Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

KBM 2021/2022, INI PENJELASAN KADIS PK NTT


L
embata, CAKRAWALANTT.COM Peningkatan kasus covid-19 menyebabkan persiapan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) tahun ajaran baru 2021/2021 di sekolah-sekolah ikut terganggu. Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinisi NTT, Linus Lusi, M.Pd., menjelaskan beberapa poin penting.

 

“Jumlah murid yang datang mengikuti KBM harus tetap dibatasi, bagi sekolah-sekolah yang jumlah murid 900-an orang sampai ribuan maka sistem ini harus diatur secara baik. Terkait jumlah murid kami pihak pemerintah dalam hal ini Dinas P dan K provinsi secara tegas memberikan kepercayaan penuh kepada kepala sekolah dan guru-guru untuk tetap membuat yang terbaik sesuai dengan peraturan covid yang selama ini sudah berjalan,” ungkap Linus Lusi kepada media ini, Senin (5/7/2021)

 

Linus Lusi menambakan, jumlah siswa yang mengikuti KBM dapat diatur sesuai dengan jumlah mata pelajaran, karena itu anak-anak harus datang tepat pada waktu dan guru-guru harus lebih cepat datang ke sekolah untuk mempersiapkan situasi dalam kelas. Guru mata pelajaran, lanjutnya, sudah berada di depan atau dalam ruangan kelas untuk menertibkan anak-anak harus mengijuti protokol kesehatan.

 

“Sebelum masuk dalam kelas, anak-anak harus mencuci tangan dan bermasker dan jika anak-anak tidak membawa masker maka sekolah wajib meberikan peringatan atau sekolah juga harus mempersiapkan masker di sekolah tapi tidak boleh bisnis. Anak–anak wajib diingatkan datang tepat pada waktu dan orang tua harus memberikan dorongan kepada anak-anak jika KBM dapat berjalan secara tatap muka dan juga secara online,” tuturnya.

 

Sementara itu terkait jadwal, Linus Lusi mengungkapkan, hal itu sesuai dengan kelender pendidikan yang sudah diturunkan dari pusat dan provinsi yakni, KBM dimulai pada bulan Juli 2021. Dalam jadwal kelender pendidikan tersebut, lanjutnya, KBM sudah dilakukan secara tatap muka terbatas atau pembelajara Covid-19.

 

“Bagi sekolah-sekolah yang jumlah siswa 50-100 sistem KBM tetap dalam bentuk sift namun jumlah siswa tetap dibatasi mulai dari 6-8 orang per rombel dan disesuaikan dengan cara yang terbaik sesuai kelender yang diatur pada kurikulum sekolah, tidak terlepas dari kalender kementerian pendidikan,” jelasnya.

 

Untuk sistem sadwal KBM tatap muka, jelas Linus Lusi, satu jam 20 menit per mata pelajaran. Sistem ini dilakukan di sekolah masing-masing sesuai dengan jumlah mata pelajaran dan jumlah guru pengasuh mata pelajaran.

 

“Durasi waktu terbatas 20 menit per mata pelajaran tatap muka, maka guru-guru harus lebih mempersiapkan materi yang penting-penting sesuai KI dan KD. Guru memberikan latihan sosal dan atau pun tugas dengan pertanyaan yang terbatas, jangan lebih dari 10 nomor. Kita membuat anak-anak tetap aktif berlajar namun harus melihat dengan duraksi waktu. Dengan durasi yang begitu singkat maka jangan pernah bosan-bosan atau gagal mendidik anak namun harus menajadikan waktu itu sangat penting untuk pendidikan anak-anak,” tegasnya.

 

Sekolah Terdampak Bencana

 

Sementara itu khusus bagi sekolah-sekolah yang hingga saat ini masih berstatus terdampak bencana seperti di Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Linus Lusi mengharapkan ada kerja sama kepala sekolah dan guru-guru bersama masyarakat untuk membangun tenda belajar.

 

“Anak-anak SD, SMP dan SMA wilayah Kecamatan Ile Ape Timur dilarang untuk ada aktifitas di bawah kaki gunung, anak-anak harus disiapkan tempat atau bangun tenda-tenda belajar. Saya mengimbau bagi sekolah di tempat pengungsian khusus para guru PNS dan juga guru-guru honor, tetap rajin mengumpulkan anak-anak untuk tetap bertatap muka karena ada sebagian sekolah harus bertanggung jawab membayar upah guru-guru honor, maka KBM harus berjalan secara normal walaupun masih banyak kekukarangan. Khusus untuk SMAN 1 Ile Ape Timur dan SMPN 1 Ile Ape Timur, untuk membangun tenda belajar atau dapat meminta sekolah-sekolah dalam Kota Lewoleba. Anak-anak harus dikumpulkan satu tepat sehinggah tetap diatur secara baik,” urainya.

 

Linus Lusi juga meminta seluruh kepala sekolah dari tingkat TKK/PAUD, SD/MIS, SMP/MTS dan SMA/SMK di Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur agar tetap memperhatikan psikologi anak-anak pasca-bencana. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri namun harus disikapi agar anak-anak tidak kehilangan masa depan.

 

Saya berharap bahwa semua guru di Provinsi NTT harus sukses mendidik anak-anak. Sekolah dengan durasi waktu yang sangat sekidikit namun kecerdasaan anak-anak NTT harus suskes walaupun harus tetap mematuhi protokol kesehatan, dan para guru harus divaksin dan akan berlanjut untuk anak-anak,” pungkasnya.

 

Berita & Foto: Rofinus R. Roning

Editor: Robert Fahik/ red

Post a Comment

0 Comments