Kota Kupang, CAKRAWALANTT.COM – Suasana
Ruang Ujian Skripsi Prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas San Pedro Kupang, Sabtu (5/12/2020) siang
itu tampak hening. Tanpa canggung, Maria Ilona Triestta bangkit dari tempat
duduknya menuju layar presentasi itu. Ketika itu gadis kelahiran 5 Februari
1995 ini mendapat kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan dari tim
penguji.
Hari
itu, Ilona – sapaan akrabnya, mempertahankan skripsinya, “Meningkatkan Kemampuan Membuat Kalimat Sederhana (SPOK) dengan Menggunakan Kartu Kata pada Siswa Kelas IV Tunarungu SDLB Asuhan Kasih Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
Dengan menggerakkan tangan sambil bicara semampunya, putri pasangan Bpk. Marsel
Robot dan Ibu Dra. Petronela J. Dasat ini menjelaskan jawaban yang sudah dibuatnya
dalam bentuk ketikan. Sesekali dosen pembimbingnya, Nelci Therik, S.Pd., M.Pd.,
membantu menjelaskan lebih lanjut maksud jawaban Ilona.
Ilona,
gadis tunarungu pertama yang mempertahankan skripsinya di kampus tersebut.
Keterbatasan pendengaran tidak menjadi penghalang baginya untuk menyelesaikan
seluruh proses di lembaga pendidikan tersebut. Hingga akhirnya ia tergabung
dalam 15 orang yang maju dalam Ujian Skripsi Prodi Pendidikan Luar Biasa (PLB)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas San Pedro Kupang.
Bahkan skripsi yang dipertahankannya meraih nilai 93, tertinggi untuk
angkatannya.
“Ilona
mengambil media gambar, karena telinga anak tunarungu sudah pindah ke mata.
Anak tunarungu mendengar dengan mata. Menulis skripsi tentu sulit. Tapi saya
senang bisa membantu anak tunarungu di SDLB Asuhan Kasih menyusun kalimat sederhana,”
begitu pesan singkat Ilona terkait pencapaiannya.
Ilona
menyelesaikan skripsi di bawah asuhan Pembimbing 1, Nelci Therik, S.Pd., M.Pd.,
dan Pembimbing 2, Theodorus Mario De Robert, S.Pd., M.Pd. Ia mempertahankan
skripsi tersebut di depan Penguji 1, Alexius Andiwatif, S.Fil., M.Si., dan
Penguji 2, Drs. Vinsensius Wangge, M.Pd., dengan Moderator, Ot Bil Wilson
Selan, S.Psi., M.Si.
Hasil
penelitian Ilona membuktikan bahwa ada peningkatan kemampuan menyusun kalimat
sederhana siswa SDLB Asuhan Kasih Kota Kupang dengan menggunakan kartu kata. Selain
itu penggunaan kartu kata juga meningkatkan antusiasme siswa, perhatian dan
keaktifan siswa di kelas. Atas dasar kesimpulan ini, dua pokok diajukan oleh
Ilona sebagai saran yakni (1) Guru kelas SDLB Asuhan Kasih Kota Kupang dapat
menggunakan kartu kata sebagai salah satu media untuk meningkatkan kemampuan
menyusun kalimat sederhana. Selain
meningkatkan kualitas pembelajaran, kartu kata juga direkomendasikan untuk
membantu guru dalam menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada siswa serta
mampu memotivasi siswa dalam belajar; (2) Penelitian selanjutnya sangat
direkomendasikan guna menemukan media lain yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa SDLB Asuhan Kasih.
Anak Disabilitas Punya Potensi
Ketua
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Universitas San Pedro sekaligus pembimbing
Ilona, Nelci Therik, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa anak disabilitas
sebenarnya mempunyai potensi besar di dalam dirinya termasuk potensi untuk
meraih pendidikan yang lebih tinggi, namun masih banyak yang tidak percaya diri
dan tidak didukung oleh lingkungan. Keberhasilan Ilona membuktikan bahwa anak
disabilitas bisa, asal didukung secara penuh dengan berbagai metode serta
pendekatan yang sesuai.
“Mereka
punya semangat kuliah tapi rata-rata tidak percaya diri, terus lingkungan tidak
mendukung. Bersyukurnya orang tua Ilona adalah orang tua yang hebat, walaupun
anaknya punya keterbatasan tapi didorong untuk kuliah. Jadi ini membuktikan
bahwa teman-teman disabilitas memiliki potensi yang besar untuk mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi. Mungkin di NTT belum terlalu terlihat tapi saya
kuliah di Bandung, dosen saya itu tunanetra, doktor. Di daerah Jawa
perkembangan pendidikan khusus itu sangar besar. Itu yang saya sayangkan kenapa
di NTT tidak begitu padahal itu program pemerintah. Ada SLB banyak di Kupang.
Ke depannya, kalau lihat anak berkebutuhan khusus kalau di masyarakat, jangan
dianggap sepele, mereka pasti punya potensi. Jadi kita bangun lingkungan yang
mendukung mereka,” ungkap Nelci.
Terkait
proses pembelajaran dan bimbingan akhir terhadap Ilona, Nelci mengakui bahwa
terdapat kendala dalam komunikasi awal namun dengan proses penyesuaian akhirnya
membuahkan hasil. Anak berkebutuhan khusus, ungkapnya, membutuhkan proses
pengulangan dalam belajarnya.
“Ilona
merupakan angkatan perdana di prodi PLB, semuanya berjumlah 15 orang. Ilona
satu-satunya yang memiliki hambatan pendengaran. Nah, di sini kerja sama dengan
orang tua penting sekali. Supaya apa yang dijelaskan, dibimbing lagi oleh orang
tua. Peran mamanya. Jadi, saya tulis, saya rekam, pulang diulang lagi di rumah.
Karena hambatan mendengar, informasi yang sampai tidak bisa hanya satu kali.
Kosa kata terbatas. Apalagi menulis karya ilmiah, perkara yang lebih sulit.
Kosa kata dalam bahasa isyarat juga sangat terbatas. Tidak semua kata dalam karya
ilmiah ini ada dalam bahasa isyarat. Hanya bahasa sehari-hari. Jadi kita butuh
pengulangan observasi itu apa, wawancara itu apa, jadi harus diulang,”
jelasnya.
Kebanggaan yang Mengharukan
Di
mata orang tuanya, keberhasilan Ilona merupakan sebuah kebanggaan yang
mengharukan. Awalnya memang ada keraguan namun akhirnya ada pula keharuan.
Karena itu, ungkapan terima kasih disampaikan kepada Universitas San Pedro yang
telah menunjukkan kepeduliannya kepada anak-anak disabilitas.
“Keberhasilan
Ilona sesungguhnya suatu kebanggaan yang mengharukan. Kami menghantar ke ruang
ujian dengan penuh keraguan, dan pulang, penuh keharuan. Hemat saya,
keberhasilan ini juga gugatan bahwa anak berkebutuhan khusus bisa menikmati
pendidikan dan mempunyai masa depan. Mereka sering hidup dalam lingkungan
sosial meminggirkan mereka. Seakan anak disabilitas tidak dapat meraih bulan di
atas sana. Saya mengucapkan terima kasih kepada Universitas San Pedro yang
membuka program studi ini. San Pedro sangat peduli dengan guru dan calon guru
anak disabilitas. Ribuan anak disabilitas terlantar dan tidak mendapatkan
pendidikan yang layak. Sekadar mengutip moto Ilona dalam skripsinya, keterbatasan
adalah kelebihan yang dititipkan Tuhan kepadaku,” ungkap sang ayah, Marsel
Robot. (rf/red)
0 Comments