Kota
Kupang, CAKRAWALANTT.COM –
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota perlu bersinergi. Hal ini
penting mengingat hingga kini kualitas sumber daya manusia (SDM) Provinsi NTT
masih tergolong rendah, dilihat dari out
put pendidikan yang masih lemah. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi NTT, Drs. Benyamin Lola, M.Pd., dalam Pengumuman dan Penyerahan
Hasil Ujian Nasional (UN) SMP/MTs Provinsi NTT Tahun 2019, di ruang rapat Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Senin (27/5/2019). Hadir pada
kesempatan tersebut, Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi NTT, Aloysius Min,
M.Pd., bersama pejabat struktural lainnya, serta kepala dinas pendidikan kabupaten/kota
se-Provinsi NTT.
Dalam arahannya, Benyamin Lola
menilai, peserta UNBK tahun ini di Provinsi NTT mengalami peningkatan sekalipun
secara nasional masih berada di posisi 34 dalam hal keikutsertaan sekolah
penyelenggara UNBK. Meski meningkat secara kuantitas, dirinya menyebut dua
persoalan utama yang masih dihadapi sekolah dan membutuhkan kerja sama berbagai
pihak. Pertama, kurangnya sarana dan prasarana penunjang UNBK seperti komputer,
yang mengharuskan sekolah-sekolah meminjam dari sekolah lain. Kedua, terkait
akreditasi sekolah, sehingga ada sekolah yang menyelenggarakan UNBK namun masih
harus menitipkan siswanya di sekolah terakreditasi.
“Selain itu, ada persoalan
lain yang turut menyertai kedua persoalan tersebut seperti ketersediaan listrik,
jaringan internet, serta ruang kelas yang memadai. Hal ini harus diselesaikan
secara bersama, baik pemerintah provinsi, pemerintah daerah, sekolah, maupun
orangtua,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut,
Benyamin Lola memaparkan beberapa data terkait UN SMP/MTs Tahun 2019, seperti data
perbandingan rata-rata nilai UN SMP/MTs lima tahun terakhir, yang menurutnya
tidak mengalami perubahan signifikan dimana tahun 2015 rata-rata nilai UN 55,51,
tahun 2016 51,59, tahun 2017 50,71, tahun 2018 49,89. Sementara tahun 2019
rata-rata nilai yakni 48,53 untuk UNBK dan 51,55 untuk UNKP. Peningkatan nilai
rata-rata terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dimana pada tahun 2018
mencapai 62,79, sementara tahun 2019 mencapai 63,47 untuk UNBK dan 65,28 untuk
UNKP.
Secara umum, rata-rata
nilai UNBK SMP/MTs Provinsi NTT tahun 2019 mencapai 48,54 dari total 32.707
peserta, dengan rincian yakni MTs 46,84 dari 2.714 peserta, SMP 48,82 dari
28.635 peserta, SMPTK 47,21 dari 25 peserta, SMP Terbuka 43,65 dari 333
peserta. Sementara itu sekolah dengan nilai UNBK tertinggi yakni MTs Nurul Iman
Kupang (61,71) untuk jenjang MTs, SMPS Kristen 1 Kupang (74,95) untuk jenjang
SMP, SMPTK Tarus (54,37) untuk jenjang SMPTK, dan SMP Terbuka Rote Barat Daya
(61,88) untuk jenjang SMP Terbuka. Empat siswa atas nama Fatima AZ Zahra (89),
Ambrosius F. D. Jomas (97,12), Melfinda N. Maro (72,62), dan Maria Ernesta Wea (70,75)
muncul sebagai siswa peraih nilai rata-rata tertinggi.
Sementara itu data
rata-rata nilai UNKP SMP Provinsi NTT tahun 2019 menujukkan angka 51,55 dari total
peserta sebanyak 80.008. Adapun rinciannya yakni MTs 61,48 dari 511 peserta, SMP
51,04 dari 78,915 peserta, SMPTK 47,73 86 dari peserta, dan 66,16 dari 516
peserta. Sekolah dengan nilai UNKP tertinggi yakni MTs Oeue (78,15) untuk
jenjang MTs, SMP Negeri Satap Tonte (83,16) untuk jenjang SMP, SMPTK Prambudhi
Retta (60,29) untuk jenjang SMPTK, dan SMP Terbuka Amanatun Selatan (75,54)
untuk jenjang SMP Terbuka. Tampil sebagai siswa dengan nilai UNKP tertinggi
yakni Lasmini (81,62), Betseba Malairuli (87,5), Yohanis Laihman (64,87), dan
Santi Yuliana Laos (83,12).
Hal menarik datang dari
mata pelajaran Matematika dimana tahun ini terdapat tiga siswa yang meraih
nilai sempurna yakni 100. Tiga siswa tersebut yakni Christian Tanjung Wirjoatmodjo
dari SMP Dian Harapan Kupang, Etheldreda O.K.W. Viera dari SMPK St. Thresia
Kupang, dan Oswald Arsens Rambung dari SMPK St. Klaus Werang.
Menanggapi hal tersebut,
Benyamin Lola mengapresiasi para guru yang telah mendampingi siswa. Namun
dirinya berharap pencapaian hasil maksimal idealnya tidak hanya ditunjukkan
beberapa siswa saja melainkan oleh keseluruhan siswa.
“Teori pemberlajaran itu
bukan teori balap tatapi tetapi konvoi. Kalau balap, hanya beberapa orang yang
tampil di depan tetapi kalau konvoi itu artinya bersama-sama. Intinya, guru
harus perhatikan juga siswa-siswa yang lambat. Bagaimana metodenya, guru tentu
lebih tahu. Persoalannya, selama ini metode-metode itu tidak digunakan. Ini perlu
menjadi kegelisahan kita bersama untuk dibenahi ke depan bukan hanya
semata-mata supaya anak lulus ujian namun lebih dari itu agar mereka memiliki
kompetensi yang memadai,” tegasnya. (red)
0 Comments