Cinta Yang Terpendam
Puisi
Imelda L. Pataya*
Kata
cinta adalah kata yang tak habis diartikan
Puisi
cinta adalah puisi yang tak habis diuraikan
Cinta
seperti angin
Tak
bisa dilihat
Tapi
bisa dirasakan
Cinta
itu muncul
Dari
hati
Dari
kekaguman
Dan
dari harta
Persis
seperti diriku
Kusimpan
rindu ini dalam hati
Kusimpan
wajah dalam ingatan
Agar
selalu kuingat
Ketika
pertama kali aku melihatmu
Aku
sudah terpesona oleh senyumanmu
Engkau
tersenyum dengan lebar
Sambil
memperlihatkan parasmu yang tampan
Saat
engkau tersenyum padaku
Denyut
jantungku sudah tak karuan
Engkau
hadir bagaikan lampu yang menerangi ruangan gelap
Indah
yang hadir dalam hidupku
Sungguh
tak bisa lupakan
Kuberi
cinta ini padamu
Tapi,
tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata
Cinta
itu mahal harganya
Walaupun
aku tak bisa memilikimu
Aku
hanya bisa mengagumimu
Dia dan Luka
Aku
diam tanpa kata
Mengikuti
arus, sepi, hampa gulana
Tidak
ada yang indah
Hidupku
bagaikan kertas kosong tanpa ada aksara indah di dalamnya
Tak
ada kebahagiaan
Ingin
sekali mengutarakan lewat tangisan
Bagai
langit mendung, tangisanku dibendung
Hanya
bisa menangis dalam diam tanpa kata
Ingin
menyerah karena pikirku tak ada gunanya
Sampai
suatu ketika,
Ia
datang
Membawa
kebahagiaan, menguatkan hati yang rapuh
Mengajari
arti dari sebuah kata
Memberi
warna setiap goresan
Membangunkan
dari keterpurukan
Menyadarkan
dari kesesatan
Mengisi
reluk hatiku
Bagai
air mengalir ia selalu ada
Membasahiku
dengan cerita manisnya
*Peserta Didik Kelas X
Gua Rangko
Guruku
Puisi
Lucia K. G.
Septania*
Engkau
setia memberiku bekal ilmu
Kau
siap membimbing kami
Setiap
waktu
Setia
setiap pagi hingga petang
Guruku,
Tak
pernah putus asa
Tak
pernah lelah
Kasih
dan cintamu tenang
Engkaulah
pelita saat gelap di kepalaku
Oh
guruku,
Tugasmu
sangat mulia
Mendidik
pecah gelap mimpiku
Darimu
Aku mengenal menghitung,
membaca
dan menulis
Terima
kasih waktu
Terima
kasih guruku
*Peserta Didik Kelas
X Cunca Wulang
Alamku Sejuk
Puisi
Eleonora Novanda Jaya*
Engkau
adalah salah satu
Ciptaan
Tuhan yang sangat indah
Menghiasi
kehampaan hati
Mewarnai
dunia dengan keelokan paras cantik budayamu
Alamku,
Sebagian
tubuhmu dicabik-cabik
Sebagian
dibakar hidup-hidup
Oleh
belenggu manusia yang tidak bertanggung jawab
Kuhirup
udara segar pepohonan itu
Kuminum
air putih dari perutmu
Kunikmati
kekayaan alam yang indah
Tanpamu
aku tak bisa hidup
Aku berjanji akan selalu
menjagamu
*Peserta Didik Kelas X
Batu Cermin
Senja
Puisi
Aristo Firman*
Ketika
senja perlahan-lahan
Mulai
tidur tenggelam
Di balik sinar datang
kedamaian
Mungkin
sinarmu menghias
Sebentar
saja...tapi keindahanmu
Takkan
pernah terlupakan
Keindahamu
melepas semua penatku
Serta
menyucikan semua pikiran-pikiran yang selalu berjalan
Ketika
senja mulai muncul
Di
situlah semua mengagumi keindahan
Keindahan,
tak lupa tuk kembali
Kunikmati
keindahanmu
Aku
terlarut dengan lantunan musik reggae
Hati
diselimuti cahaya yang indah
Karena
sinarmu membuat aku sadar
Betapa
hebatnya Sang Pencipta dengan tulus
Senjaku,
Janganlah
pergi aku masih ingin bermain bersamamu
*Peserta Didik Kelas X
Pulau Komodo
Duniaku Sakit
Puisi
Filipus Endrisno*
Terdengar
jeritan dan tangisan
Hingga
air mata membasahi bumi
Duniaku
sakit!
Banyak
kebahagiaan direnggut bersama
Covid-19
Dari
desa - desa dan dari kota ke kota
Terdengar
tangisan yang yang tak berhenti
Kematian
manusia
Wabah
ini merusak kebahagiaan
Kapankah
duniaku ini sembuh?
Wajah
takut terpancar pada setiap
orang
Duniaku
sakit luar biasa
Kapan
semua orang beraktivitas seperti dulu?
Duniaku
cepatlah sembuh
Hanya
Doa yang bisa dipanjatkan
Perkenankan
oleh-Nya mendengar
*Peserta Didik Kelas X
Pulau Padar
Sosok yang Tegar
Yasinta
Juita*
Setiap
hari engkau berjalan
Di
atas bebatuan keras
Tetesan
darah di telapak
kakimu
Rasa
sakit engkau tahan
Ayah, engkaulah sosok yang
tangguh
Kau
selalu tegar dalam segala hal
Tak
pernah mengeluh dalam setiap cobaan
Memaksa
berdiri di tengah hujan
Menahan
teriknya matahari
Keringat
juang bercucuran
Tubuhmu
membungkuk
Kau
derita sendiri
Engkau
memang sosok berharga
Kasihmu
tidak bisa terganti
Kau
berjalan perlahan-lahan
Sembari
memegang cangkulmu sehari penuh
Tanpa
ada rasa lelah sedikitpun
Ayah,
Terima
kasih akan kasih sayangmu
Jasamu
takkan pernah kulupakan
Kelak
nanti keringatmu kubalas dengan kesuksesan.
*Peserta Didik Kelas X
Pulau Padar
Editor:
Deo/Frein (red)
0 Comments