Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berencana untuk menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran 2021/2022. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Mathias Beeh, S.STPar., M.M., dalam acara Dialog Publik di TVRI NTT, Rabu (2/6/21).
Dialog Publik
bertajuk “Siapkah NTT Gelar Belajar Tatap Muka?” ini dipandu oleh John Hayon,
Presenter TVRI NTT, dan menghadirkan pula Gusty Rikarno, S.Fil., praktisi
pendidikan dari Media Pendidikan Cakrawala NTT sebagai narasumber.
“Pendidikan itu
sangat penting dan mendasar. Benar bahwa kita sedang dalam masa pandemi
Covid-19, tetapi hal ini tidak boleh membuat pendidikan kita berhenti di sini. Secara
prinsip Dinas siap untuk mendorong pelaksanaan KBM terbatas di sekolah-sekolah.
Tentu kesiapan ini sudah kita kaji dari berbagai aspek,” ungkap Mathias.
Menurutnya,
pembelajaran di era pandemi ini tentu tidak efektif karena banyak wilayah di
NTT yang masih kesulitan mengakses internet. Di lain sisi, penyebaran Covid-19
NTT bervariasi untuk setiap daerah. “Ini yang perlu kita cermati, sehingga perlu
disiasati kebijakan dan melakukan pemetaan. Mungkin ada wilayah tertentu
tertentu yang kita dorong untuk melakukan KBM,” paparnya.
Di sisi lain,
Mathias menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 ini menjadi loncatan positif di
dunia pendidikan. “Pada titik tertentu, lewat pendemi ada loncatan di seluruh
komponen pendidikan kita untuk beradaptasi dengan lingkungan, internet, proses
pembelajran yang berfokus pada media secara online. Ini loncatan yang positif,”
tegasnya.
Sementara itu
Gusty Rikarno menilai pelaksanaan kegiatan KBM daring yang dilakukan selama ini
tidak cukup efektif. Menurutnya, NTT belum cukup siap baik secara akses maupun
mental untuk pembelajaran secara daring.
“Dalam konteks
NTT untuk daring kita belum cukup siap secara akses, mental. Kalau belajar
daring, wajahnya saja yang hadir tapi tidak konsentrasi. Apakah kita harus
tabrak dengan situasi ini? Tentu tidak, tapi kita perlu menyiasatinya,” terang
Direktur Media Pendidikan Cakrawala NTT ini.
Gusti
menyayangkan bahwa selama ini siswa dipaksa untuk tidak ke sekolah tetapi tidak
dilarang untuk ke tempat-tempat umum lainnya yang potensi kerumunannya jauh
lebih besar dan resiko penularannya jauh lebih tinggi.
“Mengapa siswa
dilarang masuk sekolah, tapi tidak dilarang masuk kebun, pasar dan tempat umum
lainnya? BDR di beberapa tempat itu sama dengan libur. Kita tidak bisa prediksi
kapan Covid-19 ini berakhir. Karena itu, kita perlu menyiasatinya secara baik,”
jelasnya.
Gusty berharap
agar semua elemen bisa bergerak bersama. Hal ini penting sebagai modal dasar
untuk memajukan pendidikan di NTT.
Berita &
Foto: Baldus Sae/ red
0 Comments