Stefania Angraini Adu. (Foto: Alex Natara) |
Nafas yang
tersengal tak menghalangi mekar senyum di bibirnya saat kami bertemu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun
ia tak menggubrisnya. Di ruang makan hotel Swiss
Bellin Kota Kupang, Jumat (15/11/2019) malam, Stefania Angraini Adu bercerita tentang kegigihannya dalam menciptakan karya busana
kreatif.
Siswi SMKN Kusama Belu itu dinobatkan sebagai pemenang
pertama dalam Festival Inovasi Karya Siswa Indonesia (FIKSI) Tingkat SMK, se-Provinsi
Nusa Tenggara Timur tahun 2019. Ia tak menyangka hasil karyanya yang memadukan terumbu karang
dalam busana pesta bernuansa etnis Belu dipilih juri sebagai juara pertama. Ide
membuat busana dari terumbu karang itu, lahir dari keprihatinan Ririn, melihat terumbu
karang yang ada di daerahnya kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Pada masa liburan sekolah saya dan keluarga besar
bertamasya ke salah satu pantai di Belu, sesampainya di sana, saya melihat begitu
banyak terumbu karang yang berserakan di sepanjang pantai. Saya sendiri adalah
penyuka terumbu karang. Lalu saya berpikir bila terumbu karang ini dipadukan
dengan kain adat akan menghasilkan sesuatu yang baru tanpa harus menghilangkan
pesan budaya yang di dalam kain adat itu sendiri. Selain itu terumbu karang mempunyai
bentuk dan teksturnya sangat unik,” kisah Ririn, sapaan akrabnya.
Peran Guru dan Kreasi
Tanpa Batas
Lingkungan yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
kreativitas adalah lingkungan yang mengandung keamanan dan kebebasan timbulnya
aktivitas kreatif. Lingkungan pendidikan merupakan salah satu lingkungan yang
diharapkan mampu mengembangkan potensi kreatif peserta didik. Beruntung, Ririn
mendapatkan pendidik yang bertanggung jawab untuk memandu yaitu mengidentifikasi
dan membina serta memupuk, mengembangkan dan meningkatkan bakat yang di dalam dirinya. Ide ini pun langsung
diwujudkan hingga berlanjut pada proses pembuatan dan penyelesaian akhir dari
pada busana itu.
“Saya bangga mendapatkan kesempatan dan mengikuti festival ini, saya merasa terhormat
ketika saya berada di antara teman-teman yang mempunyai karya-karya yang luar
biasa, bukan apa-apa saya hanya bangga karena yang ditampilkan dalam festival
kali ini adalah hasil kreasi saya sendiri. Terima kasih ku untuk guru yang
sudah dengan setia mebimbing dan bahkan menemani saya hingga di sini, Saya juga
berterima kasih kepada bapa, mama dan keluarga besar, dengan cinta dan perhatiannya
yang selalu mendukung saya,” ungkap gadis kelahiran 25 September 2002.
Sebagai penutup perbincangan
kami malam itu, dengan tatapan matanya yang cerah dan senyumnya yang khas, Ririn
berpesan kepada kaula muda, “Keadaan setiap kita mungkin terbatas namun pikiran kita
harus melampaui batas, memanfaatkan masa muda dengan baik, untuk menyumbangkan
sesuatu walaupun kecil untuk negara dan keluarga, dan itu asik”. (Alex
Natara/red)
0 Comments