Ester Lanmai (paling kiri) bersama Nataniel Lanmai, S.St (kedua dari kiri) dan beberapa kerabat lainnya saat syukuran wisuda pada Senin (5/12/2016) lalu di Naikolan. |
Kupang, Cakrawala NTT
Kisah menarik
datang dari salah satu wisudawan Politeknik Negeri Kupang yang diwisuda pada Sabtu
(3/12/2016) lalu. Nataniel Lanmai, S.St namanya. Salah satu dari 705 wisudawan ini berasal
dari keluarga yang sederhana. Ibunya, Ester Lanmai adalah seorang janda yang
telah berjuang keras mendidik Nataniel dan dua saudaranya hingga berhasil
menyelesaikan pendidikan di janjang Strata I. Selain Nataniel, dua saudaranya
yang lain telah menamatkan pendidikan mereka di kampus yang berbeda di kota
Kupang.
Sosok Ester
Lanmai adalah sosok ibu yang sangat peduli dengan masa depan anak-anaknya. Tanpa
didampingi oleh suami, ia bekerja keras, membanting tulang demi menyekolahkan
anak-anaknya. Diungkapkan olehnya bahwa biaya pendidikan untuk anak-anaknya
hanya ia peroleh dari hasil menjual kemiri. Maka tidak heran jika ia tampak
haru dan bangga saat menghadiri acara syukuran wisuda anak bungsunya, Nataniel
yang digelar di Naikolan beberapa waktu yang lalu.
Nataniel
sendiri mengungkapkan kebanggannya terhadap ibunya yang berjuang tidak kenal
lelah dalam menyekolahkan dia dan dua kakaknya. Nataniel yang sejak kecil telah
ditinggalkan oleh ayahnya ini berkisah bahwa ibunya berjuang membiaya
pendidikan mereka dengan cara menjual kemiri di kota Kalabahi.
“Hanya
dengan kemiri, mama bisa sekolahkan saya dan kedua kakak saya hingga bisa
meraih gelar sarjana. Mama dibantu oleh kakak sulung kami yang rela
meninggalkan bangku sekolah untuk mengurus kami,” tuturnya.
Nataniel
menambahkan bahwa perjuangan menjual kemiri di Alor bukanlah hal yang mudah
bagi ibunya. Hal ini disebabkan karena mereka berdomisili di desa Manetwati
yang sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor. Ibunya harus berjalan kaki memikul
kemiri yang harga per-kilonya ± Rp 13.000 hingga kota Kalabahi. Berjalan kaki dengan
memikul kemiri merupakan pilihan utama bagi ibunya, sebab jika menggunakan
kendaraan beroda dua (ojek), maka biaya yang harus dikeluarkan untuk perjalanan
pergi-pulang mencapai Rp 150.000.
Yulio A. Letma, SH bersama orang tua |
Kisah mereka
yang lainnya pun mirip dengan kisah Nataniel dan ibunya. Yulio A. Letma, SH
misalnya, mengakui bahwa keberhasilan mereka merupakan buah kerja keras dari
orang tua mereka di kampung yang pada umumnya berprofesi sebagai petani dan
penjual kemiri serta sirih. “Dengan menjual kemiri dan sirih, bapak dan mama
bisa mengurus kami bersekolah. Selain saya, kedua adik saya saat ini masing-masing
mengenyam pendidikan di tingkat universitas dan di tingkat SMA. Sejauh ini semuanya baik-baik saja. Untuk itu,
tekuni apa yang ada di depan kita, sebab jika tekun maka yang kita tekuni pasti
berhasil,” tutur Julio. (AnisAtamai/JKo)
Nataniel Lanmai dan Yulio A. Letma bersama orang tua dan kerabat lainnya pada saat syukuran wisuda |
Nataniel Lanmai dan Yulio A. Letma |
0 Comments