Kota Kupang, Cakrawala NTT
Langit yang mendung sejak pukul sebelas siang di hari Selasa,28/2/017
akhirnya berangsur-angsur mengambil bentuk sebagai gerimis. Rintik yang turun
perlahan itu, menambah suasana yang sendu di rumah duka, dimana jenasah dari
seorang tokoh sastrawan nasional kelahiran Rote, Gerson Gubertus Poyk
dibaringkan. Ibadah pemakaman tersebut, berlangsung di kediaman dari saudara
sang sastrawan, Richard Poyk di Jln. Dua Lontar No.17 Kelurahan Kayu Putih-Kota
Kupang. Ibadah dipimpin oleh Pendeta Tera D. Klaping.
Selain sejumlah saudara dan kerabat, ibadah tersebut dihadiri oleh individu
seniman, sastrawan, dan komunitas-komunitas seni yang ada di Kota Kupang. Wakil
Walikota Kupang, Herman Man hadir mewakili pihak pemerintah. Dalam sambutannya,
Herman menyampaikan bahwa kehilangan akan sosok sastrawan ini bukan hanya
dialami oleh masyarakat di Kupang, akan tetapi merupakan sebuah kehilangan bagi
seluruh Indonesia.
Sosok yang hadir memberikan kesan dan pesan sebagai perwakilan dari seniman
kota Kupang, adalah Peter Apllonius Rohi, wartawan senior sekaligus teman dekat
dari almarhum. Dengan suara yang sesekali tertahan serak dan isak tangis, Peter
mengisahkan sebuah pengalaman dengan Gerson. “Di saat itu hujan seperti ini,
kami berdua tengah berteduh di sebuah gedung di tepi jalan, dan ada seorang
pengemis tak berbaju sedang mengendong anaknya. Bung Gerson lalu membuka bajunya
dan memberikannya kepada pengemis itu. Bung Gerson bilang kepada saya, tidak apa
saya masih punya kaos dalam, orang itu tak ada baju sama sekali.” ungkapnya. Beberapa
pelayat terisak, tunduk dalam haru.
Kesan dan pesan lain datang dari Pius Rengka, wartawan senior di dunia
jurnalistik Kupang. Pius menceritakan tentang karakter dari Gerson yang unik
sebagaimana seorang seniman. “Gerson adalah penulis yang unik, dia tidak pernah
membawa uang dalam perjalanan dari satu kota ke kota lain. Saat tiba di sebuah
kota, Ia akan datang ke kantor redaksi koran di kota itu dan bilang kalau dia
akan membuat tulisan, namun honornya harus dibayar terlebih dahulu. Dan koran
biasanya akan menurutinya. Hanya dia yang bisa begitu, saya pernah coba
dan saya ditolak,” cerita Pius,
mengundang senyum dari yang hadir.
Beberapa penampilan khusus datang dari dramawan Dicky Seo, yang membaca puisi
karya Gerson berjudul “Tuhan”, dan Ida lena yang membacakan puisi berjudul
“Pulang” karya Mezra E.Pellondou. Dari pembacaan riwayat Gerson Poyk yang
dibawakan oleh Rm. Amanche, seorang sastrawan dari Komunitas Dusun Sastra
Flobamora, dapat diketahui bahwa jumlah buku
yang sudah ditulis oleh Gerson Poyk dan telah diterbitkan berjumlah dua
puluh delapan buah.
Saat Ibadah selesai, gerimis yang semula turun pelan,sudah menjadi semakin
deras dan lebat. Air mengalir dengan kencang di jalanan depan rumah duka dengan
ketinggian hampir mencapai dua puluh centimeter. Para pelayat yang berada di dalam tenda di jalanan yang
sudah banjir itu terpaksa membubarkan diri, dan beberapa pelayat segera
memblokir arus air, dengan menggunakan kursi dan batang pohon, agar tidak
sampai masuk ke pekarangan rumah.
Sekitar pukul 13.30, hujan berhenti dan cuaca terang kembali. Jenasah
kemudian diberangkatkan menuju di tempat pemakaman Fatukoa. Pengantaran ini
dipimpin oleh sebuah mobil kepolisian dan diiringi rombongan pengantar yang
terdiri dari puluhan kendaraan bermotor dan mobil. Gerson Poyk, sesuai dengan
keputusan dari keluarganya, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Damai Fatukoa-Kupang.
Proses ibadah pemakaman tahap akhir berjalan dengan khusyuk. Fanny Poyk, putri
dari sang sastrawan, meratap dalam tangis di saat kuburan akan ditutup.
Keluarga yang berduka dan pelayat pun hanyut dalam keharuan.
Pada malam sebelumnya, senin 27/2/2017 para seniman dan sastrawan Nusa
Tenggara Timur telah mengadakan sebuah
acara penyampaian kesan, dan baca puisi di rumah duka. Sastrawan dan akademisi sastra
seperti Marsel Robot, Yohanes Sehandi, Ragil Sukriwil, Dicky Seo,Mezra
Pellondou, dan seniman kupang lainnya mengisi acara tersebut dengan pembacaan
puisi dan juga musikalisasinya.(Armando)
0 Comments