TINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JERMAN
MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY
LEARNING
Oleh: Ludgardis Kara, S.Pd.
Guru Bahasa Jerman,
SMAK St. Petrus Ende, Kabupaten Ende
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang,
yang dalam proses perkembangannya masih membutuhkan kerja sama dengan
negara-negara lain di dunia, baik negara-negara di Asia maupun di Eropa. Jerman
merupakan salah satu negara di Eropa yang menjalin hubungan kerja sama dengan
Indonesia terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Bahasa Jerman menduduki urutan pertama di benua Eropa. Karena
itu, dalam menjalin hubungan kerja sama dengan negara- negara di Eropa
khususnya Jerman, maka sangat dibutuhkan bahasa pengantar yakni Bahasa Jerman.
Pemerintah Indonesia dalam usaha menjalin hubungan
kerja samanya dengan pemerintahan Jerman, bekerja sama dengan kedutaan besar
Jerman di Indonesia, pusat kebudayaan Jerman (Goethe Institut), dan dinas
pertukaran pelajar, setiap tahun menyelenggarakan olimpiade Bahasa Jerman
tingkat nasional melalui seleksi olimpiade tingkat kabupaten dan provinsi.
Seleksi ini bertujuan untuk mendapatkan peserta didik yang mahir berbahasa
Jerman secara lisan dan tulis agar mendapatkan beasiswa belajar di Jerman,
serta mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Kepedulian pemerintah
Indonesia juga terlihat melalui ditetapkannya Bahasa Jerman sebagai bahasa
asing ke-2 setelah Bahasa Inggris,
sebagai mata pelajaran peminatan pada tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Pembelajaran Bahasa Jerman akan berhasil dengan
baik apabila peserta didik dapat dibekali dengan pengetahuan berbahasa Jerman
yang baik pula, melalui pembelajaran di sekolah, dengan mengggunakan model
pembelajaran yang tepat sehingga penguasaan pembelajaran Bahasa Jerman menjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami. Pembelajaran Bahasa Jerman sebagai bahasa asing
ke-2 di SMA, dimulai dari kelas X sampai kelas XII. Bahasa Jerman sering dianggap sebagai suatu
hal yang sulit dipelajari. Hal ini terlihat pada awal pemberian motivasi kepada
peserta didik. Ketika ditanya tentang minat terhadap Bahasa Jerman yang
merupakan mata pelajaran baru bagi mereka, kebanyakan menjawab sulit, takut,
dan berat. Hanya sedikit siswa yang menjawab senang dan ingin mempelajarinya.
Hal tersebut diperkuat dengan anggapan yang sudah tertanam dalam diri peserta
didik bahwa pembelajaran Bahasa Jerman pasti tak jauh berbeda dengan bahasa
asing lainnya yang sulit untuk dipahami. Terutama ketika harus menghafal
kosakata baru, merangkai kalimat, menguasai struktur kalimat Bahasa Jerman,
serta rasa takut dan malu jika melakukan kesalahan saat berbicara. Realitas
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
bahasa asing masih dianggap sebagai hal yang sulit untuk dipelajari.
Mengatasi anggapan keliru tersebut, diperlukan
pemberian motivasi serta pemahaman yang positif bagi peserta didik, bahwa
sebenarnya belajar bahasa asing itu menyenangkan dan tidak sulit, apabila kita
memiliki kemauan yang kuat untuk belajar dan mencoba. Memiliki kemampuan
berbahasa asing yang baik memberi banyak peluang bagi peserta didik, seperti
bisa mendapatkan beasiswa dari luar negeri, dapat bekerja pada bidang
pariwisata, serta berbagai keuntungan lainnya. Selain itu, penerapan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran akan sangat membantu proses
tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif.
Model
Pembelajaraan Discovery Learning
dianggap efektif untuk kegiatan pembelajaran Bahasa Jerman di kelas X
Bahasa, SMAK St. Petrus Ende. Adapun tahapan pembelajaran dengan Discovery
Learning adalah sebagai berikut. Pertama, stimultion (stimulus/pemberian
rangsangan). Pada tahap ini, peserta didik diberi rangsangan untuk menemukan
sendiri hal-hal yang mengarah kepada
kondisi belajar peserta didik pada usaha persiapan pemecahan masalah yang akan dipelajari dengan cara
melihat, mengamati, membaca, menulis, mendengar, dan menyimak. Motivasi
berfungsi untuk mengeksplorasi bahan pembelajaran. Kedua, problem statement
(identifikasi masalah/pernyataan). Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar, dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, serta
kemampuan merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis dan logis. Ketiga, data collection (pengumpulan data). Terdiri
dari kegiatan literasi dan kolaborasi (kerja sama).
