Lembata, CAKRAWALANTT.COM – Dalam menghadapi perubahan pola pendidikan selama masa pandemi, SMPN 7 Maret, Kabupaten Lembata, tetap mengoptimalkan sistem belajar dari rumah (BDR) untuk menunjang kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Hal itu disampaikan oleh Kepala SMPN 7 Maret, Fransiskus Bernardus Kedang Kaona, S.Fil., ketika ditemui di kediamannya, Jumat (21/01/2021).
Ia menjelaskan
bahwa pihaknya akan bersinergi dengan dewan guru dan jajaran pengurus komite
untuk menciptakan motivasi belajar bagi peserta didik dalam menerapkan BDR
selama pandemi. Baginya, motivasi belajar tersebut terintegrasi dalam modul
pembelajaran dan sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat belajar peserta
didik.
Dalam motivasi
belajar tersebut, tambahnya, peserta didik diawajibkan untuk membuat jadwal
rutinitasnya secara teratur dan dituntut untuk bisa mencari referensi bacaan
melalui website atau video pembelajaran yang sesuai dengan apa yang sedang
dipelajari. Hal tersebut harus terus dilakukan selama penerapan BDR serta terus
dipantau oleh orang tua dan guru melalui laporan yang dikerjakan oleh peserta
didik. Oleh karena itu, menurutnya, sinergsitas antara orang tua dan guru
menjadi dasar dari proses penguatan kualitas pendidikan selama BDR.
“Kita akan
berkoordinasi dengan dewan guru dan pengurus komite untuk menciptakan motivasi
belajar siswa selama pandemi dan terangkum di dalam modul pembelajaran agar
semangat belajar siswa tetap terjaga. Dalam motivasi belajar tersebut, siswa
diwajiban membuat sebuah jadwal rutinitas yang teratur dan dipantau oleh orang
tua dan guru. Jadi siswa membuat laporan ke guru dan orang tua sehingga ada
kerja sama antara keduanya,” ujarnya.
Kendala Selama BDR
Fransiskus menjelaskan
bahwa situasi pandemi menyebabkan sistem pendidikan mengalami perubahan yang
drastis ketika pembelajaran tatap muka beralih ke sistem daring. Hal tersebut,
tuturnya, akan menghadirkan banyak kendala di seluruh lembaga pendidikan,
termasuk di SMPN 7 Maret.
Menurutnya,
kendalan utama yang sering dijumpai adalah ketidaksiapan pihak-pihak terkait
dalam menerapkan proses pembelajaran daring, seperti kemampuan penguasaan
teknologi dan aplikasi pembelajaran yang belum maksimal serta ketidakmampuan
orang tua dan peserta didik dalam mengadakan fasilitas penunjang, seperti HP
android dan minimnya akses jaringan internet.
“Pandemi yang
terjadi secara mendadak ini berakibat pada perubahan sistem pendidikan dari
tatap muka ke proses daring. Hal ini tentunya menghadirkan banyak kendala di
semua sekolah, termasuk SMPN 7 Maret, seperti banyaknya guru yang belum paham
tentang penguasaan teknologi dan banyak juga orang tua siswa yang belum mampu
menyediakan HP android. Selain itu, minimnya akses jaringan internet juga
menjadi kendala di daerah terpencil,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kendala lain yang sering
terjadi di SMPN 7 Maret yakni, kurangnya
bimbingan guru selama BDR, terbatasnya akses jaringan internet sekolah, jumlah
tenaga pendidik yang tidak sebanding dengan jumlah rombongan belajar selama
proses pembelajaran daring, dan kurangnya sinergisitas orang tua dalam
mendampingi anak selama proses BDR berlangsung. Hal tersebut, menurutnya, bisa sangat berpengaruh pada proses peningkatan
kualitas pendidikan anak karena tidak efektifnya KBM.
Berita dan Foto: Rofinus
R. Roning
0 Comments