menikmati kopi hangat. Di pojok ini, rasa persaudaran dan kekeluargaan
dengan sendirinya tercipta. Selain itu, ada mobil keliling dengan buku. Terus
bergerak dari sekolah ke sekolah, ke kelurahan dan fasilitas publik lainnya.
Semuanya bermaksud untuk menggugah sekaligus mengajak masyarakat agar
bersama-sama mengakarkan budaya literasi di ini kota.
Kegiatan pelatihan menulis untuk pegawai
pemerintah, kelurarahan, para guru bahkan untuk kelompok-kelompok muda di bawah
wadah keagamaan juga dinilai sangat penting. Di era sekarang ini, literasi
digital menjadi hal yang penting dan mendesak. Semua orang dituntut untuk menuangkan
pikirannya dalam bentuk tulisan. Adanya kamping literasi untuk generasi muda
Kota Kupang dan penerbitan karya-karya dalam bentuk buku atau e-book serta perlomabaan sekolah model
literasi adalah hal lain yang bisa dilakukan di jalan literasi ini.
Ketahuilah.
November telah bersemi dan tagline “Ayo Terus Berubah” adalah semangat
sinergisitas dan kekuatan kerja kolaboratif. Sebuah konsep pembangunan yang
bersifat partisipatif menuju kota modern, mandiri dan berdaya saing global. “Ayo Terus Berubah” artinya melaksanakan
berbagai program pembangunan secara kreatif, inovatif, cepat, tepat, efektif
dan efisien dalam ciri kota modern. Perubahan butuh perjuangan bersama. Oleh
karena itu, bersama pemerintah, semua komponen masyarakat harus terlibat.
Masyarakat bukan lagi menjadi objek, tetapi harus menjadi subjek pembangunan
yang berperan penting mewujudkan kota yang maju dan mandiri. Pemerintah Kota
Kupang telah memulai gerakan menuju Kupang Smart City.
Literasi
adalah jalan baru sebuah desain pembangunan kota modern. Kota cerdas yang
bermula dari masyarakatnya yang mampu membina pikiranya dan mendidik jari. Membaca,
menulis dan berhitung adalah fondasi untuk bisa mengetahui sesuatu, melakukan
sesuatu, menjadikan sesuatu dan hidup bersama sebagai sebuah komunitas yang
penuh toleransi. Oleh karena itu,
tagline “Ayo Terus Berubah” menjadi
pencetus dan pelecut semangat semua komponen warga Kota Kupang menuju dan
mewujudkan Kupang sebagai Smart City
dan kota literasi.
(red)
0 Comments