Lembata, CAKRAWALANTT.COM – Peningkatan kasus covid-19 menyebabkan persiapan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) tahun ajaran baru 2021/2021 di sekolah-sekolah ikut terganggu. Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Provinisi NTT, Linus Lusi, M.Pd., menjelaskan beberapa poin penting.
“Jumlah murid yang datang mengikuti KBM harus tetap
dibatasi, bagi
sekolah-sekolah yang jumlah murid 900-an orang sampai ribuan maka sistem ini harus diatur secara baik. Terkait jumlah murid kami pihak pemerintah dalam hal
ini Dinas P dan K provinsi
secara tegas memberikan kepercayaan penuh kepada kepala sekolah dan guru-guru
untuk tetap membuat yang terbaik sesuai dengan peraturan covid yang selama ini sudah berjalan,” ungkap Linus Lusi kepada
media ini, Senin (5/7/2021)
Linus Lusi menambakan, jumlah siswa yang mengikuti KBM dapat diatur sesuai dengan jumlah mata pelajaran, karena itu anak-anak harus datang tepat pada waktu dan guru-guru harus lebih cepat
datang ke sekolah untuk
mempersiapkan situasi dalam kelas. Guru mata pelajaran, lanjutnya, sudah berada di depan atau dalam ruangan kelas untuk
menertibkan anak-anak harus mengijuti protokol kesehatan.
“Sebelum masuk dalam kelas, anak-anak harus mencuci tangan dan bermasker dan jika anak-anak tidak membawa masker
maka sekolah wajib meberikan peringatan atau sekolah juga harus mempersiapkan
masker di sekolah tapi tidak boleh bisnis. Anak–anak wajib diingatkan datang tepat pada waktu dan
orang tua harus memberikan dorongan kepada anak-anak jika KBM dapat berjalan
secara tatap muka dan juga secara online,” tuturnya.
Sementara itu terkait jadwal, Linus
Lusi mengungkapkan, hal itu sesuai dengan kelender pendidikan yang sudah diturunkan dari pusat dan provinsi yakni, KBM dimulai pada bulan Juli 2021. Dalam jadwal kelender pendidikan tersebut, lanjutnya, KBM sudah dilakukan secara tatap muka
terbatas atau pembelajara
Covid-19.
“Bagi sekolah-sekolah yang jumlah siswa 50-100 sistem KBM tetap dalam bentuk sift namun jumlah siswa tetap dibatasi mulai dari 6-8
orang per rombel dan disesuaikan
dengan cara yang terbaik sesuai kelender yang diatur pada kurikulum sekolah, tidak terlepas
dari kalender kementerian pendidikan,” jelasnya.
Untuk sistem sadwal KBM tatap muka, jelas Linus Lusi, satu jam 20 menit per mata pelajaran. Sistem ini dilakukan di sekolah
masing-masing sesuai dengan jumlah mata pelajaran dan jumlah guru pengasuh mata pelajaran.
“Durasi waktu terbatas 20 menit per mata pelajaran tatap muka, maka guru-guru harus lebih mempersiapkan materi yang
penting-penting sesuai KI dan KD. Guru memberikan latihan sosal dan atau pun tugas dengan pertanyaan yang terbatas, jangan lebih dari 10 nomor. Kita membuat anak-anak
tetap aktif berlajar namun harus melihat dengan duraksi waktu. Dengan durasi
yang begitu singkat maka jangan pernah bosan-bosan atau gagal mendidik anak
namun harus menajadikan
waktu itu sangat penting untuk pendidikan anak-anak,” tegasnya.
Sekolah Terdampak Bencana
Sementara itu khusus bagi sekolah-sekolah yang hingga saat ini masih berstatus terdampak bencana seperti di Kecamatan Ile Ape
Timur, Kabupaten Lembata, Linus Lusi mengharapkan ada kerja sama kepala sekolah dan guru-guru bersama masyarakat untuk membangun tenda belajar.
“Anak-anak SD, SMP dan SMA wilayah
Kecamatan Ile Ape Timur dilarang untuk ada aktifitas di bawah kaki
gunung, anak-anak
harus disiapkan tempat atau bangun tenda-tenda belajar. Saya mengimbau bagi sekolah di tempat pengungsian khusus para guru PNS dan juga guru-guru honor, tetap rajin mengumpulkan anak-anak untuk tetap
bertatap muka karena ada sebagian sekolah harus bertanggung jawab membayar upah
guru-guru honor, maka KBM harus
berjalan secara normal walaupun masih banyak kekukarangan. Khusus untuk SMAN 1 Ile Ape Timur dan SMPN 1 Ile Ape Timur, untuk membangun tenda belajar atau dapat meminta sekolah-sekolah dalam Kota Lewoleba. Anak-anak harus dikumpulkan satu tepat
sehinggah tetap diatur secara baik,” urainya.
Linus Lusi juga meminta seluruh kepala sekolah dari tingkat TKK/PAUD, SD/MIS, SMP/MTS dan SMA/SMK di Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur agar tetap memperhatikan psikologi anak-anak pasca-bencana. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri namun harus disikapi agar anak-anak tidak kehilangan masa depan.
Saya berharap bahwa semua guru di Provinsi NTT harus sukses
mendidik anak-anak. Sekolah dengan durasi waktu yang sangat sekidikit namun
kecerdasaan anak-anak NTT harus suskes walaupun harus tetap mematuhi protokol kesehatan, dan para guru harus divaksin dan akan berlanjut untuk
anak-anak,” pungkasnya.
Berita
& Foto: Rofinus R. Roning
0 Comments