Rosina Hurek, S.Tr. Kep, M.KM Dosen Universitas Citra Bangsa - Kupang |
Salah
satu sumber daya manusia yang harus dilindungi dan dijaga adalah anak. Anak
merupakan generasi muda yang memiliki peran penting untuk menjaga dan
meneruskan cita-cita bangsa. Agar peran anak ini dapat terwujud secara optimal,
maka tumbuh kembang anak perlu diperhatikan. Dua tahun pertama merupakan
periode terpenting dalam kehidupan anak termasuk dalam hal pemberian nutrisi.
Pola asuh pemberian makan yang salah pada periode ini dapat menimbulkan masalah
bagi anak yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa.
Situasi
gizi balita di dunia saat ini sebanyak
158 juta balita mengalami pendek (stunting), 52 juta balita kurus (wasting) dan
41 juta balita gemuk (overweight). Di Indonesia, berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2018 diketahui bahwa 17,7% balita mengalami gizi buruk dan gizi kurang,
30,8% balita sangat pendek dan pendek, 10,2% balita sangat kurus dan kurus
serta 8% balita gemuk. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi
karena mengandung zat gizi paling sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Selanjutnya untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal
ASI perlu diberikan secara ekslusif sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan sampai
anak berumur 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif artinya pemberian ASI kepada bayi
tanpa diberikan makanan atau minuman apapun termasuk air.
Pemberian
ASI sangat erat kaitannya dengan masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini
yang terjadi pada anak di Indonesia. Pemberian ASI dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi, mengurangi resiko penyakit infeksi akut seperti
diare, pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan
infeksi saluran kemih. Selain itu pemberian ASI dapat memberikan kepuasan dan
mendekatkan hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih. Menurut
penelitian bayi yang tidak diberi ASI akan rentan terhadap penyakit infeksi yang
berulang yang dapat mengakibatkan balita mengalami gizi buruk dan kurus, juga
dapat meningkatkan resiko terkena alergi maupun penyakit kronis.
Odilia Esem, S.ST, M.H Dosen Universitas Citra Bangsa- Kupang |
World Health Organization (WHO) sebagai organisasi kesehatan dunia
telah merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi yaitu menyusui
secara ekslusif sejak lahir sampai dengan bayi berusia 6 bulan dengan didahului
oleh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada satu jam pertama setelah bayi lahir,
dilanjutkan dengan pemberian makan (MP ASI) sejak bayi genap berusia 6 bulan
dan diteruskan sampai dengan 2 tahun. Sebagai bentuk dukungan pemerintah
terhadap rekomendasi WHO, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif. Namun, dalam pelaksanaannya
masih banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP ASI) kepada
bayi kurang dari 6 bulan.
Fenomena
ini tentu sangat memprihatinkan mengingat besarnya manfaat ASI bagi kehidupan
anak. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan proporsi pola pemberian ASI pada bayi
umur 0-5 bulan di Indonesia, sebanyak
37,3% bayi mendapatkan ASI ekslusif, 9,3% bayi mendapatkan ASI parsial dan 3,3%
bayi mendapatkan ASI predominan. ASI predominan artinya bayi diberikan ASI
tetapi pernah diberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya teh
sebagai makanan/minuman bayi sebelum diberikan ASI sedangkan ASI parsial
merupakan pemberian ASI dengan ditambahkan makanan buatan seperti susu formula,
bubur atau makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan baik diberikan sebelum
menyusui atau secara kontinyu.
Pemberian
MP ASI yang terlalu dini meningkatkan resiko kontaminasi yang sangat tinggi
yaitu terjadinya gastroenteritis dan resiko alergi terhadap makanan yang sangat
berbahaya bagi bayi serta mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang
menyusui. Gastroenteritis merupakan infeksi saluran pencernaan seperti muntah
dan diare atau yang lebih dikenal dengan muntaber. Hal ini terjadi karena bayi
usia kurang dari 6 bulan memiliki system imun yang belum sempurna, sehingga
apabila diberikan MP ASI terlalu dini bayi akan rentan terkena penyakit. Selain
itu tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan tambahan pada
bayi berusia 4-5 bulan lebih membawa dampak positif. Sebaliknya, hasil
penelitian menunjukan bahwa pemberian MP ASI dini dapat meningkatkan angka
kesakitan 10-20 kali dan angka kematian 7 kali dibandingkan anak yang tidak
diberikan MP ASI dini. Pada kasus yang lebih ekstrim, pemberian MP ASI dini
dapat menyebabkan penyumbatan saluran pencernaan dan harus dilakukan pembedahan.
Disamping itu, pemberian MP ASI juga mempengaruhi tingkat kecerdasan otak
setelah dewasa seperti memicu terjadinya penyakit obesitas, hipertensi dan
jantung coroner.
Peran
ibu dalam mengambil keputusan dalam memberikan ASI eksklusif tanpa makanan pendamping
sampai usia bayi 6 bulan memiliki pengaruh yang sangat besar. Salah satu faktor
yang mempengaruhi hal tersebut adalah pengetahuan. Beberapa ibu tidak
mengetahui manfaat ASI eksklusif yang dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Ibu
beranggapan bahwa bayi yang kecil dan kurus harus diberikan MP ASI karena ASI
saja tidak akan cukup untuk memenuhi zat gizi bayi selama 6 bulan. Ibu
menyakini tambahan MP-ASI diperlukan untuk meningkatkan kebutuhan gizi bayi.
Pengetahuan
para ibu juga berhubungan dengan sumber informasi yang di dapatkan dari mitos
dan media massa. Ibu mengatakan bahwa penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi
mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MP-ASI turun temurun
dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada bayi yang
telah berusia tiga bulan. Tidak hanya itu, ibu juga mengatakan factor utama
memberikan MP ASI karena tertarik dengan iklan susu formula maupun MP ASI yang
sekarang banyak sekali beredar di televisi maupun di media sosial yang diperkenalkan
sehingga ibu terpengaruh dan memiliki sikap bahwa susu formula juga baik untuk
bayi.
Pada
situasi krisis seperti bencana non-alam
yang dialami negara saat ini, bayi dan balita menjadi salah satu kelompok rentang yang perlu
perhatian lebih. ASI menjadi pilihan makanan teraman bagi bayi saat situasi
krisis ketika akses terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan terbatas.
Penting bagi ibu untuk memberikan MP ASI pada bayi sesuai dengan anjuran yang
ada yaitu usia 6 bulan. Dalam pemberian MP ASI juga perlu memperhatikan
beberapa hal seperti MP ASI tersebut haruslah mudah dicerna bayi, harus
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan bayi. Harus mengandung kalori dan
mikronutrien yang cukup, ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis MP ASI,
jumlah porsi makanan dan cara pembuatan. Hal ini perlu diperhatikan ibu
mengingat pola asuh pemberian makan yang salah dapat berdampak buruk bagi
kesehatan anak. Semoga bermanfaat. (*)
3 Comments
Terima kasih ibu
ReplyDeleteTerima kasih ibu
ReplyDeleteMantap ibu dosen Rosalina, semoga sukses terus. Memang ASI adalah makanan yang paling sempurna untuk bayi.
ReplyDelete