Update

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

UNWIRA KUPANG

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR TARIAN KREASI “ULE LELA NGGEWA” MENGGUNAKAN MODEL PROYEK



Oleh Hildegonda Golu, S.Pd

Guru SMA Katolik Baleriwu, Nagekeo

 

Seni berasal dari kata bahasa Sansekerta “Sani” yang memiliki arti persembahan atau pemujaan. Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan dirinya sendiri maupun orang lain. Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, dimana manusia berusaha menciptakan sesuatu yang indah dan dapat membawa kesenangan.

 

Dalam kegiatan berkesenian manusia mengekspresikannya melalui beberapa media antar lain melalui media gerak yaitu tari. Tari adalah bagian dari kebudayaan manusia yang dapat kita jumpai di berbagai daerah yang ada di Indonesia. Kebudayaan masyarakat tersebut berkembang pada setiap daerah itu sendiri serta memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, kerena bisa memberikan berbagai manfaat seperti hiburan dan sarana komunikasi antara penonton dan seniman.

 

Tari kreasi adalah jenis tari koreografinya merupakan perkembangan dari tari tradisional atau pegembangan dari pola-pola tari yang sudah ada. Salah satu kebudayaan seni tari yang dimiliki Kabupaten Ende yakni tarian “ULE LELA NGGEWA”. Tarian ini merupakan tarian kreasi yang menggambarkan kehidupan masyarakat. Selain itu tarian ini menggambarkan rasa kegembiraan serta dalam gerakannya memiliki arti tersendiri. Penari dalam tari ini berjumlah 8-10 orang. Tarian ini telah mengharumkan NTT dalam tingkat nasional di Jakarta yang dibawakan langsung oleh Sanggar Seni Budaya NTT.

 

Persoalan dalam Pembelajaran

 

Persoalan yang terjadi di kelas adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap seni tari dan apresiasi dalam mengembangkan bakat dalam berkreasi seni tari, sehingga yang terjadi peserta didik khususnya Kelas XI di SMAK Baleriwu Danga – tempat penulis mengabdi, kurang berminat untuk mendalami seni tari.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya minat belajar merupakan proses penting bagi perubahan tingkah laku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Menurut Sugihartono (2007: 76) faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor pdikologis meliputi intelegensi, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.

 

Menurut Sugihartono (2007: 76) faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latarbelakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat dan media masa. Dalam konteks tulisan ini faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

 

Menghadapi fenomena kurang adanya minta peserta didik terhadap seni tari, khususnya tarian kreasi “Ule Lela Nggewa”, metode yang digunakan adalah metode proyek. Pembelajaran berbasis peroyek sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekan belajar konsekuensi melalalui kegiatan-kegiatan yang  kompleks.

 

Adapun langkah-langkah metode proyek yakni, Pertama, guru membagi kelompok terdiri dari 6 orang atau lebih. Di dalam kelas terdapat 30 0rang. Karena dalam kondisi pendemi maka 30 orang dibagi dalam 2 kelas, masing- masing kelas 15 orang. Dari 15 orang dibagi lagi dalam kelompok yang berjumlah 7 orang dan 6 orang.

 

Kedua, menjelaskan secara singkat tentang tarian “Ule Lela Nggewa”. Tarian ini adalah tari yang berasal dari daerah Ende, judul tarian ini identik dengan lagu yang sangat khas, jika orang mendengarnya atau menyanyikan lagu “Ule Lela Nggewa” pasti akan  ingat dengan tariannya. Penari terdiri dari para gadis dan alat musik pengirignya hanya satu buah gendang. Pada zaman dahulu para leluhur menggunakan batu sebagai alat musik pengiring. Dalam tarian ini kostum atau busana yang digunakan adalah baju bodoh, sarung, selendang dan hiasan kepala.

 

Ketiga, menyediakan video tarian untuk dinonton dan dipelajari. Memperlihatkan video tarian ini kepada siswa dengan menggunakan infokus. Setelah menonton masing- masing kelompok tari yang sudan dibagi mencoba mengikuti ragam gerak dan pola lantai yang sudah ada, dan masing- masing  dari kelompok tersebut mengembangkan kembali dari polah lantai dan ragam gerak yang ada.

 

Keempat, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dan guru memberikan aspresiasi terhadap peserta dengan memberikan nilai. Masing-masing kelompok juga memberi apresiasi terhadap kelompok lain yang  melakukan presentasi di depan kelas. Setelah selesai mempresentasikan hasil kerja kelompok guru memberikan masukan dan kritikan untuk masing- masing kelompok tersebut.

 

Berdasarkan hasil penerapan model proyek dengan media audio-visual disimpulkan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan minat siswa Kelas XI SMAK Baleriwu pada tarian kreasi “Ule Lela Nggewa”. Model proyek dengan media audio-visual juga membuat siswa lebih antusias, lebih aktif untuk ikut terlibat, lebih bersemangat, dan membuat siswa menyukai seni tari. Model ini dapat juga digunakan untuk mempelajari tarian-tarian kreasi lainnnya. Untuk memberikan pembelajaran kesenian yang menarik minat siswa, seorang guru kesenian harus mampu memilih metode yang tepat agar siswa tertarik untuk mempelajarinya. Salah satu model yang menarik adalah model proyek dengan media audio-visual.

 

Foto: Dokumentasi Penulis

Editor: Takim/ RF/ red

Post a Comment

0 Comments