Rindumu Sesepi Apa
Nak,
seragam putihmu kian memudar
Di
bawah tembok sekolah bersumsum lumut
Rindumu
kepada bangku dan meja belajar
Hanyalah
seberkas duka yang tergolek dalam tong sampah
Dalam
dunia yang menghitung apa dan siapa
Riba
menjadi tuan tak ber-iba
Sedang
kau dicipta untuk terlena
Di
atas buku catatan bersolek angka-angka palsu
Yang
kelak menyumbat mata penamu
Ketika
senja mendaki punggung purnama
Dan
kau menguas langit
Dengan
liur yang tumpah dari mulut waktu
Adakah
di suatu hari kau terjaga
Mencoba
memahami perjalanan ini?
Tangan-tangan
kasang menggorok leher mimpi
Menenggelamkannya
dalam limbah tamadun
Dan
kita mulai curiga
Jangan-jangan
pendidikan hanya jubah ritual penyembahan
Kepada
ruh tak berwujud leban
Tanpa
obat anti borok peradaban yang kian menggenang
Seekor
murai bertengger di puncak rimba
Melantunkan
siul sukma
Melampaui
telinga-telinga yang asyik beronani dalam kamar badani
Ia
bernyanyi untukmu
Demi
keadilan yang hilang
Rindumu
sesepi apa
Ketika
teriak pelantang suara
Menjanjikan
jalan ke masa depan yang megah
Sementara
sepatu di kaki kecilmu tetap saja rapuh dan berdebu
Fatuelak,
21 Oktober 2020
***
Sinar Bulan
Sinar
bulan tumpah di jelaga mata
Mengelabui
endus rasa
Merayu
kelopak akal yang bertengger di simpang jalan
Akhirnya
kita jadi perindu yang piatu
Terhela
ke dalam bayang simfoni sendu
Di
bawah sinar bulan dalam kanal tak bermuara
Yang
memantul dari jidat-jidat yang tak pandai membaca aksara
Namun
gemar menghafal dongeng romantis tentang masa depan
Barangkali
kita harus pulang kepada nenek moyang
Dan
belajar di atas batu tulis
Tentang
cara membedah metafora yang jatuh dari bibir tuhan
Atau
mengeja gemintang yang memberi peta kepada pelaut
Demi
kepastian ujung ziarah
Sebab,
sinar bulan hanyalah kamuflase nama
Yang
menawar muslihat romantika
Tanpa
tampuk pelita
Dan,
dalam orkes merdunya kita terjebak ke pangkal
Tempat
dimana rindu terasing dalam birama onggok debu
Tanpa
pagi, tanpa cahaya
Lasiana,
16 September 2020
***
Jek Atapada adalah nama pena dari Jakob Alpius Atapada. Lahir di Alor, NTT. Kini bertugas sebagai guru daerah terpencil di SMPN Satap Fatuelak, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Puisi-puisinya termuat dalam beberapa buku antologi puisi bersama, di antaranya “Pasaman dalam Puisi Penyair Nusantara” dan "Pandemi Puisi-Antologi bersama melawan covid-19". Alamat e-mail: jekatapada@gmail.com, blog: getahpenalontar.blogspot.com.
2 Comments
Mantap kk jek Masih ingat Drama Tumbang ko kk???
ReplyDeleteMasih menggenangi ingatan, adikku Fren.Dan,kamu aktor yg bagus. Smoga bisa diwariskan ke anak2 didik.
ReplyDelete