Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Kepala SMAN 4 Kota Kupang, Drs.
Agustinus B. Logo, M.Si., mengungkapkan, pembelajaran daring yang dijalankan di sekolahnya selama masa pandemi Covid-19 masih menemui sejumlah hambatan.
Untuk mengatasi
hal tersebut dibutuhkan sinergisitas yang melibatkan berbagai pihak.
“Selama
proses pembelajaran daring dengan belajar dari rumah, kami menghadapi banyak
kendala, seperti banyak anak yang tidak memiliki HP android dan minimnya akses
jaringan internet. Selain itu, suasana belajar yang tidak kondusif di rumah
juga menghambat kegiatan belajar dan mengajar. Hal tersebut tentunya
berpengaruh pada kurang efektifnya proses pembelajaran. Oleh karena itu, pihak
sekolah juga memberikan akses penggunaaan laboratorium komputer dan jaringan
wifi sekolah bagi siswa yang terkendala pada fasilitas belajar tersebut. Selain
itu, kami juga membantu menyediakan pulsa bagi siswa lewat dana BOS,” ungkap Agustinus Logo, ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin
(18/01/2021).
Menurutnya,
proses pembelajaran daring kurang efektif karena tidak adanya proses tatap muka
secara langsung. Artinya, peserta didik melaksanakan sistem belajar dari rumah
(BDR) secara total selama pandemi. Selama 8 bulan berjalan, tuturnya, terdapat
banyak kendala yang perlu diatasi dengan sinergisitas bersama.
Dalam
mengatasi berbagai kendala tersebut, ia mengharapkan adanya sinergisitas dari
semua pihak, terutama orang tua. Baginya, peran orang tua juga sangat penting
dalam menunjang proses BDR seperti,
menyediakan fasilitas penunjang dan ruang belajar yang kondusif bagi anak
selama proses pembelajaran.
Lebih
lanjut, ia sangat mengapresiasi pemerintah, dalam hal ini dinas terkait, yang
telah memberikan kesempatan bagi sekolah untuk menggunakan dana BOS demi
mendukung proses pembelajaran selama pandemi. Kebijakan tersebut secara tidak
langsung meringankan beban sekolah dan peserta didik dalam melakukan proses
belajar daring.
Terhambatnya Literasi Sekolah
Dalam hal
literasi sekolah, ia menuturkan bahwa hal tersebut juga terhambat selama
pandemi. Ia menjelaskan bahwa selama masa sebelum pandemi, pihak sekolah telah
mengadakan sudut baca dengan rak buku yang berisi bacaan berkualitas. Selain
itu, tambahnya, pihak sekolah juga berupaya meningkatkan semangat literasi
peserta didik dengan menetapkan hari Jumat pada minggu kedua dan keempat dalam
satu bulan sebagai hari literasi. Namun, rencana tersebut belum bisa
terealisasi secara baik karena situasi pandemi menuntut peserta didik untuk
tidak datang ke sekolah dan berfokus pada proses pembelajaran daring.
“Peningkatan
literasi sekolah juga terhambat karena pandemi. Kami sudah menyusun program dan
rencana sebelum masa pandemi untuk menetapkan hari Jumat pada minggu kedua dan
keempat sebagai hari literasi, tetapi belum terlaksana secara baik karena semua
siswa masih dalam belajar daring dan tidak datang ke sekolah. Selain itu, kami
juga telah adakan sudut baca dengan bacaan yang berkualitas,” ujarnya.
Berkaitan
dengan rencana Gubernur NTT
untuk menjadikan NTT sebagai provinsi literasi, menurutnya, hal tersebut adalah
gebrakan baru yang harus didukung. Namun, lanjutnya, perlu juga ditunjang
dengan pelatihan khusus bagi semua guru tentang literasi secara menyeluruh,
sehingga setiap sekolah mampu menghasilkan program peningkatan budaya literasi
yang mumpuni.
“Program
tersebut tentunya harus didukung, tetapi perlu ditunjang dengan pelatihan literasi
bagi para guru secara menyeluruh, sehingga ada program literasi yang bisa
dihasilkan soal literasi,”
harapnya.
Berita dan Foto: Mario Djegho
Editor: R. Fahik/red
0 Comments