Pada kegiatan literasi
terjadi eksplorasi, peserta didik diberi kesempatan oleh guru untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, untuk menjawab
pertanyaan yang telah didentifikasi melalui kegiatan seperti: (1)
mengamati obyek atau kejadian secara saksama, tentang materi yang dipelajari
dalam bentuk gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba untuk
menginterpretasikannya, (2) membaca sumber lain selain buku teks dan secara
disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan membaca referensi dari
berbagai sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang
sedang dipelajari, (3) menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat
dipahami dari kegiatan mengamati dan membaca yang akan diajukan kepada guru
berkaitan dengan materi yang dipelajari, (4) wawancara atau tanya jawab dengan
nara sumber, dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari, yang telah disusun dalam daftar pertanyaan
kepada guru. Sedangkan, pada kegiatan kolaborasi (kerja sama), peserta didik
dibentuk dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi. Peserta didik dan guru
secara bersama-sama membahas contoh soal sesuai materi yang dipelajari,
mengumpulkan informasi dengan cara mencatat semua hal penting tentang materi
yang dipelajari pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, mempresentasikan ulang dengan cara
mengkomunikasikan secara lisan dengan rasa percaya diri sesuai dengan
pemahamannya tentang materi pembelajaran, saling menukar informasi,
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, dan menghargai pendapat orang lain,
serta mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.
Keempat, data processing (pengolahan data). Hal
yang dilakukan pada tahapan ini adalah pengolahan data dan informasi yang sudah
diperoleh peserta didik, baik melalui kegiatan membaca, pengamatan obyek, dan
lain-lain. Data-data tersebut diolah, diklasifikasikan, ditabulasi, dan
dihitung berdasarkan pedoman materi yang dipelajari. Kelima, verification
(pembuktian/ pengujian hasil). Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan.
Siswa-siswi diberi kesempatan untuk mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasilnya dengan data-data atau teori pada buku sumber. Proses
verifikasi data dapat dilakukan dengan cara mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang sama atau bertentangan, untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, dan kemampuan mengkolaborasikan
teori dan data. Proses belajar ini akan berjalan dengan baik dan kreatif, apabila guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kelima,
generalization (menarik kesimpulan). Tahap ini adalah tahap penarikan
kesimpulan. Peserta didik diminta untuk menyampaikan hasil diskusi mereka,
tentang poin-poin penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang sudah dilalui.
Pada kegiatan penutup peserta didik diminta untuk
mebuat resume terkait materi yang dipelajari, mengagendakan materi, tugas, dll. Sebagai persiapan untuk
pertemuan berikutnya. Guru harus memeriksa semua pekerjaan peserta didik, serta
diberi paraf dan nomor urut berdasarkan skor nilai yang diperoleh. Kelompok
yang memiliki kinerja dan kerja sama yang baik pada kegiatan pembelajaran akan
mendapatkan reward (hadiah) dari guru.Pembelajaran dengan Model Discovery Learning
membawa beberapa perubahan atau peningkatan pada prestasi belajar peserta
didik. Hal tersebut terlihat dengan tingginya antusias siswa dalam mencari,
menemukan, mengelompokan, membuktikan, dan menyimpulkan hasil pembelajaran
dengan baik. Selain itu, peserta didik
juga nampak aktif bekerja sama dengan penuh disiplin, jujur, dan tanggung
jawab.
Belajar bahasa asing, khususnya Bahasa Jerman
sebenarnya tidaklah sulit. Asalkan peserta didik memiliki kemauan yang kuat
untuk belajar serta tekun untuk berlatih. Karena itu, sebagai guru Mata
Pelajaran Bahasa Jerman, hendaknya kita selalu memiliki semangat untuk mencari
alternatif terbaik dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Salah satunya
adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik, kreatif, dan tepat
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuannya pun dapat
tercapai. Perjuangan itu memang tidak mudah, selalu saja ada rintangan dalam
perjalanan. Seperti ungkapan bijak dalam Bahasa Jerman ini, “am Anfang sind die
schritte klein, aber die Träume bleiben immer groβ” (pada permulaan langkah itu
memang kecil, tetapi mimpi- mimpi selalu tetap besar).
0 Comments