Manggarai Timur, Cakrawala NTT.com
-
Demi mendukung peningkatan mutu pendidikan di NTT segala terobosan dan inovasi
harus harus dibuat. Semua stakeholder
pendidikan harus bersinergi dan berkolaborasi agar apa yang menjadi harapan bersama
untuk mencetak generasi cerdas berkarakter dapat terwujud. Salah satunya, terobosan
yang dibuat di SMAN 2 Borong adalah dengan
pemondokkan atau mengasramakan peserta didik yang akan mengikuti Ujian Nasional
Berbasis Komputer (UNBK). Kegiatan pemondokkan ini berlangsung selama empat
bulan sebelum kegiatan UNBK. Pemondokkan ini sudah berjalan di dua angkatan terakhir.
Dari pengalaman selama ada perubahan signifikan nilai ujian yang diperoleh
peserta UNBK dari SMAN 2 Borong. Hal ini disampaikan Kepala sekolah SMAN 2
Borong, Dra. Saka Benedikta kepada Cakrawala
NTT saat kegiatan simulasi UNBK di sekolah tersebut, Senin (28/1/2019).
Menurut
Benedikta, beberapa waktu yang lalu pihaknya bersama para orang tua murid menggelar
rapat untuk mendirikan asrama/pondok yang bakal ditempati peserta UNBK. Hal ini
dipandang penting dan mendesak karena banyak siswa yang memilki tepat tinggal
jauh dari sekolah sehingga tidak memungkinkan untuk selalu hadir saat kegiatan
pendampingan sore hari di sekolah. Selain itu,
cuaca yang tidak bersahabat (musim hujan) menjelang UNBK yang selalu menghambat
aktivitas belajar siswa di sekolah. Dengan adanya, pemondokkan ini peserta UNBK
bisa fokus belajar karena selalu didampingi secara khusus oleh para guru
pendamping di asrama dan para guru mata pelajaran.
“Awalnya
orang tua murid keberatan jika anak-anaknya diasramakan. Ada banyak alasan yang
mereka sampaikan. Tetapi saya bersama para guru dan pengawas dapat meyakinkan sehingga
mereka mengijinkan anak-anaknya diasramakan. Anak-anak bisa didampingi secara
maksimal khususnya pendampingan khusus setelah KBM di sore hari dan dapat
dilanjutkan pada malam hari. Di asrama anak putri didampingi dua orang ibu guru
dan anak putra didampingi empat orang bapak guru. Mereka sangat senang dan belajar dengan tekun
dan fokus untuk belajar. Tahun kemarin hasil ujian mereka bagus ketimbang
tahun-tahun sebelumnya, sebelum mereka diasramakan,” jelas Benedikta.
Ditanya
apa yang menjadi kendala yang dihadapi guru selama ini khususnya di asrama, ia
mengeluhkan soal penerangan karena ada kalanya listrik PLN tidak menyala.
Selain itu, ketersediaan air bersih untuk anak asrama bisa mandi dan cuci serta
keperluan MCK. Menurutnya, selama ini sekolah
hanya bisa menyiapkan air bersih untuk minum. Ia berharap agar pemerintah dan
komite dapat mendukung terobosan baik ini dengan menyiapkan fasilitas asrama
seperti tempat tidur yang layak, genset untuk penerangan, dan sumur bor untuk
mandi.
Salah
satu peserta sumulasi/try-out, Regina
Desriani Ne (IPS 1 ) mengaku belum puas saat memperoleh nilai 7 pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Ia ingin terus belajar agar hasil UNBK yang akan
terjadi di bulan Maret bagus lagi. Terkait kehidupan di asrama sebulan terakhir
ia mengaku sangat bersyukur karena bisa belajar secara maksimal. Bisa belajar
bersama, berdiskusi dan bedah soal bersama.
“Saya
dan teman-teman sangat senang. Kami
lebih fokus untuk belajar. Kalau di rumah konsentrasi kami kadang terganggu
dengan tugas atau pekerjaan rumah. Kadang kalanya, saat sedang belajar orang
tua menyuruh untuk bantu kerja yang lain. Di asrama waktu kami sudah diatur
mulai dari bangun pagi sampai malam hari. Ada waktunya untuk kami belajar,
olahraga, dan kerja bhakti bersama. Makanan di asrama juga enak. Kami senang.
Tapi terkadang kami kesulitan mendapat air bersih untuk mandi dan cuci. Kami
harus mencari air di luar kompleks sekolah,” tutur Desri.
Perserta
UNBK tahun pelajaran 2018/2019 di SMAN2 Borong berjumlah 191 peserta. Adapun
perincian jurusan MIA berjumlah 57 orang (25 laki-laki dan 32 perempuan), jurusan IBB 26 orang (9 laki-laki
dan 17 perempuan), dan jurusan IIS
berjumlah 108 peserta (40 laki-laki dan 68 perempuan). Kegiatan UNBK
bakal dibantu oleh dua orang proktor dan teknisi. (*)
0 Comments